Terhitung tiga puluh hari lagi acara pertunangan mereka berdua, tetapi akhir-akhir ini keduanya jarang sekali bertemu untuk mendiskusikan hal itu. Ini dikarenakan kesibukan Wonwoo yang akhir-akhir ini membuat lelaki itu tidak bisa menemui Yerin.
Minggu lalu ia mempunyai acara yang mengharuskan pergi ke luar negeri. Agak kerepotan sebenarnya, karena ia tidak membawa asisten. Ia tidak mungkin mengajak Hayoung, meski perempuan itu adalah sekretarisnya. Tetapi rasanya Wonwoo kurang nyaman bila berpergian jauh dengan perempuan selain Ibunya dan Yerin. Ingin mengajak Joshua, tetapi ia lupa bahwa telah menugaskan lelaki itu untuk proyek lainnya.
Untungnya hari ini ia sedikit free, sengaja juga mengambil sisa cutinya. Maka dari itu sejak pagi ia sudah bertandang ke butik Yerin. Sekedar untuk menemani perempuan itu.
"Kamu tuh kalau kesini cuma mau recokin aku mending dirumah aja deh. Lagi juga pasti kamu masih capek, kemarin sampai kesini tengah malam kan?" Yerin mengomel dengan kedua tangan bertolak pinggang. Menatap gemas Wonwoo yang saat ini sedang melihat-lihat gambar hasil karyanya.
"Hm..." Wonwoo hanya berdeham. Lalu menaruh kertas-kertas yang berisi gambaran gaun-gaun Yerin. Ia menatap Yerin dengan senyuman. "Makan diluar yuk? Sudah mau masuk jam makan siang." Ajaknya.
"Aku masih banyak kerjaan. Kamu kalau mau makan sendirian aja."
"Aku sudah bela-belain libur karna ingin makan siang dengan kekasihku, tapi apa yang aku dapat? Penolakkan? Oh, sungguh tega dirimu."
Yerin memutar bola matanya mendengar ucapan Wonwoo yang dibuat mendramatisir. "Ih kamu tuh nggak cocok ya sok imut begitu! Ya sudah bentar, aku mau temuin Eunha dulu."
Wonwoo tertawa geli menikmati ekspresi kesal Yerin. Ah rasanya ia sudah lama sekali tidak melihat raut kesal perempuannya.
***
"Jadi ... undangannya sudah disebar?" Wonwoo bertanya pada Yerin.
Yerin mengangguk. "Belum semuanya, sih. Tapi sudah sekitar 3/4 dari list tamu undangan."
Sebenarnya untuk acara pertunangan dan juga pernikahan nanti semuanya diurus oleh keluarga Yerin. Terutama Mamanya yang sangat ingin berkontribusi dalam acara penting Yerin. Dan untungnya keluarga Wonwoo tidak merasa keberatan maupun tersinggung.
Wonwoo mengangguk mengerti. Lalu menyedot kembali jus alpukatnya yang sudah tinggal setengah.
"Tapi kamu serius tidak mau menambah daftar undangan? Teman-temanmu misalnya?" Yerin bertanya kembali. Karena jika ditanya Wonwoo bilang tidak perlu.
"Tidak perlu, yang kemarin sudah aku kasih listnya juga sudah banyak sekali. Nanti saja pas acara repsesi."
Yerin memasang wajah cemberut. "Jangan-jangan kamu malu ya punya pasangan sepertiku?"
"Tidak, kata siapa?"
"Itu buktinya kamu seolah enggan memperkenalkan aku ke teman-temanmu." Oh, sepertinya Yerin sedang merajuk.
Mendengarnya, Wonwoo malah tertawa. "Kamu percaya nggak, kalau sebenarnya aku tidak mempunyai banyak teman?"
Mata Yerin membulat seketika. "Maksud kamu ...?"
"Aku tidak mengundang yang lain karena memang aku tidak mempunyai banyak teman. Teman kuliahku sangat sedikit, dan lagipula mereka berpencar diseluruh negara. Teman dikantorku hanya Joshua. Itulah mengapa aku tidak menulis banyak." Jelas Wonwoo.
"Kamu tuh ya! Ya jangan kaku-kaku banget. Masa iya teman aja enggak punya?" Yerin berdecak gemas. Lalu arah matanya tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenal. Ia melambaikan tangan dan memanggil nama orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unscrew You | 96's Line
FanfictionDi tinggalkan atau meninggalkan, Mana yang akan kau pilih?