28. Kiss Before Sleep

1.2K 181 77
                                    

Aroma vanila, bunga, dan biji coklat menjadi penyegar untuk kami di dalam bathub pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma vanila, bunga, dan biji coklat menjadi penyegar untuk kami di dalam bathub pagi ini. Kami, tentu saja kami. Pagi ini Jeon ikut berendam bersamaku lagi. Mencoba menikmati suasana baru di kamar mandi, katanya.

Aku membiarkan tirai jendela di kamar mandi itu terbuka, membuat netra kami dapat berpendar ke suasana luar yang di dominasi dengan gedung-gedung percakar langit. Di tambah kilauan sinar matahari yang masih nampak malu-malu, memberikan sensasi berbeda dalam sesi berendam pagi ini.

Mungkin kegiatan mandi kali ini agak santai, karena biasanya Jeon bangun kalau aku sedang membuat sarapan. Dan sekarang, kelinci tengik itu bangun lebih awal bersamaan denganku.

Aku menoleh sejenak, berniat memastikan Jeon yang berada di belakangku. Namun, yang aku dapatkan, kelinci tengik itu tersenyum.

“Aku kira, kau tidur,” ucapku. Aku kembali mengalihkan pandangan ke depan. Aku tidak serta-merta memastikan keadaan Jeon tanpa sebab, pasalnya sejak tadi anak itu tidak terdengar suaranya.

Kudengar Jeon terkekeh, detik berikutnya aku merasakan gosokan tangannya di area punggung hingga lenganku. “Hampir.”

Nah, kan. Aku mencebik sepersekon, “Lagipula tumben mau ikut aku mandi lebih awal,” sergahku. Tanganku mulai saling menggosok satu sama lain sembari merasakan kesegaran aroma sabun yang menguar.

Jeon tidak membalas, tapi aku masih merasakan tangannya mengusap pelan punggungku, bahkan memberikan sapuan air.

Pun aku membenarkan posisi duduk, berniat untuk beranjak menyudahi sesi berendam pagi ini. “Aku sudah, kau lanjutkan, ya. Aku mau siap—Ya, Jeon!!”

Aku hampir gelagapan tatkala Jeon menarik bahuku untuk mendekat, yang menghasilkan wajahku hampir masuk ke dalam air. Beruntungnya tanganku sempat menahan, kendati sedikit terkilir.

Jeon sialan. Dia malah menampilkan susunan gigi kelincinya bak anak bocah yang sudah tahu bahwa sang mama akan mengomel. Karena gusar, akhirnya aku menyipratkan air ke wajah tanpa dosanya itu.

“Apa yang kau lakukan, huh? Wajahku hampir tenggelam,” ucapku yang mungkin terdengar hiperbola. Tapi serius, Jeon menarik bahuku yang membuat wajahku hampir masuk ke dalam air.

“Habisnya kau buru-buru saja. Aku belum dimandikan,” ucap Jeon dengan bibir yang mengerucut. Sesekali ia membasuh rambut hitamnya dengan air, lalu menepuk beberapa kali permukaan air sehingga menghasilkan cipratan.

Aku mendecih. Padahal sudah beberapa minggu Jeon tidak menunjukan sisi manjanya, namun kali ini, hal itu terlihat lagi. Lihat bagaimana dia merengek tanpa menatap wajahku, ditambah bibirnya yang sesekali mencebik.

“Mandi sendiri, Jeon. Aku akan membuat sarapan dulu,” kataku pelan. Aku mencoba untuk tidak terlalu gusar menanggapi tingkahnya yang sulit ditebak itu.

Kulihat bibirnya semakin mengerucut, menyulut kekehan dari belah bibirku. Akhirnya aku memilih untuk mencuri kecupan sekilas di bibirnya, “Okey, anak baik. Lanjutkan mandinya, ya.”

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang