18. Break bread

1.2K 186 55
                                    

Memilih pergi, aku yang terlampau gusar sebab mendapati Jeon malah bergeming

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memilih pergi, aku yang terlampau gusar sebab mendapati Jeon malah bergeming. Agaknya dia nampak terkejut dengan apa yang aku katakan tadi. Yah, dia terkejut karena aku mengetahui hal yang sedang dia sembunyikan.

Tapi, siapa peduli. Aku memilih meninggalkannya ke kamar Ibu. Aku ingin sendiri sampai Jeon mau menceritakan yang sebenarnya. Pun aku mengunci pintu kamar Ibu sebab aku tau, Jeon mengikutiku.

“Na...!”

See, benar, 'kan? Aku yang masih berdiri dibelakang pintu mendengarkan ketukannya yang memang terdengar pelan.

“Bitna, buka pintunya!”

Aku bergeming. Sama sekali tidak berniat untuk membukakannya pintu. Aku hanya ingin Jeon mengerti, bahwa kepercayaan dalam suatu hubungan pernikahan itu teramat penting. Terlebih lagi disaat tadi aku mendapati Jeon malah terdiam, seakan membenarkan apa yang aku katakan.

“Bitna...!” panggilnya lagi, “Jadi, kau sudah mengetahuinya?”

Kali ini ku dengar suara Jeon melirih, membuatku sedikit merapatkan telingaku ke pintu. Berlalu menyeka air mata yang masih mengalir dipipi. Tanganku hendak terulur untuk menyetuh knop pintu, namun aku urungkan.

“Kau salah paham, Na. Tapi aku memang salah,” suara Jeon kembali terdengar, “Aku minta maaf,” imbuhnya.

Justru membuat cairan bening terus menerus mengalir melewati pipiku. Aku menggigit kuat bibir dalamku agar tidak mengeluarkan isakan. Entah sudah berapa kali aku mencoba menepis pikiran buruk-ku, tapi detik itu juga Jeon membuatku terserang cemas.

“Seharusnya aku tidak menyembunyikan ini darimu,” setelahnya keadaan menghening beberapa sekon. Lantas Jeon kembali bersuara, “A-aku akan menceritakannya kalau kau sudah tenang.”

“Tidur yang nyenyak, Na. Jangan menangis lagi, nanti mata-mu sembab! Aku akan merindukanmu hari ini,” ucap Jeon lagi. Beberapa sekon kalimat itu mengudara, aku tidak lagi mendapati suara Jeon.

Hal tersebut membuatku berjalan perlahan menuju ranjang, mendudukan diriku disana dan mencoba untuk tetap tenang. Ya, Jeon benar! Setidaknya aku tidak boleh menangis malam ini, sebab besok pasti ada Ayah dan Ibu.

°•°•°•°•°•°•°•

Yang semalam aku pikirkan benar, pagi ini sudah ada Ayah dan Ibu. Beruntungnya saat mereka pulang dari luar kota, aku sudah lebih dulu bangun untuk membukakan pintu. Hal itu menjadikan Ibu tidak memergoki kalau aku tidak tidur bersama Jeon semalam.

Aku juga belum mendapati presensi Jeon pagi ini, mungkin kelinci tengik itu masih tidur. Keadaan di rumah pun perlahan menunjukkan keramaian sebab kedatangan sanak saudara seperti Kak Jey bersama istri dan putranya. Lalu Kak Minjee dan Jinny, tapi tidak dengan Kak Jyno, mungkin Kakak iparku itu memilih ke kantor terlebih dulu.

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang