Part. 54

49 6 0
                                    

Happy reading
~~~~

"Uhuk uhuk."

"Hati-hati, banyak debu Ayna."

Ayna menoleh ke arah suara yang ada di belakangnya. "Bapak ngapain sih ikutin saya ke gudang?"

"Biar kita sama-sama mengenang masa lalu kita," jawab Adnan sembari mengelap tangan Ayna yang kotor.

"Kerasukan setan apa nih orang? Tiba-tiba jadi baik," batin Ayna.

"Kamu tunggu di sini. Nanti saya ambilin barang-barangnya," ujar Adnan lalu pergi masuk ke dalam gudang.

Semenjak Adnan dan Hasan menceritakan kejadian masa lalunya, Ayna begitu penasaran akan sesuatu. "Apa cowok yang pernah ada di dalam mimpi gue itu kembaran Pak Adnan ya? Soalnya mereka mirip banget."

"Ngelamunin apa Cantik?" tanya Adnan yang sudah membawa keluar 2 kotak yang cukup besar ke arah gazebo yang ada di samping rumah Ayna.

"Cuman itu barangnya? tanya Ayna balik sembari mengikut Adnan.

Adnan mengangguk mengisyaratkan iya untuk pertanyaan Ayna.

"Kenapa jadi diem gitu," batin Ayna.

Ayna tidak terlalu menghiraukan Adnan yang masih berdiri. Ia lebih memilih duduk untuk mulai membuka kotaknya.

Hal pertama yang ia lihat adalah foto dirinya bersama dua anak laki-laki yang begitu mirip.

"Apa ini Pak Adnan?" tanya Ayna sembari menunjukkan fotonya pada Adnan.

Tentu Adnan mengingat betul foto itu, foto yang diambil ketika mereka merayakan ulang tahun Ayna yang ke-6.

Adnan hanya diam, terlihat dari sorot matanya yang begitu sendu dan itu tidak bisa ia sembunyikan dari Ayna.

"Hmmm Bapak mau jalan-jalan enggak?" tanya Ayna yang mencoba menghibur Adnan.

"Saya pulang dulu," pamit Adnan berjalan keluar ke arah pagar rumahnya.

Ayna tahu, ini tidak akan mudah untuk Adnan. Mengingat apa yang sudah dialami oleh Adnan di masa lalunya.

"Loh Pak Adnan mau pulang?" tanya Caca yang menghampiri Ayna bersama keempat sahabatnya yang lain.

"Iya pulang. Enggak tau tuh tiba-tiba jadi makhluk dingin gitu," jawab Ayna sembari melihat punggung Adnan yang semakin menjauh.

"Kayaknya Pak Adnan masih belum terima deh. Apalagi harus inget kejadian yang menimpa saudara kembarnya sendiri," jawab Eja yang duduk di sebelah Caca.

"Lo harus kasih waktu Ay sama Pak Adnan," ujar Abi.

Apa yang dikatakan oleh sahabat-sahabatnya memang benar, Ayna harus memberikan waktu pada Adnan.

"Acan lo enggak akan diem-diem aja kan, kita butuh penjelasan dari lo. Kenapa lo sembunyiin hal kayak gini dari kita semua?" tanya Rea.

Dugaan Hasan benar, sahabat-sahabatnya ini pasti akan menagih penjelasan padanya.
"Ya gue enggak tau awalnya kalua Ayna ada sangkut pautnya sama sepupu gue. Gue tau pas bokap ceritain semuanya dan ternyata Ayna yang dimaksud selama ini ya, Ay."

"Terus kenapa lo enggak kasih tau kita?" tanya Caca dengan nada kesal.

"Sabar Bunda Ratu ini mau dijelasin," ucap Hasan yang membuat sahabat-sahabatnya tersenyum.

"Gue bukan enggak mau kasih tau, tapi orang tua gue yang larang ... katanya terlalu berbahaya buat Ay. Orang tua gue nyuruh gue buat jagain lo, Ay. Pas tau sepupu gue pindah ke Indonesia, orang tua gue makin sering ngingetin gue biar Ay jangan sampe ketemu tuh orang," jelas Hasan.

Call My NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang