23. Please, Stay Here!

1.3K 202 35
                                    

Jadilah seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadilah seperti ini. Setelah kembali mengenakan piyama, aku keluar untuk mengambil makanan dan hendak membawanya ke kamar. Sementara Jeon menunggu sambil bermain konsol.

Ah, tentu saja yang tadi sudah tidak bisa dilanjutkan.

Aku tidak bisa menyalahkan Vee. Dia tidak tahu Jeon ada disini dan kami sedang melakukan. Dan lagi, rasa lapar yang aku rasakan semakin merusak suasana. Yah, mau bagaimana, mungkin memang sudah narasinya kegiatan kami selalu terganggu kalau berada di rumah.

Tanganku mengikat tali jubah piyamaku, sembari tungkai ini terus melangkah menuju dapur. Aku mendapatinya, soup cream yang lumayan banyak. Ah, kakak iparku memang terbaik! Dia sangat tau kalau porsi makanku banyak, terlebih lagi ada Jeon di sini.

Tubuhku lekas berbalik, menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju kamar. Tanganku hendak menyahuti knop pintu, tetapi terjeda dengan lengkingan suara Vee yang menusuk gendang telingku. Sebenarnya ingin aku abaikan, jika saja langkahnya tidak semakin mendekat.

“Hei, Na!”

“Hmm?” responku malas.

Vee tidak lekas menjawab. Anak itu memperhatikanku dari ujung kaki hingga ujung rambut. Perlahan kedua sudut di bibirnya terangkat sambil mengudarakan kekehan tipis, “Mau makan, ya?”

“Basa-basi! Apa yang kau inginkan, huh?” sergahku. Oh ayolah, sudah cukup yang tadi si Alien itu menggangguku.  Kumohon untuk sekarang jangan lagi. Sehari saja, kebersamaanku dan Jeon tidak diganggu oleh Vee.

“Tuh, rasa-rasanya aku kenal Vespa Primavera warna hitam dengan logo kelinci yang terparkir di depan rumah,” ucap Vee. Kepalanya terangkat sepersekon sambil mengarahkan ke luar rumah.

Oh shit! Apa Jeon kesini membawa motornya?

“Lalu?” jawabku sekenanya. Aku bingung harus membalasnya bagaimana. Pun aku sedikit gugup karena aku yakin ini sudah ketahuan. Tapi masa bodo! Memangnya salah seorang suami mengunjungi istrinya sendiri?

“Sudah, ya, aku mau makan! Hush pergi sana!” imbuhku sambil mengibaskan tangan. Berharap titisan macan dengan tingkah 4D-nya itu akan berhenti menggangguku dan kembali ke kandangnya.

Vee tidak merespon. Jadi, aku memilih untuk lekas memasuki kamar dengan mangkuk berisi soup cream yang masih di tanganku. Tetapi, saat hendak menutup pintu, tangan Vee justru menahan. Ia terkekeh pelan tatkala netra monolidnya mendapati Jeon yang tengah bermain konsol di atas ranjang.

“Oh astaga, ada kunjungan ternyata! Pantas saja tadi pintunya di kunci. Kalian jadwal pembuahan, ya?”

Dasar! Perkataan Vee terlalu berlebihan. Aku mendengus sebal, melihat bagaimana Vee berteriak sambil mengudarakan kekehannya. Ditambah raut wajahnya yang teramat menyebalkan. Punya Kakak seperti ini, baiknya diapakan, ya?

Kulirik Jeon yang masih bertelanjang dada hanya menoleh sekilas, ia menatap datar Vee dan enggan menyerukan balasan. Jeon melanjutkan permainan konsolnya, seakan perkataan Vee hanya sebuah cicitan cicak yang menempel di sudut dinding.

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang