11

1.1K 202 11
                                    

Setelah Ayu sadar dan membaik, Hans mengantar Ayu pulang ke rumah tuan Rutger. Pria Belanda itu juga menemui pamannya dan mengatakan bahwa ia dan Ayu hanyalah berteman, tidak ada kisah romansa di antara mereka.

"Ik vind het niet leuk als oom Ayu pijn doet, ik vind het niet leuk als ik geweld gebruik tegen vrouwen," (aku tidak suka kalau paman melukai Ayu, aku tidak suka paman melakukan kekerasan kepada wanita) ucap Hans dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.

"ben je gek?! Waarom zou je een persoon als hij beschermen!" (apa kamu sudah gila?! untuk apa kamu melindungi pribumi seperti dia!) Tuan Rutger menatap keponakannya dengan tatapan tajam, wajah penuh amarah yang pernah ia tunjukan sebelumnya.

"Ik bescherm vrouwelijke oom, niet alleen inboorlingen zoals Ayu," (aku melindungi wanita paman, bukan hanya pribumi seperti Ayu)

"oom, God zal je daden niet vergeven als je Ayu opnieuw pijn doet, of een andere vrouw," (paman, Tuhan tidak akan memaafkan tindakan mu jika kamu kembali melukai Ayu, atau wanita manapun) sambung Hans yang membuat tuan Rutger semakin terbakar amarah.

Hans selalu saja seperti itu. Sedari dulu, Hans terbiasa menentang tindakan ayah atau pamannya. Hans mempunyai prinsip hidupnya sendiri, ia mempunyai angan, harapan dan keinginannya sendiri.

Pria Belanda itu sangat membenci kekerasan, berbanding terbalik dengan ayah dan paman yang mengandalkan tindakan fisik agar orang-orang tunduk dan takut kepada mereka. Sedangkan Hans berbeda. Bahkan dibanding anggota keluarganya yang lain, Hans adalah yang paling dekat dengan Tuhan-nya. Mungkin karena itu lah Hans membenci kekerasan, ia hanya ingin kedamaian menyelimuti dunianya.

"wat dan ook!" (Terserah!) Tuan Rutger beranjak dan pergi meninggalkan Hans sendirian di ruang keluarga. Mungkin bagi tuan Rutger lebih baik ia segera menjauh dari Hans. Jika tidak, mungkin saja Hans akan berakhir seperti Ayu semalam.

Jansen Wlatz melihat semuanya. Ia melihat dan mendengar percakapan ayahnya dengan Hans. Jansen benar-benar tak habis pikir kepada saudara sepupunya itu, mengapa ia nampak tergila-gila dan terus saja berusaha melindungi gadis pribumi seperti Ayu.

Sebenarnya Jansen sering kali memperhatikan Ayu, apalagi setelah mengetahui bahwa pelayan di rumahnya itu berteman dengan Hans. Jansen juga melihat Ayu dengan Hans yang kembali bersama dari pasar, dan yang membuat ia semakin tertarik adalah ketika Hans membawakan tas dari bambu berisi rempah-rempah yang Ayu beli.

Jansen penasaran tentang Ayu. Gadis seperti apakah ia sehinggan Hans mau diperbudak olehnya. Begitulah pikir Jansen, pikiran anak remaja yang masih sangat labil dalam emosinya.

Tanpa sadar, rasa penasaran yang Jansen punya semakin membuat ia ingin mengenal Ayu lebih jauh lagi. Ingin mengerti tentang Ayu lebih dalam lagi. Dan membuat rasa suka pada seorang gadis remaja.

Bagi Jansen, paras Ayu memang sangat manis dan cukup cantik dibandingkan gadis pribumi lainnya. Namun, senyuman yang Ayu miliki merupakan hal terindah bagi Jansen. Senyuman manis yang telah mengikat hati Jansen kepadanya.

Munafik memang, ketika mulutnya mengatakan bahwa pribumi rendahan tidak pantas bersanding dengan para Belanda, namun hatinya berkata sebaliknya. Faktanya, Jansen menaruh hati kepada seorang gadis pribumi.

•••

Beberapa hari setelah Ayu kembali dari rumah sakit, badannya masih saja terasa sakit. Walaupun sudah sedikit membaik dan tidak terlalu terasa seperti saat tuan Rutger memukulinya. Gadis itu pun sudah mulai bekerja seperti biasa, namun tugasnya untuk pergi berbelanja digantikan oleh Laras, teman Ayu itu tak sampai hati kalau membiarkan Ayu dengan tulang yang hampir remuk harus berjalan jauh ke pasar.

Seperti biasa Ayu tengah membersihkan kamar tamu di kediaman Waltz ini. Walaupun sangat jarang ditinggali oleh tamu yang sekedar ingin istirahat dalam kamar ini, tapi nyonya Cornelin selalu meminta para pelayan untuk membersihkan kamar itu seminggu sekali. Majikannya itu memang sangat berlebihan terkait kebersihan.

Kain seprei pun ia ganti, debu-debu yang menempel di perabotan Ayu bersihkan menggunakan kain basah.

"Ayu," Ayu menoleh ke arah sumber suara, suara pria yang datang dari pintu masuk kamar tamu ini.

Jansen Waltz. Ah sungguh Ayu benci muka pria Belanda ini. Ayu tak akan lupa bahwa Jansen lah yang memfitnahnya memiliki hubungan cinta dengan Hans. Dan berakhir Ayu harus berjalan dengan tulang yang terasa hampir remuk.

Ayu menatap tak suka ke arah Jansen. Mencoba acuh dan bergegas menyelesaikan pekerjaannya, agar ia segera menjauh dari Londo kurang ajar ini.

"Hei! Aku memanggil nama mu!" Jansen mendekat ke arah Ayu dengan amarah yang mulai timbul. Dasar Belanda remaja yang mudah marah, sama persis dengan ayahnya.

"Kenapa? Ndak puas kemarin aku hampir mati gara gara bapak mu?" Ayu menoleh marah ke arah Jansen. Pria seperti ini tidak pantas untuk dihormati, begitulah yang Ayu pikirkan.

"Tidak! Aku tidak ingin kamu mati!" Jansen merasa heran dengan tingkah sembrono Ayu. Bahkan pelayan lain yang usianya jauh di atas Jansen pun menunduk hormat padanya, sedangkan Ayu yang usianya lebih muda justru bertindak kurang ajar pada Jansen. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah unik Ayu.

"Halah, kamu kan yang bilangin aku ke tuan Rutger! Makanya mas, jangan sok tau kamu!" Jansen melotot melihat tingkah Ayu. Benar-benar tidak sopan. Tapi rasa bersalah sedikit menusuk hatinya, apa yang Ayu katakan memang benar adanya. Penyebab Ayu terluka adalah Jansen.

Ayu bergegas keluar ruangan dengan kaki yang terseok karena masih merasa sakit di tulang kakinya. Namun langkahnya terhenti saat Jansen menahan lengan Ayu. Gadis itu mendongak menatap benci Jansen karena memang pria itu jauh lebih tinggi darinya.

"Ik zal je niet laten gaan," (aku tidak akan membiarkan mu pergi) Jansen menatap netra hitam Ayu, pria itu tidak melihat ketakutan di dalamnya, hanya kebencian yang tercetak jelas di kedua bola mata hitam Ayu.

Ayu berusaha menarik tangannya dari cengkraman Jansen. Sebenarnya Ayu termasuk perempuan yang kuat, bahkan dengan kondisi tubuh yang seperti itu Ayu dapat membuat Jansen sedikit kewalahan.

Jansen menghempaskan Ayu ke dalam kamar, membuat Ayu semakin jauh dari pintu keluar ruangan ini. Jujur saja Ayu sedikit cemas, Jansen bisa saja melakukan tindaakan rendahnya di dalam ruangan tertutup seperti ini.

"Mau apa kamu?! Aku mau keluar!"

"Ik ben jaloers op Hans!" (aku cemburu kepada Hans!) Ayu tertegun dengan ucapan Jansen. Apa maksud dari ucapan Belanda ini? Apakah ia menyukai Ayu? Begutulah pikir Ayu.

"Ik hou niet van Hans die dicht bij je is, Ayu," (aku tidak suka Hans dekat dengan mu, Ayu) Ayu ternganga mendengar ucapan Jansen. Sebenarnya Ayu merasa heran dengan Jansen, masih ingat betul apa yang pernah pria itu katakan padanya. Pribumi rendahan yang tidak pantas bersanding dengan seorang Belanda seperti Jansen.

"Ik vind je leuk, Ayu!" (aku menyukaimu, Ayu!)

Sungguh Ayu tidak pernah menyangka bahwa seorang dari kaum yang sangat ia benci, justru menaruh hati padanya.

Bersambung...

Buitenzorg : 1913✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang