XLII : Kamu Bukan Pemeran Utamanya

546 67 30
                                    


Kata orang, karena cinta, seseorang dapat berubah menjadi sangat egois. Terhadap cintanya dan orang yang dicintainya. Mungkin hal itu juga yang saat ini Yerin rasakan. Rasa untuk memiliki dan tidak ingin siapapun melakukan hal yang sama membuat Yerin menjadi perempuan yang menyebalkan karena perasaannya.

"Meskipun aku memutuskan untuk berteman kembali dengan Hayoung, bukan berarti aku menurunkan kecurigaanku terhadap kau dengan dirinya." Yerin berdiri dihadapan Wonwoo. Matanya memandang lurus bola mata Wonwoo. Menyiratkan bahwa saat ini ia sedang bersungguh-sungguh.

"Aku tahu, ini terdengar sangat egois. Tapi aku hanya tidak ingin, Hayoung mengambil perhatianmu, Won. Berapa kali pun kau mengatakan hubungan kalian hanya sebatas Bos dan bawahan, perasaan bahwa kau mungkin saja berpaling dariku membuatku takut." Kali ini rautnya memelas, seolah ingin menunjukkan bahwa ia mempunyai ketakutan yang besar.

"Tidak sekarang ketika aku memutuskan untuk berada disampingmu." Tutup Yerin.

"Kau bahkan sekarang meragukan perasaanku sendiri, Yer? Selama ini aku selalu berusaha mempercayaimu, ternyata itu tidak berlaku padamu." Wonwoo menggeleng tak percaya. Bagaimana bisa Yerin meragukannya. Bahkan untuk semua pengorbanan yang sudah ia lakukan untuk perempuan itu, perempuan yang disayanginya.

Demi Tuhan, hubungannya dengan Hayoung murni hanya sebatas rekan kerja. Hayoung juga sangat profesional, dan yang lebih penting, selama ini perempuan itu tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa Hayoung tertarik padanya. Jadi tidak ada yang perlu Yerin khawatirkan.

"Aku bukan meragukanmu. Aku hanya tidak ingin ada pemeran lain dalam kisah kita. Pemain utama hanya ada aku dan kau. Aku berusaha untuk menyingkirkan orang-orang yang kemungkinan merusak akhir cerita." Ucap Yerin.

"Aku pernah berkata bahwa Hayoung sangat kekanakan dengan memusuhimu hanya karena lelaki yang ia sukai malah menyukaimu. Tapi sekarang ... aku bahkan tidak bisa mempercayai ini, kau bukan hanya kekanakan. Lebih dari itu kau sangat egois."

Didepannya, mata Yerin sudah berkaca-kaca mendengar penilaian Wonwoo terhadapnya. Tapi ia tidak akan menangis, maka dari itu ia menggangguk dengan tegas. "Aku mengakuinya. Aku memang egois, dan perempuan egois ini hanya ingin akhir yang membahagiakan untuk kisahnya. Apa itu salah?"

Dengan memanjakan Yerin ternyata membuat perempuan itu berlaku seenaknya sendiri. Wonwoo membatin

"Tidak salah ketika kau ingin akhir yang bahagia untuk kisahmu. Semua orangpun menginginkan itu. Tapi, tidak dengan kau yang menempuh jalan seperti itu, Yer. Percayalah, saling melukai tidak akan membuatmu bahagia." Wonwoo berusaha menasehati dengan tenang. Ia tidak boleh kelepasan dalam mengontrol emosinya. Tidak ketika ia sedang menghadapi Yerin-nya.

"Lalu aku harus bagaimana, Won? Aku hanya menginginkan hal sederhana itu." Yerin memelas.

"Yang harus kau lakukan adalah percaya bahwa aku sungguh meyanyangimu. Hanya kamu, tidak dengan Hayoung ataupun yang lain." Ucap Wonwoo tegas, seolah juga ingin memproklamirkan ucapannya. Bahwa ia tidak akan berpaling dengan siapapun.

***

Seharusnya sedari dulu ia sadar, bahwa selamanya ia akan menjadi seorang cameo. Jangan terlalu muluk membayangkan kau berubah menjadi seorang pemeran utama, Hayoung. Tugasmu hanya membantu sang puteri mendapatkan kebahagiaannya bersama sang pangeran. Ya, hanya itu dan seharusnya kau jangan banyak bermimpi.

Seorang cameo sepertimu tidak pantas bermimpi bersanding dengan sang pangeran. Sangat tidak pantas karena bahkan sang pangeran pun tidak memberikan sebuah kesempatan pun. Ia hanya terlalu fokus mencintai sang puteri. Jadi segeralah  bangun dan menyadari posisimu.

Unscrew You | 96's LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang