Jennie merasa suntuk berada di pesta itu. Meskipun Changkyun sudah mengenalkannya pada teman-temannya tadi, Jennie tetap merasa tidak bisa menikmati pesta tersebut.
Ia masuk ke dalam rumah megah itu. Merasa harus buang air kecil, karena kantung kemih yang sudah penuh. Saat melewati area dapur, telinganya tanpa sengaja mendengar suara ribut-ribut.
"Jangan gila, Yer. Kita sama-sama tahu kalau hubungan ini tidak bisa di pertahankan." ucap sebuah suara terdengar frustasi.
"Aku tidak merasa begitu, hanya kau saja yang selalu mendeklarasikan seperti itu!"
"Oke, mari kita anggap kita masih berhubungan. Tapi apa yang harus kita lakukan? Pada orang tuaku, pada orang tuamu? Kau ingin melawannya?"
"Ya! Aku berani menentang keluargaku asal aku bisa kembali bersamamu." ucap perempuan itu dengan terisak.
Lalu keheningan terjadi diantaranya. Sampai Jennie pun bisa mendengar detak jantungnya yang berdebar lebih cepat. Ini gila, tidak seharusnya Jennie menguping percakapan sang tuan rumah yang sepertinya memiliki konflik dengan sang kekasih.
Baru saja Jennie ingin pergi dari tempat itu. Sampai ia mendengar perkataan Hanbin selanjutnya.
"Kau mungkin bisa melakukannya. Tapi maaf, itu tidak bisa berlaku untukku." Selepas mengatakan itu, Hanbin meninggalkan perempuan yang kini sudah terduduk lemas sambil terisak.
"Selalu seperti itu, kau terlalu pengecut, Hanbin."
***
Jennie kembali dari toilet dengan perasaan kalut. Ia merasa bersalah. Selain karena ia telah menguping, ia juga salah karena mengetahui salah satu rahasia yang bukan kewewenangannya.
Ia berjalan dengan menunduk, tidak memperhatikan jalan. Sampai tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang, lantaran menabrak punggung seseorang. Jennie meringis kesakitan.
"Aduh."
Bagus, Jen. Kau seharusnya berjalan dengan matamu. Jennie bersiap meminta maaf, karena takut seseorang yang ditabraknya akan mengeluarkan sumpah serapah kepadanya.
"Kau tak apa-apa?"
"Ya??" Jennie menjawab linglung. Tangannya masih mengusap keningnya yang masih terasa sakit.
Di hadapannya, atau lebih tepatnya seseorang yang baru saja ia tubruk adalah lelaki tampan.
Tidak, maksud Jennie, sangat tampan!
Lelaki itu bertanya dengan nada khawatir. Maju selangkah untuk memeriksa keadaan Jennie. Namun urung ketika Jennie lebih dahulu mundur beberapa langkah.
"Maaf," ucap lelaki itu membungkuk sedikit.
Eh?? Jennie mengerjapkan matanya. Jelas-jelas dirinya lah yang salah tapi mengapa lelaki itu yang meminta maaf?
"Wonwoo!" Keduanya menoleh ketika seseorang memanggil nama lelaki itu.
Jennie memperhatikan perempuan yang kini berjalan kearahnya dengan alis bertaut. Bukankah perempuan itu adalah perempuan yang sama yang tadi berkonflik dengan Hanbin?
"Aku mencarimu dari tadi," Lelaki yang dipanggil Wonwoo itu memeluk pinggang perempuan itu. Jennie membuang mukanya, ketika Wonwoo mengecup pelepis perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unscrew You | 96's Line
FanfictionDi tinggalkan atau meninggalkan, Mana yang akan kau pilih?