Semakin hari Hayoung dan Rowoon semakin dekat saja. Tak jarang mereka menghabiskan waktu berdua. Bahkan terkadang, Rowoon menjemput Hayoung selepas pulang kerja. Hayoung berusaha menolak awalnya, tapi ya, percuma. Karena ia kalah akan keras kepalanya seorang Rowoon.
"Aku lembur hari ini," ucap Hayoung di telepon.
"Tidak apa, aku bisa menunggu."
"Yaish, lain kali saja lah. Jangan di waktu ini, aku benar-benar tidak bisa."
"Hm, tapi aku sudah memesan dua tiket, akan berakhir sia-sia jika tidak dipakai."
"Siapa suruh membelinya tanpa menanyakan padaku terlebih dahulu! Sudahlah, aku sibuk. Kau ajak saja Yujin, pasti dengan senang hati perempuan itu mau."
"Tapi yang ku mau hanya–"
Tut. Tut.
Sambungan itu terputus saat Rowoon bahkan belum menyelesaikan ucapannya. Ia langsun mematikan handphonenya. Hayoung mendengkus, kalau tidak di matikan, perempuan itu yakin bahwa Rowoon akan menerornya dengan panggilan dan pesan.
Sore tadi Rowoon mengiriminya pesan, berkata bahwa ia akan mengajak Hayoung untuk menonton sebuah film yang sudah ditunggu. Hayoung tadinya akan mengiyakan. Tapi Wonwoo seolah mempunyai pekerjaan sampingan sebagai malaikat pencabut nyawa, tiba-tiba menyerahkan setumpuk laporan yang harus ia kerjakan saat itu juga.
"Jangan mendumel, kau harus bertanggung jawab dengan tugasmu."
Suara itu menyentak Hayoung.
"Astaga, pak bisa tidak jangan tiba-tiba muncul seperti itu?" Hayoung mengelus dadanya. Menormalkan detak jantungnya, masih terkejut dengan kehadiran tiba-tiba Wonwoo.
Lelaki itu hanya berekspresi datar. "Kerjakan tugasmu, dan jangan bergerak dari tempatmu sampai selesai."
***
Beberapa kali matanya mencuri pandangan pada kubikel Hayoung. Sial, mengapa sekarang ia malah terlihat seperti seorang mata-mata sih?
Bukan tanpa alasan ia memberikan setumpuk laporan pada Hayoung dengan alasan dikejar deadline, padahal itu hanya bualan semata. Ini dikarenakan Wonwoo yang mencuri obrolan antara Hayoung dan Rowoon.
Sial, menyebutkan nama lelaki itu membuat Wonwoo mau tak mau memikirkan rencana apa yang sedang Rowoon lakukan. Dengan melibatkan sekretarisnya. Dan dari rasa penasaran itu lah yang membuat Wonwoo was-was sendiri, bahkan tak jarang ia terkadang mengawasi Hayoung.
Wonwoo bisa saja mengedepankan asumsi, bahwa memang Rowoon menaruh rasa pada sekretarisnya. Itu mungkin saja, tapi malah terdengar ganjil di mata Wonwoo. Mereka baru saling mengenal bukan?
Dan Hayoung, sudah pasti perempuan itu tidak menyukai Rowoon 'kan? Tapi melihat dari sikap terbuka Hayoung kepada Rowoon, membuat Wonwoo meragu.
Yaish, semua ini membuat kepalanya pening. Seharusnya ia tidak bersikap paranoid seperti ini. Rowoon boleh berinteraksi dengan siapa saja. Ia tidak perlu memersalahkannya.
Tetapi ini menyangkut orang-orang terdekatnya. Wonwoo tidak mau, Hayoung lah yang menjadi korban dari permasalahan yang tidak melibatkannya.
"Pak Wonwoo?" Hayoung mengetuk pintu. Membuat Wonwoo tersadar akan lamunannya. Setelah memberikan izin, Hayoung muncul dengan beberapa map di tangannya.
"Sudah saya kerjakan, bapak bisa memeriksanya." Hayoung menyerahkan map yang dibawanya.
Wonwoo melirik jam sekilas, sudah pukul sembilan malam. Jadi tadi ia melamun lebih dari dua jam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unscrew You | 96's Line
FanfictionDi tinggalkan atau meninggalkan, Mana yang akan kau pilih?