29. Lost Mind, Lost Control

1.4K 182 110
                                    

WARNING! RESTRICTED AREA.

WARNING! RESTRICTED AREA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moon Bitna

Sudah berjalan tiga hari setelah kami melakukan konsultasi dan pemeriksaan. Makanan cepat saji dan jajanan yang mengandung bahan-bahan yang kurang baik bagi kesehatan, kami kurangi dulu.

Serius, untuk ini agak susah menjalaninya. Aku dan Jeon sangat suka jajan dan menikmati makanan cepat saji. Padahal saat konsultasi, Dokter Kim memberitahuku untuk mengurangi makanan yang seperti itu. Dia menyarankan untuk lebih mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, dan aku, tidak banyak jenis sayur yang aku suka.

Yah, tapi tak apa, semuanya memang butuh lebih banyak usaha.

Kemarin aku menyiapkan makanan sehat yang aku dapatkan resepnya dari media sosial. Aku yang memasaknya pun tidak yakin bagaimana rasa sayur itu. Dan, yah, ternyata benar, Jeon tidak menyukai masakan itu.

'Ini apa sih, Na? Kenapa rasanya seperti kaus kaki dengan taburan kumis?'

Agak konyol memang reaksinya, padahal tidak sampai seperti itu. Tapi tetap saja kami memakannya sampai habis.

Baiklah, lupakan.

Aku mengirimkan beberapa pesan untuk Jeon, hanya memberi kabar kalau aku akan segera pulang usai pekerjaan di toko selesai. Hari ini kami tidak pulang bersama, sebab Jeon lebih dulu memberi kabar kalau hari ini dia masih ada beberapa pekerjaan yang harus di selesaikan. Jadi, hari ini aku memilih pulang dengan taksi.

Aku menunggu bersama Yera di halaman toko.

“Itu Jeno, aku duluan ya. Kau hati-hati!” Yera menepuk pundakku, membuat pandanganku yang semula menatap ponsel, kini menatap presensi seorang cowok yang datang dari arah kiri.

Aku mengangguk. Pun tak lama taksi datang, “Nih, aku juga mau pulang.” Sejenak, aku mengurungkan niatku untuk menaiki taksi dan memilih untuk menunggu Jeno mendekati Yera.

“Aku ambil Yera ya, Nyonya Jeon,” gurau Jeno tatkala dirinya sudah sampai di antara kami. Dia terkekeh tipis, kemudian Yera sudah beralih untuk berdiri di sampingnya.

“Ambil sana!” balasku, aku melanjutkan, “Kapan-kapan main ya ke Apartemenku.”

Keduanya kompak mengangguk diiringi acungan jempol. Begitu setelahnya aku memilih untuk memasuki taksi dan segera pulang. Pun mereka melakukan hal yang sama.

Sebenarnya selama beberapa bulan melakukan kegiatan yang monoton dan nyaris selalu seperti itu, membuatku kini merasa bosan. Baiknya memang setelah perpindahan terjadi, setidaknya ada pekerjaan baru yang aku kerjakan. Aku sempat berpikir untuk mengajak Jeon berlibur ke suatu tempat, namun rasanya untuk sekarang ini tidak bisa, karena Jeon masih sibuk dengan pekerjaannya.

Seperti beberapa hari ini, Jeon selalu pulang pukul tujuh malam. Kami menikmati makan malam sebentar, setelah itu Jeon memutuskan untuk tidur. Yah, aku mengerti, mungkin akhir-akhir ini karena pekerjaannya yang menumpuk. Ditambah Jeon bilang, Papa memintanya untuk memback-up laporan Kak Jyno.

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang