9. Big baby

1.8K 206 58
                                    

Terkadang Jeon dan tingkahnya membuatku menggelengkan kepala, tetapi bisa juga membuat kedua sudut dibibirku terangkat sampai beberapa waktu yang cukup lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang Jeon dan tingkahnya membuatku menggelengkan kepala, tetapi bisa juga membuat kedua sudut dibibirku terangkat sampai beberapa waktu yang cukup lama.

Menyebalkan dan menggemaskan di waktu yang bersamaan. Semakin menyebalkan karena sampai detik ini aku terus mengingat dengan kejadian tadi pagi, yang kini terus membuatku mematri senyum sendiri seperti orang kehilangan kewarasannya. Astaga!

Berlalu menghela napas diiringi senyuman tipis di akhir. Aku berjalan mendekati Yera yang sedang merapihkan beberapa bunga di sudut toko. Hari ini gadis berponi itu datang lebih awal, merasa tidak enak denganku karena kemarin pulang lebih dulu.

“Bagaimana persiapannya? Apa sudah selesai?” tanyaku tatkala sudah berada di sampingnya.

Pun Yera terkesiap, agaknya ia sudah mengerti dengan pertanyaan yang aku lontarkan, membuatnya menghentikan kegiatannya. “Sudah beres, Na. Doakan semoga lancar,” tukasnya seraya terkekeh kecil.

Aku mengangguk, lantas berjalan mendekati salah satu bunga; lily, hanya untuk memeriksa kesegaran dari bunga tersebut. Sampai akhirnya aku berbalik dan mendapati Yera tengah terdiam menatap jendela toko. Aku yang ingin bertanya mendadak terjeda tatkala aku mengalihkan kedua manik-ku untuk mengikuti pandangan Yera.

Aku bergeming. Masih menatap presensi tersebut yang mulai berjalan memasuki toko, membuatku dengan cepat mengalihkan pandangan untuk melihat ke arah jam dinding.

Ini masih pukul satu siang, namun kenapa tiba-tiba di ke toko bunga?

“Halo!” sapanya dengan ceria. Tangannya melambai sembari memperlihatkan susunan gigi kelincinya. Berlalu membuatku menghela napas dan berjalan mendekati keberadaan lelaki itu.

Iya, lelaki itu, Jeon Jykoo.

“Jeon, apa yang kau lakukan disini?”

Aku yang bingung, justru mendapati Jeon yang tampak santai. Sesekali netra bulatnya menatap ke seluruh penjuru toko, entah apa yang ia cari. Sampai kedua maniknya menatap ke arahku, “Ingin mengunjungi istriku,” ucap Jeon diiringi kekehan. Ia sempat melemparkan senyum kepada eksistensi Yera yang masih berada di sekitar kami.

“Ini bukan jam pulang kantor, apa kau membolos?” sergahku dengan alis yang bertautan. Ini tidak biasanya, Jeon jarang sekali mengunjungiku di jam kantornya.

Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah melempar pandangan ke Yera, “Hei Yera! Apa rekanmu selalu bersikap seperti ini disaat ada tamu? Aku tamu, Na,” tukas Jeon sembari menggeleng samar.

Pun Yera terkekeh, “Tidak Jeon, Bitna selalu bersikap ramah. Karena Bitna memberikan pelayanan yang baik, alhasil kami memiliki satu pelanggan pria tetap,” jelasnya yang membuatku menoleh cepat.

Lantas Jeon menatap ke arahku, “Ah, benarkah?” cicitnya. Aku mengalihkan pandanganku ke arahnya, menatap Jeon yang kini tengah menarik sebelah sudut di bibirnya. Membuat pandangan kami bertemu dalam kurun waktu yang cukup lama.

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang