Part. 38

229 27 0
                                    

Happy reading
Warning:
17+ 🙏🏻
Hati-hati, terdapat kata-kata kasar
Jangan ditiru ya readers
~~~~

"Bapak mau bawa saya ke mana?"

Yang diajak bicara hanya membisu dan memperlihatkan wajah dinginnya, layaknya patung atau es di kutub utara.

"Ehhh nyebelin banget sih! Kalau bukan dosen gue, udah lama gue tunjuk-tunjuk mukanya terus gue kata-katain. Mana sok ganteng banget lagi." hardik Ayna dalam hati.

"Besok, kamu mau pergi sama saya?"

"Maaf Pak enggak bisa. Saya udah ada janji buat pergi sama temen-temen saya." jawab Ayna dengan begitu santainya.

Adnan sangat ingin tahu kemana gadisnya ini akan pergi. "Kemana? Mau ngapain? Sama siapa?"

Ayna sangat geli dengan pertanyaan Adnan. "Hahahaha Bapak kepo banget. Terlalu banyak nanya."

Tawa ini, tawa yang sangat Adnan rindukan. Akhirnya Adnan bisa melihatnya lagi. "Kamu emang paling cantik, Ayna."

Ayna yang sedang tertawa, sontak batuk karena mendengar Adnan memujinya. "Uhuk uhuk uhuk."

Dengan cekatan Adnan menepikan mobilnya di pinggir jalan dan memberikan Ayna sebotol air minum.

"Pelan-pelan minumnya. Kamu enggak apa-apa?" tanya Adnan yang begitu khawatir.

"Enggak apa-apa kok Pak. Makasih air minumnya," jawab Ayna setelah meminum air yang diberikan Adnan.

"Maaf kalau saya bikin kamu kaget," ucap Adnan sembari mengelus pipi Ayna dengan lembut.

Deg Deg Deg

Jika Adnan bisa mendengar suara detak jantung Ayna yang berdetak begitu kencang, bisa dipastikan Ayna akan sangat malu.

"Mampus, jantung gue. Ayo otak kerja sama, kenapa malah diem aja?" batin Ayna.

Senyum manis terukir indah di wajah Adnan. "Muka kamu merah, tapi saya suka itu."

Ayna langsung menunduk malu, bisa-bisanya di saat seperti ini wajahnya justru memerah tanpa permisi di depan dosennya sendiri.

"Kita akan sampai dalam 15 menit lagi. Kamu masih bisa hilangin wajah merah kamu itu." ucap Adnan untuk menggoda Ayna.

"Awas lo ya Dosen Rese."

"Kalian enggak mau mampir dulu nih?"

"Enggak deh Ca, lagian udah sore nanti kita dicariin Ibu lagi." jawab Abi.

Setelah Ayna pergi, mereka memutuskan untuk pulang dan menutup toko. Seperti biasa, Abi akan selalu mengantar sahabat-sahabatnya pulang.

"Ya udah, hati-hati kalian berdua .. jangan ngebut," ucap Caca.

"Iya. Bye Bucin," sahut Hasan.

Caca pun masuk ke dalam rumah dan begitu juga dengan Abi yang sudah menjalankan mobilnya menjauh dari pekarangan rumah Ayna.

"Lo masih mau nginep di rumah apa gimana?" tanya Abi sembari menyetir.

"Masih, tapi gue ada urusan. Nanti lo turunin gue di deket halte aja," jawab Hasan.

Dahi Abi mengernyit. "Urusan apa? Jangan aneh-aneh deh Can."

"Enggak bakal, percaya sama gue. Gue cuman mau ketemu sama seseorang aja," jelas Hasan untuk meyakinkan sahabatnya itu.

Abi sangat tahu dengan sifat Hasan, jika sudah begini Abi tak akan pernah bisa membiarkan Hasan pergi sendiri.

"Lo serius mau gue turunin? Gue temenin aja ya, Ibu pasti ngomel kalau gue enggak pulang bareng lo," saran Abi sembari menoleh sebentar ke arah Hasan.

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang