Part. 34

226 38 16
                                    

Happy reading
Hati-hati, terdapat kata-kata kasar
Jangan ditiru ya readers
~~~~

"Apa ada masa lalu antara Ay sama sepupu lo?"

Pertanyaan dari Rea terus terngiang-ngiang dalam ingatan Ayna dan ditambah dengan Hasan yang enggan menjawab, semakin membuat Ayna bingung dan bertanya-tanya.

"Ehh malah ngelamun nih anak," ujar Caca untuk menyadarkan Ayna.

"Enggak tuh," sangkal Ayna.

"Ya udah dinyalain motornya terus kita pulang. Udah mau jam 5 ini," ucap Caca.

Ayna dan Caca memang kembali lagi ke kampus untuk mengambil motor yang sempat mereka tinggalkan ketika akan pergi ke rumah Abi.

"Iya iya bawel," sahut Ayna yang segara menghidupkan motornya.

Dalam perjalanan pulang, sudah ketiga kalinya Ayna memperhatikan beberapa mobil yang ada di belakangnya. Ayna cukup curiga dengan mobil-mobil itu karena selalu mengikuti kemana pun Ayna pergi.

"Ca, lo sadar enggak sih kita diikutin orang?" tanya Ayna dengan sedikit teriak.

"Hah? Kunti?" tanya Caca balik.

"Di-i-ku-tin," ucap Ayna dengan mengeja kata tersebut.

"Hah, kutil? Kutil siapa Ay?" tanya Caca sedikit berteriak.

Percuma jika Ayna berbicara pada Caca dengan keadaan di atas motor seperti ini. Itu hanya membuang tenaga Ayna dan ia memutuskan untuk berbicara di saat mereka sudah sampai di rumah saja.

Ayna memang tidak pernah membawa motornya dalam keadaan sangat cepat. Ia selalu ingat apa yang dikatakan bundanya untuk selalu memikirkan keselamatan saat di jalan raya. Jadi mereka baru sampai di rumah saat hari mulai menjelang malam.

"Kita pulang," ucap Ayna ketika mereka memasuki rumah.

Terlihat Ayah, Bunda dan kedua kakaknya sedang berkumpul di ruang tengah. Ayna dan Caca pun menghampiri mereka dan mencium tangan mereka satu per satu.

"Tumben pada ngumpul jam segini?" tanya Ayna.

Raut wajah mereka tidak seperti biasanya, sangat murung terutama bunda Ayna.

"Enggak apa-apa Sayang. Kalian ke kamar aja ya terus langsung mandi," ucap bunda Ayna.

"Ini serius enggak ada apa-apa? Tapi kenapa Bunda kayak abis nangis?" tanya Ayna.

Adrian melihat ke arah Ayna dan Caca. "Dua adek kakak yang baik, sekarang ke kamar ya."

Ayna sangat paham betul jika ada sesuatu yang terjadi dan itu disembunyikan darinya. Tetapi Ayna tidak ingin membantah perkataan kakaknya itu. "Ya udah, aku sama Caca ke kamar dulu."

~~~

"Mamah." Suara Adnan begitu ia memasuki rumah orang tuanya.

"Mamah aja yang dipanggil nih?"

Suara itu, suara yang cukup Adnan rindukan.
"Papah," panggil Adnan dan langsung memeluk ayahnya yang sedang duduk di salah satu sofa.

"Kamu tambah jelek," ejek ayah Adnan sembari melepas pelukannya.

"Papah tambah tua," balas Adnan yang tidak ingin kalah dengan ayahnya.

"Hahaha kamu ini, gimana kerjaan kamu di sini?" tanya ayah Adnan.

"Baik Pah, semua lancar. Pah, boleh Adnan tanya."

"Silahkan," jawab ayah Adnan singkat.

Adnan bukan tipe yang suka berbasa-basi, apa pun yang ingin ia ketahui atau melakukan sesuatu ... ia akan langsung melakukannya tanpa berlama-lama.

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang