"Ayu! Kemari kamu!" Jansen datang ke mess pelayan yang terletak di belakang rumah utama. Pria itu berteriak mencari Ayu yang tengah beristirahat sebentar di dalam kamarnya.
Mendengar kegaduhan yang disebabkan Jansen, Ayu segera berlari ke luar kamar, menemui Jansen yang tengah berdiri pongah lengkap dengan wajah bengisnya. Ayu menatap Jansen heran dan bingung, seingatnya, Ayu tidak pernah membuat masalah kepada Jansen. Jadi untuk apa pria itu datang dengan amarah dan mencari dirinya?
"Saya, tuan," Ayu menundukan kepalanya, bertindak seperti biasa ketika majikan memanggil pelayannya, sebelum akhirnya ia ditarik paksa oleh Jansen menuju ruang keluarga di mana tuan Rutger tengah menunggu Ayu dengan amarah yang membuncah.
Bruk
Ayu dihempaskan dengan kasar sehingga jatuh terduduk di atas lantai. Sungguh gadis ini tak tau apa kesalahannya, sehingga Jansen repot-repot datang ke mess pelayan hanya untuk mencarinya.
"Jullie slaven kennen zichzelf niet!" (Dasar budak tidak tau diri!) Ucap tuan Rutger sembari menarik rambut panjang Ayu yang tengah digelung rapi. Namun karena tuan Rutger, rambut yang sudah ia sanggul rapi menjadi berantakan, sangat berantakan.
"A-ampun tuan," Ayu berusaha melepas cengkraman tangan tuan Rutger, pria itu berhasil membuat kulit kepalanya sangat perih karena jambakan di rambutnya.
"Je verdient het niet om de minnaar van mijn neef te zijn, Hans! Een nederige inboorling als Muu verdient het niet om naast ons te staan!" (kamu tidak pantas menjadi kekasih keponakan ku, Hans! pribumi rendahan seperti muu tidak pantas bersanding dengan kami!)
Tuan Rutger menampar Ayu dengan sangat keras, membuat gadis itu jatuh terhuyung kesamping karenanya. Ayu merasakan perih dan pegal di wajahnya, sungguh Ayu tidak pernah merasakan seseorang memukul dirinya. Bahkan bapak dan ibuk pun tidak pernah mengangkat tangan untuk memukul Ayu.
Tuan Rutger kembali menjambak Ayu, dan kembali menampar gadis itu dengan tenaga yang berkali kali lipat lebih besar dari sebelumnya, sampai membuat darah segar mengalir dari ujung bibir Ayu. Tak lupa tuan Rutger mengungkapkan kata-kata yang mengatakan bahwa seorang pribumi seperti Ayu tidak pantas menjalin hubungan romansa dengan para Belanda.
Ayu kembali terjatuh, wajahnya terasa mati rasa karena tamparan dari tuan Rutger.
Tak berselang lama, pria kejam itu menendang Ayu dengan masih menggunakan sepatu kulit yang cukup keras dan terasa sakit jika tertendang olehnya. Ayu menjerit tertahan, sungguh rasa sakit yang tak pernah ia bayangkan.
Tubuh Ayu terasa seperti mati rasa. Tulang-tulangnya seolah sudah patah dan remuk, begitu juga dengan darah yang mungkin mendidih di dalam tubuhnya. Mendidih karena menahan amarah dan kebencian di dalam relung hatinya.
Tuan Rutger semakin membabi buta, pukulan dan tendangan yang ia berikan pada Ayu sudah tidak terkendali. Tampak sekali tuan Rutger melampiaskan kekesalannya kepada Ayu, melampiaskan rasa kesal dan frustasi dengan kerugian yang mereka terima. Ayu adalah pelampiasan emosi saat ini.
"oh mijn man! hou op!" (Astaga suami ku! Hentikan!) Nyonya Cornelia berlari ke arah sang suami, berusaha menghentikan tindakan gilanya dengan memukuli gadis belia yang tak lain adalah pelayan di rumah ini. Nyonya Cornelia berhasil menenangkan tuan Rutger, pria itu nampak sedikit khawatir dengan Ayu yang sudah tidak sadarkan diri sehingga pria itu memerintahkan salah seorang tentara di rumah ini untuk mengantar Ayu ke rumah sakit.
Mata Ayu terpejam, ia masih dapat mendengar teriakan khawatir nyonya Cornelia, bahkan ia masih sadar ketika tubuhnya yang terasa diangkat oleh seseorang dan setelah itu matanya terpejam. Berusaha menghilangkan rasa sakit yang menjalari seluruh tubuhnya.
"Ayu! Bangun lah," suara bariton yang terdengar memelas menyambut kesadaran Ayu kali ini. Gadis itu mengerjab kan matanya, berusaha memfokuskan kembali kedua matanya setelah beberapa jam tidak sadarkan diri.
Ayu melihat sekeliling, ruangnya cukup ramai, dan suara bising menyambung pendengaran Ayu.
Hans. Orang yang pertama kali ia lihat setelah bangun dari pingsannya. Ayu mengerutkan dahinya, bagaimana Hans ada di sini? Bagaimana Hans tau kalau Ayu tengah terbaring di rumah sakit? Dan, mengapa hans ada di sisinya?
Pria itu menatap Ayu khawatir. Tampak sekali kecemasan di dalam bola mata biru miliknya. Seolah pria itu juga merasakan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuh Ayu.
"Hans?" Suara serak dan lemah Ayu membuat pria Belanda itu menatapnya lega, kehawatiran sedikit luntur dari wajahnya. Pria itu bangun dari duduknya di atas bangku kecil di samping tempat tidur pasien, ia merengkuh dan membawa Ayu ke dalam pelukannya.
Hans memeluk erat Ayu, seolah menyalurkan kehangatan di tengah hawa dingin yang Buitenzorg berikan pada mereka. Ayu sedikit tersentak, tapi pelukan Hans padanya membuat Ayu merasa tenang.
Inilah yang Ayu butuhkan, pelukan yang menyalurkan kekuatan pada Ayu. Pelukan yang seolah mengatakan bahwa gadis itu tidak sendiri di dunia yang kejam ini. Seketika saja Ayu merindukan pelukan ibuk. Ayu merindukan rumahnya.
Ayu sering kali mendapat pelukan hangat dari ibu ketika Ayu jatuh sakit, seolah ketika tubuh Ayu berada dalam rengkuhan ibu membuat tubuhnya lebih cepat pulih.
Tanpa sadar Ayu membalas pelukan Hans, gadis itu juga menitikan air mata dari sudut matanya. Sungguh Ayu lelah, Ayu ingin lari dan kabur dari para Belanda yang seakan selalu mengelilinginya, mereka yang seolah memberikan masalah tiada hentinya kepada Ayu.
Pelukan seorang Hans membuat Ayu merasa tidak sendirian lagi. Setelah kematian orang tuanya, Dyah dan apa yang baru saja ia alami, Ayu benar benar kedinginan dalam relung jiwanya, ia merasa sendirian di tengah tanah jajahan yang tidak manusiawi. Tapi Hans, pria Belanda itu menghempaskan kedinginan yang membuat jiwa Ayu menggigil. Ia berhasil memberikan kehangatan kembali ke dalam hjiwa ayu.
"Tenang Ayu, aku di sini," Hans mengusap punggung Ayu, membuat gadis itu semakin merasa nyaman di dalam dekapannya. Masih terasa jelas betapa sakitnya punggung gadis itu ketika tuan Rutger menendangnya. Tapi usapan Hans seolah menghilangkan rasa sakit yang Ayu rasakan. Perlahan, tapi Ayu merasa sangat aman.
Hans tau keberadaan Ayu ketika salah seorang temannya yang menjadi tentara di kediaman Waltz mengabari Hans, ia mengatakan bahwa wanitanya tengah dibawa ke rumah sakit karrna disiksa oleh tuan Rutger.
Awalnya Hans tidak mengerti apa yang ia katakan, namun setelah ia mengatakan bahwa Ayu lah yang tengah terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit. Segera Hans menuju rumah sakit di mana Ayu berada.
Pria itu mencari Ayu di antara bilik-bilik ruangan yang terpisahkan oleh kain. Hans menemukan Ayu terbaring di atas kasur yang berada di paling ujung ruangan. Nampak wajah Ayu lebam, luka dari sudut bibir Ayu yang masih terlihat walau sudah dibersihkan.
Hans terduduk di atas bangku yang dekat dengan tempat tidur Ayu. Ia menatap dalam wajah lelah gadis pribumi itu, ia tak suka kekerasan. Hans sangat membenci kekerasan. Rasa sedih dan rasa bersalah menelusuk masuk ke dalam relung hatinya, melihat Ayu yang lebam karena ulah pamannya.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Buitenzorg : 1913✅
Ficção HistóricaSebagai seorang pribumi, Ayu sangat membenci para Belanda. Para penjajah dari Netherland yang hanya dapat memeras, menjajah, dan merendahkan tanah Hindia Belanda. Kebencian Ayu semakin menjadi setelah kematian orang tuanya di tangan tentara KNIL. Ay...