Tuan Rutger berbalik menatap Jansen dengan tenang. Sedangkan putranya itu menatap marah dengan kedua mata birunya yang melotot ke arah tuan Rutger.
"zwijg Jansen! doe niets om een nederige inboorling als Ayu te beschermen! Of je krijgt een hete kogel in je hoofd, net als wat er met Dyah is gebeurd," (diam Jansen! jangan melakukan apapun untuk melindungi pribumi rendahan seperti Ayu! atau kau akan berakhir dengan peluru panas yang bersarang di kepala mu, sama seperti yang terjadi pada Dyah)
Jansen terdiam. Otot wajahnya yang mengeras mulai lemas begitu juga dengan sendi kakinya yang terasa meluruh begitu saja. Jansen ingin melindungi Ayu. Tapi ia juga takut mati.
Jansen merasa sangat tidak berguna menjadi seorang pria. Bahkan setelah mengutarakan perasaannya pun ia tak dapat mindungi Ayu dari ayahnya. Tuan Rutger terlalu berkuasa di sini, seolah pria itu memegang kendali atas nyawa manusia yang ada di dekatnya. Pria itu bahkan memberikan ancaman kepada putra sematawayangnya senduri.
Kekuasaan memanglah penting. Untuk melindungi seseorang yang dicintai, kekuasaan sangat diperlukan. Sama seperti Jansen saat ini. Ia terlalu lemah dan tidak memiliki kuasa atas apapun, ia hanyalah manusia lemah yang menurut pada sang ayah. Ia tidak bebas dan tidak dapat melindungi gadis yang ia cintai.
"ga, neem Ayu mee," (pergilah, bawa Ayu bersama kalian)
Segera beberapa tentara Belanda menuju mess pelayan di kediaman keluarga Wlatz. Mereka datang dengan raut senang dan mata jahat yang penuh nafsu. Membayangkan kebahagiaan yang akan didapatkan dari Ayu, gadis pribumi yang malang.
Brak
Ayu yang tengah tertidur terperanjat dari tidurnya. Rambut panjang yang biasa ia biarkan tergerai membuatnya semakin menarik. Dengan paksa salah satu di antara kelima tentara itu menarik paksa tangan Ayu.
"Loh loh mau dibawa kemana Ayu! Jangan heii!" Laras yang juga terbangun berusaha membantu Ayu dengan melepas cengkraman tangan para kenil itu di lengan Ayu.
"Dit is de bloedzuiger van meneer Rutger," (ini perintah tuan Rutger) Ayu berusaha menarik tangannya, mencoba melepaskan tangan kotor kenil itu darinya.
"Lepas gak! Oalah asem wong gemblung! lepas lepas! Mbak tolongin Ayuu, mbak Laraas!" Laras yang melihat itu menjadi ikut panik. Untuk menghentikan Laras agar tidak ikut campur, salah satu di antara kelima tentara tadi menempelkan ujung senapan tepat di dahi Laras.
Ayu serasa melihat Dyah dalam dirinya. Ia melihat Laras yang memaksa membantu dirinya, sama seperti Ayu dulu. Sama seperti Ayu waktu itu, laras juga tengah merasakan kematian tepat di depan mata.
"Sit sit, aku ikut kalian, tapi jangan ada yang berani ngelukai mbak Laras!"
"Oraa Ayu!" Tentara tadi kembali menyimpan senjatanya, Belanda itu pun pergi keluar diikuti Ayu yang menurut saja ketika dibawa.
Sedangkan Laras bingung apa yang dapat ia lakukan. Ia sangat cemas dan khawatir akan keselamatan Ayu, sungguh ia takut jika Ayu bernasib sama seperti Dyah. Tapi ia juga tidak dapat melakukan apapun selain menurut perkataan Ayu dan menuruti perintah majikannya.
Ayu dibawa ke dalam mobil yang biasa digunakan para tentara Belanda. Gadis itu benar-benar takut, ia takut jika mereka akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Atau bahkan mungkin saja mereka meleplnyapkan Ayu malam ini juga.
Perlahan mobil berjalan meninggalkan rumah kediaman Waltz. Rumah yang telah memberikan banyak kenangan padanya. Entah itu baik, atau pun mimpi buruk yang pernah hadir dalam hidupnya.
"Ayuuuu!" Ayu segera menengok ke belakang, ia melihat Jansen yang memandang sendu padanya. Tatapan Jansen seolah mengatakan bahwa Jansen menyesal, sangat menyesal tidak bisa melindungi gadis yang ia cintai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Buitenzorg : 1913✅
Narrativa StoricaSebagai seorang pribumi, Ayu sangat membenci para Belanda. Para penjajah dari Netherland yang hanya dapat memeras, menjajah, dan merendahkan tanah Hindia Belanda. Kebencian Ayu semakin menjadi setelah kematian orang tuanya di tangan tentara KNIL. Ay...