16

1.1K 179 6
                                        

Sudah cukup lama Ayu tinggal di rumah Hans. Dan selama itu pula ia tidak tau apa yang sebenarnya dilakukan pria itu di Hindia-Belanda. Sempat terpikirkan bahwa Hans adalah seorang yang ingin mencari ketenangan di Buitenzog yang indah ini, tapi sepertinya pria itu tidak akan memperoleh ketenangan di tengah tanah peperangan seperti sekarang.

Jadi Ayu menyimpulkan bahwa Hans sebagai seorang pedagang, atau pekarjaan yang sama seperti tuan Rutger. Mempunyai pabrik, atau lahan untuk menanam rempah yang akan sangat mendapat keuntungan bila dijual di Eropa.

Hans selalu pergi di pagi hari, lalu kembali ketika matahari mulai terbenam. Katanya, ia tengah melakukan pekerjaannya.

Ketika Hans tidak di rumah, Ayu akan membaca buku-buku Hans yang sangat banyak itu. Beberapa buku sudah selesa Ayu baca, walaupun hanya buku dengan halaman yang sangat sedikit.

Ayu tertarik dengan buku yang menceritakan kisah dua insan, kisah romansa seorang wanita bangsawan Belanda dengan pria yang hanya rakyat biasa. Ayu belum sempat membaca akhir kisah itu, bahkan ketika Hans ingin menceritakan akhir kisah cinta dalam buku ini, Ayu menolaknya. Ayu ingin ia mengetahui sendiri akhir dari kisah yang tertulis dalam buku tersebut.

Matahari masih bersinar terang walau sudah mulai condong ke barat. Ayu masih membaca buku yang cukup tebal itu, namun kedatangan Hans yang pulang lebih awal menarik perhatian Ayu. Sangat jarang Ayu melihat Hans pulang seawal ini.

"Hans? Kenapa kamu pulang lebih awal?" Ayu mendekat ke arah Hans yang baru saja tiba di teras rumahnya. Tatapan Hans terlihat berbeda dari biasanya. Mata Hans yang biasanya berseri dan bersinar terang, kali ini cahaya itu redup. Menyisakan kesenduan yang tampak di wajah Hans. Ayu sedikit cemas melihat Hans seperti ini.

Pria itu hanya tersenyum sebagai jawaban pertanyaan Ayu. Ia membawa tangannya untuk menggenggam lembut kedua tangan Ayu. Entahlah, Hans ingin seperti ini dulu sebentar. Hanya sebentar.

"Hans?" Ayu kembali memanggil pria itu ketika merasa Hans tidak berminat memberikan jawaban untuk Ayu.

"Mau ikut ke suatu tempat?" Hans tersenyum yang membuat wajahnya semakin menawan. Melihat senyuman terbit di paras Hans, Ayu sedikit lega. Ayu hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum.

Hans menggandeng tangan kanan Ayu, membawa gadis itu agar mengikuti kemana Hans pergi. Mereka keluar dari lingkungan rumah Hans, melalui jalan menanjak yang cukup curam. Namun Hans tetap menggandeng tangan Ayu menjaga agar gadis itu tidak tergelincir ketika berjalan bersamanya.

"Ayu," gadis itu menoleh ketika Hans memanggil namanya.

"Apakah menurut mu, aku berbeda dengan para Belanda yang lain?" Pertanyaan Hans yang tiba-tiba ini membuat Ayu mengernyit heran. Tentu saja Hans berbeda. Sangat berbeda.

Prilaku dan cara berpikir Hans selalu sukses membuat Ayu semakin jatuh hati pada Belanda itu. Hans membuat pendangan Ayu terhadap semua Belanda yang hina itu sama, seakan berubah. Hans adalah contoh Belanda baik yang justru melindungi dan berbuat baik pada pribumi seperti Ayu.

"Iya Hans, kamu berbeda. Kamu lebih mansiawi dari Londo yang lain," Ayu tersenyum setelah mengatakannya. Sedangkan Hans, ia juga tersenyum. Namun senyuman kecut yang terukir di sana, tanpa Ayu sadari.

Awalnya Hans percaya bahwa dirinya sama seperti apa yang Ayu katakan. Namun kenyataan bahwa bangsa Belanda yang telah menjajah tanah ini, para KNIL yang membuat banyak anak kehilangan orang tuanya--seperti yang terjadi pada Ayu, para Londo yang mengotori kesucian perempuan pribumi, membuat Hans merasa sangat terluka.

Hans merupakan bagian dari para Belanda itu. Mereka berasal dari tanah yang sama, tanah Natherland. Kenyataan bahwa Hans merupakan bagian dari para penjajah Hindia-Belanda melekat kuat pada diri pria dengan netra sebiru samudra ini.

"Hans, tau ndak? aku ndak sabar banget buat tau akhir cerita di buku itu, tapi aku cape bacanya Hans, pegel mata ku," Hans terkekeh dengan ucapan Ayu untuk kesekian kalinya. Gadis ini selalu saja mempunyai banyak cara agar Hans terkekeh karena tingkahnya.

"Kenapa kamu suka kisah itu Yu?" Tanya Hans.

"Ndak tau, kisah cinta mereka selalu memberikan aku kejutan setiap kali aku membacanya, cinta pria itu pada sang putri sangat tulus. Bahkan, ia rela ditangkap untuk melindungi perempuan yang dicintainya, pasti si putri bahagia banget kan? Ada pria yang mencintainya sedalam itu," Hans tersenyum kecut.

"Tidak ada yang bahagia saat orang yang dicintai terluka, Yu. Sang putri pasti merasa sangat menderita ketika pria itu ditangkap dan di penjara.

Semakin kita mencintai seseorang, semakin besar pula rasa sakit yang akan terasa nantinya. Ujung perjalanan cinta hanya ada dua Yu, bahagia bersama dengan saling mencinta sedalam samudra, atau justru berpisah dengan luka yang ditimbulkan dari cinta yang terlalu dalam," Ayu hanya menganggukan kepalanya, padahal gadis itu tidak terlalu paham dengan yang Hans ucapkan.

Hans terkekeh mengakhiri kalimatnya. Terlalu banyak kata 'cinta' dalam ucapan Hans pasti membuat kalian muak, kan? Begitu pun Hans yang muak dengan kalimat yang terucap dari mulutnya sendiri.

Setelah melewati jalan yang menanjak cukup tajam, di sini lah Ayu dan Hans berada. Di puncak bukit yang ternyata tak terlalu jauh dari kediaman Hans Vandenberg.

Ayu terpesona melihat indahnya pemandangan di depannya. Dari sini ia dapat melihat pepohonan, sungai, dan rumah penduduk di bawah mereka. Ia juga dapat melihat sawah, bukit yang mengelilingi mereka. Sungguh pemandangan yang belum pernah Ayu lihat sebelumnya.

Suasana dan hawa sejuk membuat Ayu semakin menikmati pemandangan ini. Hans dan Ayu terdiam, memandangi setiap sudut alam yang tengah memanjakan mata. Sebenarnya bukit ini cukup curam dan berbahaya, jika hujan turun, tanah akan menjadi lumpur dan dengan mudah membuat orang yang melewatinya tergelincir dan jatuh ke bawah bukit.

Dan untungnya, saat Ayu dan Hans datang langit sangat cerah, awan gelap pun tak nampak di sore ini.

"Aaaaaaargh!" Ayu terkejut dengan Hans yang tiba-tiba berteriak. Sontak saja ayu mendekat ke arah Hans, menyentuh lengan pria itu dengan tatapan khawatir tertera jelas di kedua bola matanya.

"Ada apa Hans?!" Hans tersenyum.

"Aku hanya ingin berteriak Yu, meluapkan semua emosi yang bergejolak dalam hati. Ketika kamu marah atau sedih, berteriaklah sekencang-kencangnya sampai rasa marah dan sedih mu hilang begitu saja," Ayu menghembuskan nafasnya lega. Ia sangat takut tadi, ia takut terjadi sesuatu pada Hans.

Ayu pun ikut berteriak sekencang-kencangnya. Meluapkan rasa tak nyaman di dalam hati yang senang menetap tanpa mau pergi. Ia berteriak dengan sangat kencang, sampai hatinya terasa ringan, ia baru berhenti. Hati Ayu terasa lebih ringan dan lapang. Karena semua emosi yang selama ini terpendam sudah Ayu lampiaskan. Tentu saja tanpa melukai orang lain, kan?

Hans tersenyum sangat lebar. Ia juga merasa tak jauh berbeda dari Ayu. Hatinya terasa lebih lapang, seolah kesedihan yang ia rasakan meluap bersama teriakannya tadi.

Ayu menatap netra biru Hans. Mata itu, mata yang pernah membuat Ayu hampir terserap larut ke dalamnya. Paras Hans memang lah sangat tampan, rambutnya yang coklat sangat pas dengan mata birunya. Tapi bukanlah paras yang membuat Ayu jatuh hati pada pria Belanda ini. Melainkan sifat, pemikiran dan sikap Hans lah yang membuat hati Ayu berlabuh tanpa dapat dicegah.

"Aku mencintai mu, Hans," Ayu mengucapkan rasa yang selama ini terpendam. Rasa yang selalu Ayu tunjukan namun tidak nampak mendapat balasan.

Hans terdiam, perlahan ia melunturkan senyuman lebar yang baru saja ia tunjukan.


Bersambung...

Buitenzorg : 1913✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang