XLIII : Aku Menawarkan Diriku

525 66 20
                                    

Aku kesini karena pak bos sedang berulang tahun. Met ultah meongggg!!!

Apa harapan kalian untuk pak bos alias wonwoo?🥳🥰🥰🥰🥰

***

Setelah perdebatan yang terjadi diantara Yerin dan Wonwoo, keduanya terlihat saling mendiami satu sama lain. Terbukti dengan keabsenan Yerin yang kini sudah jarang mendatangi kantor Wonwoo. Biasanya perempuan itu menyempatkan datang pada jam istirahat dan membawakan makan siang untuk mereka berdua.

Hal ini yang membuat rasa bersalah Hayoung muncul. Entahlah, ia merasa bertanggung jawab atas hal itu. Melihat Wonwoo yang kini juga tampak sedikit menghindarinya membuat hatinya sakit. Apakah memang sesalah itu dirinya memiliki rasa pada lelaki itu? Tetapi, Wonwoo juga bahkan tidak mengetahui perihal perasaannya. Ia tidak pernah memberitahu, lalu kenapa lelaki itu juga harus menghindarinya?

Dan untuk Yerin, Hayoung menyadari bahwa hubungan keduanya juga meregang kembali. Tentu saja, setelah mengucapkan hal itu Yerin menjadi terang-terangan menjauhinya. Ia tidak pernah lagi membalas pesan Hayoung. Namun, Hayoung mencoba pengertian. Perempuan itu pasti marah dengannya. Tidak apa, Hayoung pernah merasakan hal yang sama kepada Yerin dulu.

Perasaan bersalah itu semakin menghantuinya saat ia merasakan deja vu yang sama. Ketika Yerin juga menyukai lelaki yang Hayoung sukai. Ia marah pada Yerin dan berakhir memusuhinya. Jadi bukankah Yerin wajar melakukan hal yang serupa kepadanya?

"Sst, dipanggil pak bos tuh." Joshua menyenggol lengannya agak kasar. Membuat Hayoung mengadu tanpa sadar. Lalu mengalihkan tatapannya melihat Wonwoo yang menatapnya tajam.

"Saya tidak suka ketika ada orang yang tidak bisa fokus dalam bekerja." Wonwoo berucap dengan nada dingin.

Ya, itulah yang terjadi beberapa akhir ini. Sifat Wonwoo yang sudah dingin malah makin terasa membekukan untuk Hayoung.

"Maaf pak." Hayoung menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap Wonwoo, karena rasanya ia bisa menangis saat ini juga.

Wonwoo hanya berdeham, lalu kembali melanjutkan rapat. Rapat yang berangendakan untuk membahas acara ulang tahun perusahaan yang rutin dilaksanakan tiap tahunnya.

Rencananya di acara itu, Wonwoo juga akan mengumumkan pertunangannya. Itu Joshua yang mengusulkan. Menurutnya perayaan ulang tahun perusahaan kali harus berbeda. Konsepnya akan dibuat seperti perayaan perusahaan pada umumnya. Acara yang akan di gelar di sebuah ballroom hotel ternama itu setidaknya dihadiri oleh rekan-rekan bisnis Wonwoo. Makanya acara itu dibuat formal.

Setelah berkutat hampir sejam lamanya, akhirnya Wonwoo menutup rapat itu. "Sebaiknya kita sudahi saja rapat hari ini. Saya meminta kerjasamanya pada tiap devisi dan juga rekan-rekan sesamanya untuk membantu kesuksesan acara perusahaan ini." Ucap Wonwoo yang diangguki oleh orang-orang yang berada disana.

***

"Eh mau kemana?" Joshua menarik lengannya ketika Hayoung hendak bangkit dari kursinya.

"Balik ke meja lah," Hayoung menjawab dengan ketus.

"Enak saja! Kau tadi tidak mendengar perkataan Pak Wonwoo? Kita disuruh untuk mensurvei tempat."

Hayoung mendesah, "Ya sudah, aku mau mengambil tasku."

Hayoung berjalan menuju lift, lalu melihat Wonwoo juga berada disana. Menunggu lift. Hayoung ingin memutar badan, dan memilih untuk menaiki tangga darurat tapi ia urung ketika melihat Wonwoo menatapnya dari pantulan pintu lift.

Alhasil ia tetap melanjutkan langkahnya dan berdiri dibelakang Wonwoo. Keduanya kemudian terdiam sampai pintu lift terbuka. Di dalam lift, karena tidak tahan dengan keheningan Wonwoo membuka suara. "Oh iya, Hayoung nanti mensurvei tempatnya jangan lama-lama. Kamu masih punya banyak tugas."

Unscrew You | 96's LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang