21

1.6K 204 11
                                        

"Kamu bohong, Hans. Kamu berbohong, kan..." Ayu berdiri dari duduknya, ia berjalan mundur perlahan, menjauh dari Hans yang juga mengikuti pergerakan Ayu. Ayu bergetar, tangisan yang ingin ia tahan lolos begitu saja dari kedua matanya.

"Tidak Ayu, aku lah yang sudah menembak orang tua mu dengan tangan ku sendiri," Hans menatap Ayu yang mulai jauh darinya. Ia diam di tempatnya berdiri. Sungguh masih banyak yang ingin ia katakan. Masih banyak yang harus Ayu dengar.

Tapi sepertinya sudah terlambat. Kilatan cinta di mata Ayu perlahan berubah menjadi menunjukan betapa terlukanya Ayu saat ini. Sungguh inilah yang Hans takutkan, tatapan terluka dari bola mata yang sangat indah baginya. Hans tidak ingin Ayu menatapnya dengan terluka seperti ini.

Dan Ayu, gadis itu benar-benar hancur. Dunianya sudah sangat runtuh sekarang. Ayu mencintai Hans. Sangat mencintainya. Tapi hati Ayu sangat terluka sekarang, bahkan luka di hatinya lebih besar dan lebih dalam rasanya daripada cinta yang Ayu rasakan untuk Hans. Rasa sakit itu membuat jantung Ayu serasa ditusuk ribuan belati. Dadanya sesak menghadapi kenyataan bahwa, pria yang ia cintai adalah pembunuh orang tuanya sendiri.

Awan mendung yang semula hanya menutupi mereka dari sinar matahari kini kian menggelap, tetes demi tetes air hujan membasahi mereka. Seakan langit pun ikut berduka dan terluka seperti Ayu.

"Aku mencintai mu, Ayu. Sebagai wanita. Kamu adalah perempuan yang membuat jantung ku berdebar karena cinta yang sesungguhnya," Ayu menatap Hans, ia tidak percaya bahwa pria itu baru membalas ungkapan cintanya setelah satu tahun Ayu yang lebih dulu mengucapkan perasaannya pada Hans.

Ayu dibuat makin terluka. Sendainya saja, seandainya Hans mengatakan kata-kata yang membuat Ayu langsung membenci Hans, mungkin gadis itu tidak akan begitu terluka seperti saat ini.

"Aku tidak mau menyakiti mu, aku tidak ingin kamu mencintai orang yang sudah membuat hidup mu hancur. Kamu berhak bahagia dengan jalan sukses mu sendiri Yu. Maka dari itu aku berjanji pada Tuhan untuk mengabdi padanya sampai akhir nyawa ku, aku merasa sangat bersalah dan sangat berdosa setelah melenyapkan nyawa manusia.

Tapi aku tau, Tuhan mempunyai jalannya sendiri. Ia mengirim mu untuk menjadi penebusan atas dosa ku yang telah menghilangkan nyawa orang tua mu," Hans tersenyum. Sungguh bodoh pria itu. Bagaimana mungkin ia tersenyum  saat hatinya pun terasa seperti di remas saat ini. Ia tersenyum dengan air mata yang mengaliar deras di wajahnya, namun derasnya air hujan menutupi air mata di wajah pria Belanda itu.

Ayu jatuh terduduk, sungguh tenaga Ayu telah hilang seutuhnya. Ia tak menyangka begitu malang nasibnya sebagai pribumi. Bahkan semesta pun menentang cinta Ayu pada pria dari bangsa yang menjajah bumi pertiwi.

Ia bimbang. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan.

Perasaan Ayu telah terbalas. Setelah satu tahun penantian Ayu menunggu Hans, akhirnya pria itu mengatakan bahwa Ayu adalah cintanya. Ia mencintai Ayu sebagai seorang wanita.

Tapi apa ini? Semesta seolah sangat ingin Ayu menderita sampai ke relung jiwanya. Ayu telah berjanji untuk menjadi malaikat maut untuk orang yang menyebabkan kematian bapak dan ibuk. Itu berarti, Ayu harus menembak Hans, pria yang ia cintai dengan tangannya sendiri.

Hans beranjak mengambil senapan laras panjang yang ia bawa tadi. Perlahan, ia berjalan mendekati Ayu yang kian menangis meraung sembari terduduk di tanah berlumpur. Ayu menggeleng pada Hans, ia tidak ingin pria itu mendekat lagi padanya. Ia tidak ingin Hans memberikan senapan laras panjang yang pernah Hans gunakan untuk menembak orang tua Ayu.

Kini Hans sudah berdiri tepat di depan Ayu. Gadis itu dapat melihat mata merah Hans di balik hujan yang semakin deras mengguyur mereka. Ayu menggeleng lemah. Sungguh Ayu tak sanggup menghilangkan nyawa pria yang ia cintai. Ia tidak ingin membuat Hans terluka karenanya.

"Tuntaskan janji mu, Ayu. Pembunuh orang tua mu telah berdiri tepat di depan mu," suara Hans bergetar. Bergetar menahan tangisan dan rasa sakit di relung hatinya. Sedangkan Ayu masih saja menangis di bawah sana. Ia meraung menatapi nasibnya yang sangat menyedihkan.

Seandainnya saja, seandainya Hans tetap diam dan menua bersama Ayu. Seandainya Hans menyembunyikan kebenaran dirinya dari Ayu, dan membuat gadis itu melanggar janjinya sendiri. Tapi Hans tidak ingin hidup dengan rasa bersalah. Ia tidak ingin Ayu hidup dengan orang yang sangat dibenci sekaligus ia cintai.

Bagi Hans, penyebab kekacauan hidup Ayu adalah dirinya. Seandainya saja Hans tidak membunuh bapak dan ibuk Ayu, maka gadis malang itu tidak akan datang ke Buitenzorg. Ia tidak akan melihat sahabatnya mati di tangan pamannya sendiri, Ayu tidak akan hampir mati karena dipukuli, dan Ayu tidak akan mendirita karena memilih antara janji, atau cinta nya pada Hans.

Hans berjongkok, mensejajarkan tubuh jangkungnya dengan Ayu yang masih menangis dalam sakit hatinya. Ia mendekat ke arah bahu gadis itu, meletakan dagunya di ceruk pundak Ayu yang terasa bergetar.

"Tembak aku, Ayu. Bebaskan aku dari perbuatan dosa ku pada mu," Hans memposisikan senapan laras panjang tepat di jantungnya. Mengaitkan jari telunjuk Ayu tepat di pelatuk senapan itu. Dalam sekali tarikan, sudah pasti peluru panas akan bersarang tepat di jantungnya.

Ayu masih saja menangis, ia sudah kehilangan semua tenaga saat ini. Ia membiarkan Hans bersandar pada pundaknya, membiarkan apa yang ingin Hans lakukan padanya.

"Aku mencintai mu, Ayu," Mata Hans terpejam, dalam sketika Hans menggerakan jemari nya yang berada di atas jari Ayu, menarik pelatuk yang langsung melepaskan peluru panas ke jantung Hans.

Dor

Ayu membelalakan matanya, mulutnya terbuka lebar dan nafasnya seakan berhenti. Ia menatap Hans yang terjatuh karena rasa sakit di jantungnya, melihat wajah tersenyum Hans yang memerah menahan rasa sakit yang membuat tubuhnya serasa mati rasa.

"Haaaaaanss!!" Ayu menangis dan menghambur ke dekat pria yang tengah terbaring menunggu nyawa keluar dari tubuhnya. Ia menggeleng, menandakan agar Ayu tidak boleh menangisi kepergiannya.

"Goblok! Kenapa kamu menariknya Hans?! Aku ngga akan bisa hidup tanpa kamu!" Ayu menangis sembari membawa kepala pria itu ke atas pangkuannya. Hans tersenyum lega. Ayu telah menebus janjinya, dan Hans telah terbebas dari dosanya.

"Itu Ayu! Gadis kurang ajar! Dia telah membunuh Hans!" Di tengah rasa sedih Ayu yang mendalam sampai ke relung jiawanya, Tarno dan beberapa tentara KNIL datang dengan marah menatap mereka.

Entah siapa yang telah memberitau di mana Ayu dan Hans saat ini. Yang jelas, nyawa Ayu dalam bahaya.

"Tembak gadis itu!"

"Ja... jangan..." di tengah rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya, Hans masih memikirkan Ayu. Ia berharap dapat melindungi gadisnya itu walau dalam keadaan hampir mati seperti itu.

"Hans, ayo bertemu dikehidupan selanjutnya, aku mencintai mu, Belanda ku," Ayu tersenyum sembari membisikan kalimat yang membuat Hans menitikan air matanya, sebelum ia pergi dari dunia ini selama-lamanya.

Dor

Peluru panas yang mereka lepaskan bersarang tepat di kepala ayu. Membuat darah Ayu membasahi wajah Hans yang telah meninggalkan Ayu lebih dulu.

Tubuh Ayu terjatuh ke atas tubuh Hans. Tubuh yang selalu membuat Ayu merasa aman, sampai ke arkhir hayat dari keduanya.

Bersambung...

Buitenzorg : 1913✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang