Part. 28

316 58 1
                                    

Happy reading
~~~~

"Kalau aja gue bisa nyantet orang, pasti nih dosen Rese yang gue santet duluan. Apa gue tonjok aja ya nih dosen? Atau gue kempesin ban mobilnya. Kayaknya, gue coret-coret aja nih mobil mahalnya."

Terlalu larut dengan pikirannya sendiri, sampai Ayna tidak sadar jika ia sudah berkali-kali dipanggil oleh Adnan.

Tak!

"Akkk! Bapak udah enggak waras ya?"

"Salah sendiri, saya udah panggil kamu berkali-kali tapi kamu enggak denger juga," jelas Adnan dengan tetap fokus menyetir.

"Tapi enggak disentil juga kalik Pak, sakit tau!" rengek Ayna sembari mengelus keningnya yang terlihat memerah.

Bagaikan tuli, Adnan sama sekali tidak perduli dengan ocehan Ayna.

"Bener-bener nih orang, bukannya minta maaf ... malah gue dicuekin. Bikin gue naik darah aja. Lain kali gue bales lo!" ujar Ayna dalam hatinya.

"Turun," pinta Adnan ketika mereka sudah sampai di tujuan.

Entah Adnan membawa Ayna kemana, yang jelas Ayna tidak pernah ke tempat ini. Tempat yang begitu sejuk dengan pepohonan hijau yang menjulang begitu tinggi.

"Ini dimana Pak?" tanya Ayna begitu ia turun dari mobil.

Bukan menjawab pertanyaan Ayna, justru Adnan menghampirinya dan mengelus kening Ayna.

"Masih sakit?" tanya Adnan dengan nada suara yang begitu lembut.

Sikap Adnan yang tiba-tiba menjadi lembut seperti ini yang membuat Ayna ingin meleleh. Tatapan Adnan yang begitu mempesona membuat siapa pun akan jatuh ke dalamnya, termasuk Ayna.

Secara perlahan, Adnan memajukkan tubuhnya menjadi lebih dekat dengan Ayna. Tidak berusaha berlari, justru sebaliknya ... Ayna menatap Adnan begitu intens.

Perlahan, Adnan mengelus kening Ayna sembari meniupnya dengan perlahan. "Maaf, saya buat kamu kesakitan."

Deg!

Jantung Ayna seakan berhenti sejenak. Ia tidak percaya dengan apa yang barusan Adnan lakukan.

"Akkkk jantung gue. Bisa-bisa sakit jantung beneran gue kalau lama-lama deket Pak Adnan," ucap Ayna di dalam hatinya.

Gugup, salah tingkah, pipi memerah ... semuanya bercampur aduk menjadi satu. "Hmmm, i-iya Pak."

"Yuk masuk ke dalem," ajak Adnan yang sudah berjalan lebih dulu.

"Rumah siapa ya itu?" gumam Ayna yang mengikuti Adnan dari belakang.

Terlihat pria yang menyambut kedatangan Adnan dan Ayna. "Selamat datang Tuan dan ...."

Adnan tahu jika pria ini tidak mengenalinya. "Ayna, Ayna Azkayra."

Pria itu seperti terkejut saat Adnan mengenalkan Ayna, ia seperti ingin menangis. "Astaga Nona, saya tidak percaya ini."

"Jangan membuatnya bingung," ucap Adnan pada pria itu.

Sudah pasti Ayna bingung, ia tidak merasa kenal dengan pria itu.
"Apa gue pernah ketemu ya sama bapak ini?" batin Ayna.

"Ayna, ini Pak Hisyam. Dia pemilik rumah ini dan dia tinggal bersama anaknya tapi sekarang anaknya sedang pergi bekerja," tutur Adnan memperkenalkan pria itu pada Ayna.

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang