Setelah kejadian dengan Dyah kemarin, Ayu lebih sering ditugaskan di dalam rumah. Akhir-akhir ini pun pelayan tidak diperintahkan untuk belanja ke pasar ataupun mengikuti para majikannya pergi.
Ayu merasa bimbang saat ini. Ia sudah sangat dekat dengan tentara londo yang membunuh bapak dan ibuk, tapi ia tidak tau siapa dan apa yang harus ia lakukan agar dapat bertemu dengannya. Oh ayolah, Ayu dan tentara itu telah berada di kota yang sama, Ayu tak ingin menyianyiakan kesempatan ini.
Pernah terpikirkan oleh Ayu untuk bertanya secara langsung kepada para tentara yang berjaga di rumah ini. Tapi ia masih waras untuk tidak melakukan rencananya, Ayu tau bahwa ia pasti akan binasa sebelum mewujudkan keinginannya jika ia bertanya pada tentara di sini.
Nyonya Cornelia tengah pergi ke Batavia, ada acara yang Ayu tak tau. Nyonya besar itu tidak membawa satu pun pelayan di rumah ini untuk pergi bersamanya ke Batavia.
Kalau terpikirkan bahwa Ayu lebih santai karena tidak terdapat majikannya di rumah, maka hal itu tidak benar adanya. Setiap hari para pelayan di rumah ini bekerja satu hari penuh, bahkan mereka dapat beristirahat hanya beberapa jam dalam sehari.
Ayu tengah disibukan dengan membersihkan ruang keluarga di rumah Waltz ini. Walaupun sebenarnya Ayu sangat membenci majikannya yang seorang Belanda, ia tak bisa kabur begitu saja dengan mudahnya, dan mau tak mau Ayu harus melakukan tugasnya sebagai rewang di rumah sebesar ini.
"Ayolah Dyah, datang lah pada ku," kegiatan bersih-bersih Ayu terhenti ketika mendengar suara tuan Rutger yang terdengar dekat di sekitarnya. Suara yang terdengar sangat menjijikan di telinga siapapun yang mendengarnya, termasuk Ayu.
Ayu menoleh ke belakang, mencari asal suara yang mengganggu ketenangannya sore itu. Dan sungguh Ayu terkejut bukan main melihat apa yang terpampang di depannya. Tuan Rutger tengah menarik paksa Dyah masuk ke dalam kamarnya, kamar tuan Rutger dengan nyonya Cornelia.
Ayu membelalakan matanya tak percaya bahwa pria dengan derajat setinggi majikannya melakukan hal yang lebih rendah daripada binatang. Ayu melangkah cepat ingin membantu sahabatnya setelah masuk ke dalam rumah ini. Tapi langkahnya terhenti, ketika Dyah memberikan tanda agar Ayu tak menghentikan tuannya.
Ayu benar--benar geram, hatinya memberontak melihat Dyah, sahabatnya yang akan dilecehkan oleh majikannya sendiri. Tapi tidak ada yang bisa Ayu lakukan, kalaupun ia nekat menolong Dyah, maka nyawa mereka berdua lah taruhannya.
Malam telah datang namun Ayu tak dapat beristirahat. Dyah yang masih belum kembali dan belum dilihatnya sejak sore tadi terus mengganggu pikiran Ayu. Sungguh Ayu merasa sangat bersalah dan merasa bodoh karena tidak dapat menolong sahabatnya dari tindakan bejat sang majikan.
"Mbak..." Ayu segera berlari dan merengkuh Dyah yang tampak kacau. Rambut yang siang tadi masih tergelung saat ini sudah terurai dengan berantakan. Tatapan Dyah kosong, ia merasa muak dan jijik pada dirinya sendiri.
"Mbak, maafin Ayu mbak, Ayu ngga nolongin mbak Dyah tadi," Ayu mengeratkan pelukannya pada Dyah, berusaha menenangkan wanita itu dan meyakinkan kalau Dyah tidaklah sendiri. Ada Ayu yang akan menguatkan dan memberikan semangat pada Dyah, Ayu yang akan menyalurkan kekuatannya untuk menguatkan wanita itu.
"Ngga papa, Yu. Bukan kali pertama kok," Ayu melepas pelukannya dari Dyah. Ia menatap mata sendu Dyah mencari kebenaran di dalamnya. Melihat itu Dyah hanya tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan Ayu yang ia tunjukan dati tatapan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buitenzorg : 1913✅
Narrativa StoricaSebagai seorang pribumi, Ayu sangat membenci para Belanda. Para penjajah dari Netherland yang hanya dapat memeras, menjajah, dan merendahkan tanah Hindia Belanda. Kebencian Ayu semakin menjadi setelah kematian orang tuanya di tangan tentara KNIL. Ay...