4. Ke Khawatiran Bara.

830 123 26
                                    

HAPPY READING!
SEMOGA SUKA
IG: gitagusti.r😇💙
💎💎

Dara berlari dengan napas yang tersengal-sengal. Matanya mengedar di sekeliling jalan, satu pun tidak ada lagi anak sekolah yang berlalu lalang di jalan itu. Telat, mungkin kata itu telah menetap di pikirannya.

Sepeda nya yang tak bisa lagi dipakai membuat Dara terpaksa menjadi begini hari ini, mungkin akan seterusnya. Biasanya ia akan memakai sepedanya ketika berangkat dan pulang sekolah, jika ban sepeda Dara kempes maka ia akan naik angkot. Tapi sialnya tak ada lagi angkot yang lewat, alhasil Dara berjalan kaki dengan jarak kurang lebih satu kilo meter.

Terdengar suara deruman motor berhenti di samping Dara. Dara memperhatikan wajah sosok di balik helm itu, matanya menelusup ke sela-sela helm nya yang sedikit tercengang.

"Kak Gavin?"

"Naik aja Dar, lo mau dihukum sama Buk Risma gara-gara telat?" ucap Gavin menyuruh Dara untuk naik ke motornya.

Dara sempat berpikir, antara naik atau tidak, tetapi waktunya sangat singkat, tak ada lagi sok-sok an menolak tawaran Gavin. Karena tak mau telat apalagi dihukum Buk Risma si guru yang terkenal khiler itu, Dara pun naik ke motor Gavin.

Gavin pun menancap gas dan melajukan motornya.

***

Di kelas 11 Mipa 2, terlihat seorang Dara tengah tertawa bersama kedua temannya. Membahas hal-hal konyol yang sama sekali tak berfaedah bagi umat manusia.

"Eh, itu lo serius Dar?" tanya Sherly tidak percaya, jangan lupakan anak itu masih tertawa.

"Mamah, gue pengen," ucap Anya penuh harap.

"Kok bisa sih Dar? Kenapa gak tukeran aja kita tadi, aaa," ucap Sherly.

"Gak usah lebay gitu lo berdua, iya tadi gue diboncengin sama Kak Gavin, takut telat." jawab Dara ketus.

"Tumben lo telat, biasanya lo paling pagi datengnya, orang jam 7 lah lo jam 5," timpal Anya.

"Sepeda gue rusak, makanya gue jalan kaki dari rumah." ujar Dara sambil menatap ponselnya yang selalu menampilkan drama Korea.

"Rusak? Kok bisa? Perasaan kemaren aman-aman aja tuh si Jubaedah." ucap Sherly.

Mengingat tentang sepeda nya yang sudah rusak itu, pikirannya langsung beralih kepada Bara.

Dara menelan ludah, "Itu semua gara-gara tuh anak! Mentang-mentang anak sultan, anak donatur sekolah, seenak jidatnya aja ngancurin sepeda gue, padahal cuman sepeda itu satu-satunya pemberian almarhum papah," lirih Dara.

Sherly dan Anya menatap temannya itu dengan iba, mereka kasihan melihat Dara yang sudah tak lagi berkeluarga, tak punya siapa-siapa selain mereka yang hanya mampu menjadi sahabat sekaligus saudara bagi Dara.

"Dar yang sabar ya, nanti kita ke bengkel, betulin sepeda lo bisa utuh kembali." ujar Anya sambil merangkul Dara, begitu pun dengan Sherly.

Dara tersenyum nanar, ia sangat beruntung punya sahabat seperti Sherly dan Anya, selalu ada di saat Dara bahagia maupun dalam keadaan terpuruk, Dara tak punya siapa-siapa lagi selain mereka berdua.

"Makasi yah Sher, Nya, lo berdua emang sahabat terbaik gue." ucap Dara.

Sementara di sisi lain, terlihat seorang Bara tengah berjalan sambil mengunyah permen karet yang sedari tadi masih utuh. Pria itu berjalan menuju sebuah loker, ia membuka lokernya. Seperti biasa lokernya penuh dengan coklat, surat-surat, dan bekal. Dan itu semua pasti habis dimakan. Bukan Bara yang memakannya, melainkan duo gesrek yang hidupnya gak bermodal sama sekali, Galen dan Eza.

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang