22. Cemburu.

438 67 12
                                    

Happy reading!
.
.
.
Ig: gitagusti.r


Senin pagi, kicauan burung bernyanyi mengiringi melodi awal kehidupan di hari ini, mengucapkan rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa karena masih memberi kesempatan hidup untuk menambah tabungan amal untuk nanti, atau tabungan dosa?

Entahlah, amal hanya ada dalam catatan diri masing-masing, dosa dan pahala juga mengiringi setiap niat melangkah menuju asa, asa yang baik yang akan dikejar. Bukan tujuan rencana buruk yang akan dilaksanakan.

Di bawah terik matahari yang panas, di lapangan luas yang sudah seperti Gelora Bung Karno, di situlah ratusan pasang kaki siswa-siswi SMA Jupiter berpijak.

Di antara para manusia-manusia di lapangan itu, terlihat seorang pria yang sedari tadi mengoceh pelan. Berkali-kali laki-laki itu menggusar telinga kirinya karena merasa tak nyaman.

"Woi Bar, elah diem bisa gak sih?" protes Eza.

"Lama-lama gue buang semua permen karet di kantin awas ya!" ujar Eza.

Bagaimana tidak pria itu sedari tadi menggerutu tidak jelas, karena suara letupan permen karet yang Bara kunyah membuat telinganya menjadi gelisah.

"Woi kampret! Diem gue bilang diem!" umpat Eza kesal.

"Bodo," jawab Bara singkat.

Bara terus mengunyah permen karetnya, sesekali meletup-letupkannya.

"Kangen Dara," ujar Bara sesekali menoleh ke arah barusan kelas 11 Mipa 2.

"Lebay lo, baru beberapa menit yang lalu ketemu udah kangen aja," timpal Eza.

"Sewot bae remahan rengginang," jawab Bara.

"Kalo kangen, samperin sono, bukan malah diem aja," saran Galen yang barisannya tak jauh dari posisi mereka.

"Enggak ah, ntar gue malah diomelin," jawab Bara.

"Diomelin maksud lo?" tanya Eza.

"Iya diomelin gara-gara keluar barisan, lo kayak orang bego gak punya ilmu aja sih Pizza Hut, " timpal Galen.

"Udah bego, ga punya ilmu lagi, aduh," semprot Gavin.

"Udah jelas si Dara itu anak Paskibra SMA Jupiter, so pasti anaknya disiplin, kalo si Bara samperin dia sekarang yang ada nih bocah balik udah kayak orang digebukin," jawab Galen menjelaskan.

"Coba lo bayangin kalo si Bara di gebukin Dara, terus wajahnya tiba-tiba berubah kayak monyet ditumis," semprot Gavin.

"NAH, MAKA DARI ITU KITA HARUS SERING-SERING CERIA-"

"Hahaha!" unpat Galen tiba-tiba tertawa meledak. Semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Pak Tarno selaku inspektur upacaran di pagi ini. Galen tertawa mengakak, ia spontan membayangkan apa yang dikatakan Eza barusan, yaitu tumis kepala monyet.

"GALEN RAFARDHAN! KENAPA KAMU KETAWA? KAMU LEDEKIN SAYA?" teriak Pak Tarno lewat mic.

Sontak Galen menggerutkan kening, "Loh, salah saya apa pak?"

"JANGAN PURA-PURA POLOS KAMU, MENTANG-MENTANG SAYA BILANG HARUS SERING CERIA, KAMU LANGSUNG KETAWA," jawab Pak Tarno.

Sedangkan Bara dan ketiga lainnya hanya menahan tawanya agar tidak pecah melihat ekspresi wajah Galen yang sudah seperti monyet tak laku.

"Si Galon rombeng kenapa tuh?" tanya Anya.

"Mana saya tau, saya 'kan ikan," jawab Sherly enteng.

Sementara Dara hanya diam seperti orang yang tak mau tau atau lebih sering dikatakan tidak peduli. Padahal sebenarnya, gadis itu sedari tadi menahan rasa sakit di kepalanya.

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang