23. Rencana Jahat.

430 54 20
                                    

Happy reading!
.
.
.
Ig: gitagusti.r


Sudah satu jam penuh Bara menemani Dara di ruang UKS. Selama itu juga Dara belum sadarkan diri. Melihat wajah gadis itu yang pucat pasi membuat Bara semakim khawatir akan kondisinya. Sejak sepeninggal Risa kemarin, kondisi Dara perlahan makin mendramatis. Keadaan yang semakin membuatnya bertambah pilu, keremukan hati dan raganya datang dan menetap sampai saat ini. Hingga kini gadis itu sering dilanda rasa sakit dan pusing.

Bara semakin khawatir terhadap kondisi gadisnya itu. Ia takut terjadi apa-apa dengan Dara, terlebih lagi gadis itu hanya tinggal sendirian. Bara sudah memaksanya untuk tinggal di apartemen miliknya, bukan bermaksud apa-apa, Bara bukanlah tipekal orang yang nafsuan, ia hanya ingin Dara baik-baik saja.

Bara yang tadinya melamun pun akhirnya tersadar saat ia meraskan ada gerakan dari jemari gadis yang terbaring itu. Bara mendongak, meraih tangan Dara dan menggenggamnya denga lembut.

"Akhirnya lo bangun juga Dar," ujar Bara lega.

Dara tak menjawab, ia memicingka matanya menyesuaika dengan cahaya lampu yang menembaknya. Menatap samar-samar seluruh ruangan hingga netranya kini terhenti di satu titik, yaitu Bara.

Dara berusaha bangun dari baringnya, tetapi rasa sakit dan pusing yang menjalari kepalanya membuat gadis itu sedikit terhuyung karena ketidak seimbangan tubuhnya.

"Argh..." ringis Dara sambil memegang kepalanya.

Bara spontan mengangkat kedua tangannya dan membantu Dara membenarkan posisi duduknya.

"Istirahat aja gue temenin," suruh Bara lembut.

Dara menggeleng, "Gue mau ke kelas, ada ulangan."

Bara berdecak,"Istirahat gue bilang, lo jangan ngebantah."

"Enggak Bara, gue mau ke kelas Bu Risma bakal marah kalo gue gak ikut ulangan," cetus Dara.

"Ck, pala batu banget sih lo, ikutin apa kata gue!"

Dara menggeleng cepat,"Enggak."

"Nurut Dara,"

"Enggak Bara,"

"Nurut!"

"Enggak!"

"Nurut!"

"Enggak!"

"Nurut gak! Atau gue tendang,"

Dara masih kekeuh, "Enggak, tendang aja diri lo sendiri."

"Lo keras kepala banget sih, isitirahat gue bilang, lo masih sakit," ucap Bara.

Dara menggeleng, "Enggak, gue mau ke kelas aja, arggh..." lagi dan lagi Dara merasakan sakit di bagian kepalanya.

"Makanya gak usah keras kepala, gue bilang istirahat ya istirahat," ucap Bara geram.

Dara membeo, ia hanya duduk diam menuruti perintah Bara, sesekali gadis itu memijit batang hidungnya.

Satu menit, keduanya hanya diam tanpa suara.

"Bar," sahut Bara memecah keheningan.

"Hm," respon Bara.

"Gue cuman mau bilang kalo gu-"

"Kalo lo sayang sama gue, udah tau," potong Bara dengan percaya dirinya.

Dara mengernyit,"Dih, apaan sih geer banget, bukan itu gue cuman mau bilang kalo gue nanti pulang bareng lo ya?"

"Tumben bilang begituan," ucap Bara tanpa menoleh ke arah Dara. Netranya lebih fokus ke jam tangannya yang baru saja ia perbaiki.

"Emang gak boleh kalo gue pulang bareng lo? Dasar pelit!" umpat Dara kesal.

Aldebaran [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang