"Oh, Jansen," Hans tersenyum menatap saudara sepupunya yang baru tiba ke Hindia-Belanda.
"hoe gaat het broer?" (Apakabar saudara ku?) Hans mengulurkan tangannya kepada Jansen, dan pria itu pun membalas jabat tangan yang diulurkan Hans padanya.
"ik ben goed," (Aku baik) Ayu melihat tangan kanan yang Hans ulurkan tadi untuk menjabat tangan nya dan Jansen. Ayu benar-benar tak habis pikir dengan Hans yang memperlakukan seorang pribumi sepertinya, sama dengan kerabat Belanda seperti Jansen. Sepertinya ini pertama kali Ayu melihat londo yang tidak membedakan pribumi dengan kaumnya sendiri.
"Wie is zij? je geliefde?" (Siapa dia? Kekasih mu?) Jansen yang baru saja menyadari kehadiran pribuni di antara mereka menatap Ayu dengan tatapan menyelidiknya. Bahkan gadis itu sampai merasa risih dengan tatapan yang Jansen tujukan padanya, seperti tatapan menilai? Atau bahkan mungkin tatapan merendahkan.
Ayu merasa canggung di antara dua Belanda yang tengah berbincang. Ingin sekali ia langsung pergi tanpa berpamitan kepada kerabat majikannya ini, tapi bisa-bisa Ayu terkena pukulan nyonya Cornelia karena bertindak tidak sopan kepada saudaranya. Astaga, ayolah Ayu bahkan tidak mengerti apa yang tengah mereka bicarakan.
"nee, hij is mijn vriend," (Bukan, dia teman ku) Hans tersenyum sembari memperkenalkan Ayu sebagai temannya. Padahal mereka baru bertemu dua kali, Hans pun merasa heran dengan Jansen yang tidak mengetahui bahwa Ayu adalah salah satu pelayan di rumahnya ini.
Hans tau bahwa Ayu merasa tidak nyaman berdiri di antara dirinya dan Jansen, sehingga pria dengan bola mata biru itu mengajak Jansen untuk berbincang dilain tempat, membiarkan Ayu untuk pergi tanpa perlu berpamitan kepada mereka.
"Kok lama Yu? Kamu ndak apa apa?" Dyah menghampiri Ayu dengan wajah gelisah. Ia merasa bahwa Ayu pergi terlalu lama untuk sekedar meletakan makanan di ruang utama rumah Waltz ini. Dyah khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada Ayu, mengingat rumah ini yang tengah dipenuhi oleh orang Belanda.
"Ngga papa mbak, tadi cuma ada yang ngajak ngobrol Ayu sebentar," Dyah tersenyum lega.
"Mbak, kamu tau di mana barak Buitenzorg itu?" Ayu duduk di dekat Dyah, berbisik dengan suara yang sangat lirih agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka. Dyah mengernyit heran mendengar pertanyaan Ayu, untuk apa gadis itu bertanya barak di Buitenzorg?
"Buat apa Yu?" Dyah justru menjawabnya dengan pertanyaan yang diucapkan sama lirihnya seperti Ayu. Ayu hanya diam, ia enggan mebjawab pertanyaan Dyah. Ayu yakin bahwa Dyah tidak akan membiarkan Ayu pergi ke sana, terlalu berbahaya dan mengancam nyawa jika pribumi seperti Ayu datang ke barak.
Percakapan Dyah dan Ayu berhenti sampai disini. Dyah enggan memberitahukan di mana barak yang Ayu tanyakan, begitu juga Ayu yang tidak mau memberitahu untuk apa Ayu bertanya tentang barak di Buitenzorg.
Tujuan Ayu masih sama, ia mencari siapa penembak bapak dan ibuk yang datang dari Buitenzorg. Sering kali Ayu menguping pembicaraan para tentara yang membicarakan tentang pejuang yang tertangkap, beberapa pimpinan perang gerilya dibunuh, atau kematian kapten dan jendral mereka di tangan pejuang pribumi.
Ayu merasa sangat terpukul ketika mendengar para pejuang yang tertangkap oleh londo, ia hanya bisa berdoa agar mereka dapat bebas, atau berdoa agar jiwa yang telah tiada merasa tenang dan dapat hidup di surga.
•••
Setelah pesta selesai, para pelayan melakukan tugasnya untuk membersihkan rumah. Mereka harus bekerja keras agar tidak ada kotoran atau sampah yang tertinggal, nyonya Cornelia akan murka jika ada sampah yang tertinggal, bisa saja ia menganggap para pelayan tidak bekerja dengan baik.
Jansen melihat Ayu di sana. Membersihkan rumah ini setelah pesta selesai. Pria itu sedikit heran dengan Ayu, ia ingat bahwa Ayu dikenalkan Hans sebagai temannya tadi. Kalau begitu, apakah Hans berteman dengan pribumi? Ah, tidak bisa dipercaya.
"Hei kamu," Jansen mendekat ke arah Ayu, memanggil gadis itu agar menghadap ke arahnya. Ayu yang merasa terpanggil segera mendekat ke arah pria yang usianya satu tahun di atas Ayu. Ia menunduk, seolah memperlihatkan bahwa Jansen pantas dihormati.
"Kau temannya Hans?" Ayu hanya diam. Ia tidak tau apa yang harus dikatakan. Hans bukanlah teman Ayu, bahkan baru dua kali Ayu bertemu dengannya. Mereka memang saling mengenal, tapi bukan berarti Ayu berteman dengan Hans.
Jansen tertawa ketika Ayu hanya diam. Tawanya mengundang tatapan dan lirikan dari para pelayan yang lain ke arah Ayu. Mereka penasaran apa yang telah dibuat gadis itu kali ini.
"Kan het niet geloven, Hans is bevriend met een nederige inboorling zoals jij? Ahahaha," (Tidak bisa dipercaya, Hans berteman dengan pribumi rendah seperti diri mu?) Ayu mengerutkan dahinya, kenapa pria ini tertawa? Dan apa yang diucapkannya dengan bahasa yang tidak Ayu mengerti itu?
"Hei, wees je ervan bewust dat een nederige inboorling zoals jij onze vriendschap niet verdient," (hei, sadarlah seorang pribumi rendah seperti mu tidak pantas berteman dengan kami) Jansen berlalu setelah mengucapkan apa yang ingin ia katakan kepada Ayu.
Setelah selesai membersihkan rumah, mereka diizinkan untuk beristirahat beberapa jam sebelum nanti kembali bekerja seperti biasa. Ayu dan Dyah tengah berada di mess pelayan, tepatnya di kamar mereka.
"Yu, kamu punya temen Belanda to?" Dyah menanyakan apa yang ingin ia tanyakan kepada Ayu, dan juga Dyah yang mengerti bahasa Belanda pun paham dengan apa yang Jansen katakan tadi pada Ayu.
"Engga mbak, tadi si londo itu bilang apa sih? Gak ngerti aku bahasa londo," Ayu menatap Dyah dengan tampang polosnya.
"Dia bilang kalo inlander kaya kita ini ngga pantes berteman sama mereka," Ayu membulatkan mulutnya, mengangguk anggukan kepalanya tanda ia mengerti apa yang Dyah katakan. Lagi pula, Ayu tidak berminat berteman dengan seorang londo seperti mereka. Tanpa Jansen katakan pun Ayu sudah tau seperti apa kedudukan pribumi di mata para penjajah itu.
Bersambung...
Bahasa Belanda itu aku teanslate dari google translate ya... jadi maaf kalo banyak kata atau kalimat yang salah dalam penulisannya. Aku ngga bisa bahasa Belanda soalnya, hihi😆
Btw terimakasih yang sudah baca❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Buitenzorg : 1913✅
Historische RomaneSebagai seorang pribumi, Ayu sangat membenci para Belanda. Para penjajah dari Netherland yang hanya dapat memeras, menjajah, dan merendahkan tanah Hindia Belanda. Kebencian Ayu semakin menjadi setelah kematian orang tuanya di tangan tentara KNIL. Ay...