Part 19.

496 90 8
                                    

Happy reading
~~~~

"Kita mau kemana Pak?" tanya Ayna bingung ketika melihat mobil yang dikendarai Adnan berhenti di depan sebuah restoran.

"Mulai sekarang kamu jadi asisten pribadi saya."

"Hah! Sejak kapan? Kenapa harus saya, Pak?" tanya Ayna sembari melihat Adnan yang ada di sampingnya.

Ayna tidak habis pikir bagaimana bisa dosennya itu mengklaim jika ia adalah asisten pribadinya secara sepihak tanpa bertanya terlebih dahulu pada Ayna.

"Ini orang udah gila apa ya? Kemarin gue diklaim milik dia, sekarang gue jadi asisten pribadinya .. kenapa enggak sekalian gue dijadiin pembantu," ucap Ayna dalam hatinya.

"Kamu masih mau nilai bagus kan sama saya. Ayo cepet turun," ucap Adnan yang seperti sebuah perintah.

Mau tidak mau, Ayna ikut turun dan mengikuti Adnan dari belakang memasuki restoran tersebut.

Tidak jauh berbeda dari restoran pada umumnya, para pelayan akan dengan sigap melayani para pelanggannya yang datang.

"Saya pesan seperti biasa," ucap Adnan pada pelayan.

"Baik, Tuan. Nona sendiri mau pesan apa?" tanya pelayan tersebut.

"Hmmm saya mau pesen ...."

Belum sempat Ayna mengucapkan pesanannya, Adnan sudah memotongnya terlebih dahulu. "Air putih."

"Baik Tuan, akan kami siapkan," ucap pelayan tersebut dan berlalu pergi.

Dengan ekspresi kesal, Ayna ingin sekali memaki dosennya ini tapi ia tidak mungkin melakukannya ... bisa-bisa nilainya yang akan terancam, sehingga ia hanya bisa menggerutu di dalam hatinya. "Serius, ini gue cuman dipesenin air putih doang, pelit banget nih dosen!!"

"Kenapa kamu?"

"Pakai nanya lagi," ucap Ayna dalam hatinya lagi, ia harus bisa menahan emosinya.

"Mulai besok kamu harus sering-sering ngecek handphone kamu, karna ada beberapa hal yang harus kamu kerjain."

"Saya masih ujian Pak jadi enggak bisa diganggu," sahut Ayna dengan nada tegas.

"Ohhh itu saya tau, kamu bisa mengerjakan setelah ujian selesai."

Memang tidak bisa dibantah apa yang diucapkan pria yang ada di depan Ayna ini. Dia selalu bisa memberikan tanggapan yang membuat lawan bicaranya hanya bisa terdiam.

Tidak lama, pesanan mereka datang ... mungkin lebih tepatnya pesanan Adnan. Ayna bisa melihat dengan jelas, di atas meja telah tersaji sebuah sup jagung yang sangat terlihat enak. 

"Perut gue laper lagi, mana duit enggak ada .. kirain bakal ditraktir sama ini orang, ternyata gue cuman disuruh ngeliatin dia makan,"  ujar Ayna dalam hati sambil memegang perutnya yang terasa lapar.

Sangat menyedihkan, Ayna hanya bisa melihat Adnan yang mulai menyantap makanannya tanpa menawari Ayna sedikit pun.

Hampir 20 menit Adnan memakan supnya sampai habis. Ia begitu senang dapat melihat wajah Ayna yang begitu kesal padanya.

"Oke, habis ini kamu boleh pulang. Nanti kamu bisa naik ojek online atau apa pun itu karna saya masih banyak urusan," jelas Adnan lalu pergi meninggalkan Ayna sendiri di meja.

"Enggak ada otak tuh dosen ya!!" pekik Ayna ketika Adnan sudah keluar dari restoran.

~~~
Ayna's POV

"Bunda ... Adek pulang," ucapku saat memasuki rumah.

Kulihat bunda dan Caca sedang berada di dapur. "Bunda masak apa ?" tanyaku sambil berjalan ke arah dapur.

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang