20. Sober

1.3K 202 53
                                    

Riuh dan keramaian tamu undangan tergantikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riuh dan keramaian tamu undangan tergantikan. Kini terangnya lampu hiasan gedung berubah dengan gemerlapnya lampu Bar.

Acara pernikahan Vee yang selesai pada pukul sepuluh malam, membuat sepasang pengantin baru itu mengajak kami; Aku, Jeon dan Kak Jimmy untuk pergi ke salah satu Bar. Bertujuan untuk merayakan pernikahannya bersama orang terdekat.

Padahal, kami sudah banyak mengobrol saat di gedung tadi, tapi Vee bilang itu belum cukup, dia hanya ingin mentraktir kami untuk minum. Entahlah, apa itu juga berlaku untukku? Mengingat Vee sangat protektif karena aku tidak bisa minum terlalu banyak.

Pun kami berempat sudah sampai di Bar yang berlokasi tidak jauh dari gedung pernikahan tadi. Mungkin jaraknya hanya satu kilometer. Kami sampai lebih dulu, karena Kak Jimmy bilang dia akan mengantarkan tunangannya untuk pulang.

“Terima kasih,” ucap Vee pada pelayan bar yang membawakan beberapa botol wine dan beberapa gelas.

Aku melirik sekilas ke arah pelayan Bar itu, berlalu menatap Vee yang mulai menuangkan wine tersebut ke beberapa gelas. “Memang kau tidak lelah, Vee? Padahal kita bisa pergi minum kapan saja, kasihan Yuki,” tukasku sesekali menatap eksistensi Yuki yang baru saja di nikahinya.

“Yuki tidak keberatan kok, kau tenang saja, Na!” balas Vee sambil terkekeh, dia sempat menatap Yuki dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

Aku hanya mengangguk. Awalnya sih tidak enak, karena takut Vee dan Yuki lelah. Tetapi yang mengajak pergi minum justru terlihat biasa saja, mereka terlihat menikmati. Sepersekon kemudian Vee menyentuh tanganku, mengisyaratkan agar aku meraih sebuah gelas yang sudah berisi cairan wine.

Aku menoleh sekilas, menatap Jeon yang sudah meraih gelas miliknya. Kedua manik-ku melirik bergantian antara gelas mereka dan gelas dalam genggamanku. Astaga, yang benar saja! Takarannya benar-benar beda, walaupun gelas mereka juga tidak penuh dengan red wine, tetapi gelasku justru hanya terisi sedikit saja.

Mendapati aku menatap datar ke arahnya, Vee malah terkekeh tanpa dosa, “Hanya formalitas. Sungguh, Na, kalau kau mabuk urusannya akan ribet nanti,” tuturnya jenaka, tak lupa Vee mengangkat kedua jarinya membentuk V sign.

Aku menghela napas gusar. Kalau seperti itu pesankan saja aku teh manis atau susu! Pun aku mengiyakan tatkala Vee mengatakan kalau ini hanya permulaan, belum lagi menunggu Kak jimmy yang entah kapan akan datang. Begitu setelahnya, masing-masing kami menenggak red wine itu hingga tandas.

“Kenapa Jimmy lama sekali?” gumam Vee. Kedua maniknya bergulir untuk melihat arloji yang melingkar manis di pergelangan tangannya.

Tidak ada yang menjawab. Karena kami pun tidak tahu. Aku sesekali melirik ke samping, dimana Jeon tengah menyandarkan punggungnya di sofa. Sejak sampai di Bar ini, kami tidak banyak berbicara. Pun pandanganku teralihkan tatkala presensi lain datang, pribadi itu lekas mendudukkan dirinya di samping Vee.

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang