Part. 24

411 91 12
                                    

Happy reading
~~~~
19.37 WIB

"Gimana Yah? Boleh kan?"

"Enggak usah Yah, dia tadi aja pulang sampai sore banget. Enggak ngasih kabar lagi ... bikin Bunda khawatir aja," cibir Bian di sela makannya.

Ayna memang salah, ia tidak mengabari keluarganya ataupun Caca jika ia pulang terlambat.

Sejak Ayna pulang, kedua kakaknya tidak berhenti menasehatinya ... bahkan kedua kakaknya itu memusuhi Ayna, seperti sekarang.

"Iya maaf Bang ... Adek lupa," ucap Ayna pelan.

"Lain kali kamu begitu, Kakak anter jemput kamu." Adrian memberikan ancaman sedikit pada adik bungsunya itu.

"Iya Adek enggak gitu lagi. Adek minta maaf ya Ayah, Bunda, Abang, Kakak. Adek udah bikin kalian semua khawatir. Adek janji enggak bakal kayak gitu lagi," ujar Ayna dengan sungguh-sungguh.

"Iya Sayang, lain kali jangan gitu lagi ya. Kakak-kakakmu tuh khawatir banget, kamu ditelfon enggak diangkat jadikan semuanya pada panik," jelas bunda dengan lembut.

Ayna mengangguk pelan, ia tahu apa yang dilakukannya adalah salah. Sekarang, ia harus mencari cara agar kedua kakaknya mau memaafkannya.

"Intinya Adek kan udah tau salahnya di mana dan mau ngakuin kesalahan. Itu hal bagus Sayang," ujar ayah Ayna sambil memegangi tangan anak bungsunya itu yang kebetulan duduk di sampingnya.

"Iya Ayah, makasih ya Ayah."

Ini yang selalu diajarkan oleh orang tuanya yaitu harus berani mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan, terlepas dari apa pun itu konsekuensinya.

Selama ini, orang tua Ayna tidak pernah memarahi mereka ataupun berlaku kasar. Karena pada dasarnya kenakalan seorang anak bisa diubah jika orang tuanya bisa mendidik dan memberitahunya dengan cara yang baik.

"Ayna beruntung punya orang tua kayak Ayah sama Bunda," gumam Ayna dalam hatinya sambil memandangi ayah dan bundanya secara bergantian.

"Soal kalian mau ke puncak nanti Ayah pikirin lagi ya. Sekarang kalian lanjutin makannya dulu," ujar ayah Ayna.

"Siap Ayah," jawab Ayna dan Caca dengan senyuman lebar.

Setelah menyelesaikan makan malam, mereka kembali ke kamar masing-masing kecuali Adrian, ayah dan bunda Ayna yang masih duduk di ruang tamu.

"Terus gimana lo mau bujuk kakak-kakak lo?" tanya Caca dengan posisinya yang sudah tiduran di atas kasur.

"Kebiasaan abis makan tiduran," ujar Ayna yang sibuk mengambil buku-buku di atas meja belajarnya.

"Hehehe lupa, terus gimana?" tanya Caca sambil membenarkan posisinya menjadi duduk.

Masih fokus mencari buku-bukunya, Ayna malah kembali bertanya pada Caca. "Apanya?"

Caca memutar bola matanya. "Kepala lo kebentur sama apa sih? Kok jadi lemot gitu."

"Ya lo nanya tapi pertanyaannya enggak jelas, gimana gue mau jawab," jelas Ayna yang mulai duduk di kursi belajarnya dan membuka salah satu buku.

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang