4. (Not) Nightmare

2K 231 52
                                    


WARNING! Ada bulgos.

Dalam temaramnya ruangan, keduanya berhimpit, hanya secelah cahaya yang masuk menyoroti punggung yang berkilap sebab peluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam temaramnya ruangan, keduanya berhimpit, hanya secelah cahaya yang masuk menyoroti punggung yang berkilap sebab peluh.

Entah sejak kapan pertemuan antar permukaan kulit ini terjadi. Pria diatasnya membuat wanita di bawah kukungannya merasa penuh sesak dan panas. Barangkali tubuhnya sudah benar-benar tertutupi oleh pria di atasnya, yang membuat buliran peluh sempat menetes ke wajah sang wanita sebab terkikisnya jarak diantara keduanya.

Bitna menelan susah salivanya. Berlalu menutupi dada polosnya tatkala ia mendapati Jeon yang kini tengah menatapnya dengan iras bersemu, buas namun memelas.

Hal itu hanya terjadi sepersekon, sebab sang jantan lekas menyingkirkan tangan sang betina. Membuatnya dapat leluasa melihat dua spot yang menjadi favoritnya itu.

Sepasang maniknya menatap sejenak wanita yang berada di bawah kuasanya, netranya menyendu berlalu ia meraih kedua tangan wanitanya untuk di kaitkan pada bahunya.

“Maaf, ya, mungkin nanti akan sakit.”

Seharusnya Bitna menolak. Seharusnya Bitna lekas mencegah agar kejadian ini tidak terjadi—sesuai pikirannya akhir-akhir ini. Namun ternyata tidak semudah itu. Terlebih lagi tatkala ia melihat wajah Jeon sangat memerah seraya penuh belas kasih. Pun itu akan menjadi pertanyaan jika Bitna menolak, sebab Jeon adalah suami sahnya.

Mendengar perkataan Jeon yang teramat lembut untuk melanjutkan kegiatan mereka membuat Bitna tercekat. Tangannya perlahan mengambil posisi untuk berpegangan pada kedua bahu Jeon.

Namun ternyata Bitna bisa bernapas lega, sebab Jeon tak lekas melakukan kegiatan inti. Bitna mendadak menahan lenguhan tatkala suami tengiknya bermain di sekitar dadanya. Membuatnya meremat pelan surai sang empu.

“Jeon... Harus, ya?” Disela menahan lenguhan perkataan Bitna sontak terlontar, sebab rasa risih yang ia rasakan dengan kegiatan mereka yang pertama kali ini.

Sang pemilik nama mendadak berhenti, ia menatap Bitna sepersekon dengan iras memelas, berlalu Jeon mengangguk samar. “Aku suka,” lirihnya pelan.

Iras Bitna lantas bersemu, ia memejam seraya mengalihkan pandangannya. Benar-benar malu dan kikuk kendati keduanya sudah bersama sejak kecil. Namun ternyata sama saja, perihal kegiatan yang menjadi pertama kali ini, Bitna teramat canggung.

Beberapa sekon percakapan singkat itu terjadi, secara mendadak Bitna sontak menjerit sebab merasakan ada sesuatu yang menerobos pusat tubuhnya. Teramat penuh dan sesak dibagian celah tungkainya, mencipta rasa teramat nyeri yang secara tidak langsung membuat buliran jernih mengalir dari sudut matanya.

“Maaf, Na.” Jeon lekas mempertemukan permukaan bibir mereka, memberikan lumatan lembut untuk mengalihkan rasa sakit yang ia berikan pada istri galaknya itu.

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang