XLVII : Cuti

168 20 1
                                    

Bukannya mendapat ketenangan seperti yang ia harapkan. Hayoung malah di landa kegelisahan. Terhitung sudah hari kelima ia mengambil cuti, hatinya masih saja tidak berkompromi dengannya. Oke, Hayoung tahu, merindukan kekasih orang itu bukan lah sebuah dosa. Tapi untuk dirinya yang sudah bertekad melupakan Wonwoo, itu terdengar seperti kesalahan besar.

Tidak ada pesan yang masuk dari Wonwoo. Memang seharusnya begitu, karena untuk apa Wonwoo mau menghubunginya. Menanyakan perihal pekerjaan? Semua sudah diatasi oleh Joshua yang sementara ini mengambil alih pekerjaannya. Lelaki itu merangkap untuk dua jabatan. Dan pula, karena alasan 'ingin berlibur' yang Hayoung gunakan, ia rasa Wonwoo tidak akan sampai hati untuk mengganggu 'liburannya'.

Jadi daripada ia berlarut-larut dalam kegalauan yang tidak ada ujungnya. Ia mulai melakukan banyak hal. Dimulai dari menjaga Ayahnya. Setiap pagi kegiatan Hayoung diawali dengan menyuapi Ayahnya. Setelahnya ia akan mengajak Ayahnya bersantai sekedar mengobrol santai. Lalu beranjak sore, ia mengikuti kelas memasak yang diadakan di salah satu penghuni komplek rumahnya. Dan hari ditutup dengan ia yang memasak makan malam, hasil dari pelajaran yang ia dapat. Walaupun masih jauh dari kata lezat, tetapi Ayahnya sangat menyukai masakannya. Mungkin lelaki paruh baya itu hanya ingin membuat putrinya bahagia.

Jika kalian bertanya kemana Ibu Hayoung, wanita yang melahirkan Hayoung itu ternyata mengambil kerja paruh waktu disebuah rumah makan yang tak jauh dari rumahnya. Fakta itu baru Hayoung ketahui ketika ia datang kerumahnya.

Tidak ada yang spesial tentang 'liburannya' kecuali seseorang yang terus mengganggu dirinya dengan mengirimkan banyak pesan dan juga telepon. Rowoon, entah kenapa lelaki itu semakin gencar mendekatinya. Hayoung tahu selama ini Rowoon memang tertarik dengannya. Namun Rowoon tidak pernah se—ah apa kata yang tepat ya? Over protective? Hayoung bahkan tidak bisa menghitung berapa puluh kali lelaki itu menelponnya dalam sehari.

Pesan-pesan yang berisi tentang menanyakan keadaanya, keadaan Ayahnya, atau pesan-pesan remeh seperti bertanya lauk apa yang ia makan itu sedikit banyak membuatnya jengah. Ayolah, sekali-dua kali masih ia tolerir, tetapi berulang-ulang? Itu bahkan membuatnya risih. Tetapi ya, Hayoung tak sampai hati untuk mengungkapkannya. Ia tetap membalas pesan Rowoon tetapi tidak sesering lelaki itu mengirimi pesan.

Ia membuka ruang obrolannya dengan Rowoon. Lelaki itu baru saja mengirim pesan lagi.

Rowoon

Hayoung, nanti kau hadir dalam acara pertunangan bosmu 'kan?

Hayoung

Tentu saja.

Rowoon

Kau mau pergi bersamaku?

Hayoung

Memangnya kau di undang?

Rowoon

Tidak :(
Bosmu memang kejam, bagaimana bisa ia melupakan rekan bisnisnya yang tampan ini?
Padahal perusahaan kami juga belum lama mengerjakan kerjasama.

Hayoung

Yasudah.
Tapi aku tidak bertanggung jawab jika kau di usir karena kedapatan menyelinap :D

Rowoon

Tidak akan, aku jamin.
Karena aku 'kan hanya menemani kekasihku :D

Unscrew You | 96's LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang