Eps 3.

942 148 12
                                    

Happy reading
~~~~

"Kok bisa ya dia di sini. Apa kebetulan aja?" Pikiran Ayna berlayar dengan sendirinya.

"Hayo, ngelamunin apaan?"

"Ngagetin aja deh Ca." Ayna mengelus dadanya pelan.

"Ya abis, lo diem terus Ay. Dari kita di luar tadi sampai ke kelas, enggak ada ngomong tuh. Takutnya lo ke sambet, kan enggak lucu," tutur Rea dengan ekspresi takut.

Perbincangan mereka terhenti ketika dari ujung pintu kelas terdengar suara lak-laki. "Selamat pagi semua."

Semua mata tertuju pada sosok pria yang sedang memasuki kelas. Biasanya Ayna tidak perduli dengan hal sekelilingnya. Tapi untuk kali ini, saat Ayna melihat sosok itu dia merasa familiar.

"Ihh gila ganteng banget."

"Udah punya istri belom ya?"

"Gua mau kali ahh jadi pacarnya."

Bisikan-bisikan kecil langsung terdengar jelas untuk pria itu. "Perkenalkan, saya Adnan Adipramana. Saya dosen pengganti Pak Gilang yang sekarang sedang cuti. Saya harap kalian semua bisa bekerja sama selama saya di sini."

Adnan Adipramana, CEO muda yang sudah sukses di umur 23 tahun. Memiliki paras yang sangat tampan, tubuh yang atletis, dan bisa di katakan sosok yang sempurna. Perempuan mana pun sangat tergila-gila padanya, tapi sayang dia tidak tertarik sedikit pun. Bahkan banyak rumor yang beredar bahwa dia adalah seorang gay.

Kali ini suasana kelas tidak seperti biasanya. Semuanya terlihat senyum bahagia. Mau tahu kenapa? Tentu karena kehadiran Adnan. Pak Gilang terkenal sangat kejam pada semua mahasiswanya. Setiap saat dia akan menyuruh siapa saja untuk maju ke depan secara acak. Sudah dapat ditebak itu adalah hal yang paling dibenci oleh mahasiswa. Jadi, saat mendengar beliau mengambil cuti ... para mahasiswa merasa bebas terbang.

Setelah hampir 2 jam berlalu, Adnan telah menyelesaikan tugasnya.
"Baik, hari ini cukup sampai di sini perkuliahan kita hari ini. Sampai ketemu di kelas berikutnya."

"Baik Pak," jawab para mahasiswa dan bersiap-siap keluar kelas.

"Saya lupa, siapa penanggung jawab di kelas ini?" tanya Adnan sebelum keluar dari kelas.

"Saya," jawab Ayna.

"Nanti tolong ke ruangan saya."

Ayna hanya mengangguk tanpa menjawab perkataan Adnan, lalu pergi keluar kelas. Baru beberapa menit Ayna bersama kelima sahabatnya keluar dari kelas, mereka sudah dihadang oleh beberapa orang. "Hai Ayna."

"Wah Kak Gian tuh. Pasti mau caper lagi sama Ay." Caca berbisik pada Abi yang tidak mungkin didengar oleh Gian.

Ayna hanya menatap mereka dengan wajah datar. Ya, berubah 180 derajat. Yang tadinya Ayna terlihat hangat bahkan mengeluarkan tawa yang keras bisa berubah sekian detik saat bertemu orang lain.

"Nanti pulang bareng Kakak ya. Ohh ya, ini coklat buat kamu." Gian memberikan sebuah coklat dengan setangkai bunga yang menempel di sana.

Ayna mengambil coklat itu, namun ia pergi begitu saja tanpa memberikan sepatah kata pun.

Rea yang sadar, segara pergi menyusul Ayna dan diikuti keempat sahabatnya yang lain.
"Ay." Rea menarik tas Ayna.
"Suka banget ya pergi gitu aja," sambung Rea.

"Nih buat lo aja." Ayna memberikan coklat dan bunga tadi kepada Rea yang ia dapatkan dari Gian.

"Ya udah yuk ke kantin, udah laper nih." Eja mengajak kelima sahabatnya.

"Dasar perut karet," timpal Caca.

"Kalian duluan aja, gue harus ketemu Pak Adnan dulu."

"Oke, kita duluan Ay," jawab Abi sambil mengelus kepala Ayna.

"Nyusul nanti ya Ay," ucap Caca pada Ayna yang perlahan menjauh.

~~~

Tok tok tok

"Iya masuk."

"Permisi Pak, tadi Bapak suruh saya ke sini. Ada apa ya pak?" tanya Ayna.

"Duduk dulu Ayna."

Duduk di salah satu kursi yang ada di hadapan Adnan membuat Ayna bisa menatap wajah Adnan yang begitu tampan dari Jarak yang sangat dekat.

"Hmmm saya boleh minta nomor handphone kamu? Biar saya gampang untuk memberikan informasi apa pun," ujar Adnan dengan lemah lembut.

Ayna tidak menjawab, ia justru mengeluarkan handphonenya.

Ting

"Bapak udah saya undang ke grup kelas, jadi Bapak bisa kasih info apa pun ke kelas."

"Tapi saya ma." Kalimat Adnan terhenti begitu saja.

"Kalau ada yang perlu saya bantu lagi, Bapak tinggal chat saya. Permisi Pak." Sebelum Adnan melanjutkan perkataannya, Ayna sudah pergi lebih dulu.

Adnan melihat benda pipih di tangannya. Layar itu menampilkan pesan baru berupa jadwal kelas dan dikirim langsung oleh Ayna. Senyuman hangat pun terlihat di wajah Adnan.

"Lucu."

~~~

Setibanya di kantin, Ayna langsung duduk dengan raut wajah yang susah ditebak.

"Ay mau pesen apa nih? Kita udah pada pesen," tanya Caca sambil memberikan kecap di mangkuk baksonya.

"Iya Ay, biar bisa makan bareng," sahut Rea.

Tetap hening. "Kenapa muka lo?" tanya Eja dengan menyentil jidat Ayna agar tersadar.

Ayna tetap tidak menjawab, dia seperti memikirkan sesuatu. Kelima sahabatnya menjadi bingung melihat sikap Ayna.

"Ay, lo baik-baik aja kan?" Abi memegangi bahu Ayna.

"Lo ke sambet Ay?" Dengan wajah polosnya Hasan menatap Ayna.

Rea menimpuk bahu Hasan dengan beberapa cemilan. "Gue pukul juga kepala lo."

"Ay," ucap Abi.

"Kenapa Pak Adnan bisa tau nama gue?"

"Yahh, kirain apaan." Caca mengehela napas lega.

"Namanya juga dia dosen pasti dia udah di kasih tau sama si Gilang botak buat tau nama-nama mahasiswanya. Apalagi lo PJ kelas, sangat-sangat pasti nama lo harus diinget sama Pak Adnan," jelas Eja dengan tetap memakan cemilannya.

(Note : PJ = penanggung jawab)

"Iya Ay. Udah ahh mending lo pesen makanan sekarang, yuk gue temenin," ajak Rea dengan menggandeng tangan ayna.

Selepas Ayna dan Rea pergi, Eja memberikan kode mata agar ketiga sahabatnya itu untuk mendekat.
"Gue rasa Ay bingung tuh kenapa dia bisa ketemu lagi sama Pak Adnan."

"Maksudnya apaan dah?" tanya Caca dengan wajah polosnya.

"Lola lo. Jadi, waktu itu Pak Adnan pernah ke toko pas Ayna yang jaga," lanjut Eja.

Hasan yang kesal dengan penjelasan Eja barusan langsung menginjak kaki Eja. "Terus apa hubungannya cupu?"

"Ya kali aja kan." Eja menatap kesal pada Hasan sambil mengelus kakinya.

Abi melirik ketiga sahabatnya sambil memangku wajahnya dengan sebelah tangan. "Ay ada cerita ke gue kalau waktu itu Bunda sempet ngobrol sama cowok yang aneh. Tapi gue enggak tau pasti apa itu Pak Adnan atau bukan."

"Apa mungkin itu orang yang sama?" timpal Caca.

~~~~
TBC

Hayo siapa ?? Adnan atau bukan.
Jangan lupa vote dan comment ya biar author tambah semangat buat update

Xyasle🌸

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang