32. Second Check

1.1K 181 65
                                    

Moon Bitna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Moon Bitna

Sudah satu minggu aku dan Jeon melewati hari itu. Selama satu minggu kemarin, tidak ada yang kami lakukan. Usai selesai dari kantornya, kami hanya menghabiskan waktu di Apartemen; menonton film, memasak dan, yah, bermain konsol.

Jeon memang tidak seceria biasanya, tetapi aku senang karena dia menceritakan yang sebenarnya kepadaku. Entah apa jadinya kalau kami benar-benar seperti beberapa hari yang lalu; tinggal satu atap tetapi tidak berbicara. Yah, meski aku tahu, hal itu tidak mungkin terjadi.

Tidak munafik, aku sakit setelah mendengar kebenaran itu, tentu saja. Tetapi, aku juga tidak bisa menyalahkan siapapun. Karena tidak ada yang menginginkan hal ini. Aku hanya kecewa, kenapa hal ini bisa terjadi. Hanya itu.

Lagi-lagi, aku memilih untuk menyimpannya hanya antara kami berdua. Aku merasa, baik keluargaku dan keluarga Jeon, mereka tidak perlu tahu untuk sekarang ini sampai kelinci tengik itu siap untuk mengatakannya sendiri.

Ah, ya, pagi ini kami sedang menghabiskan sarapan. Sembari memikirkan apa yang akan kami lakukan selanjutnya. Kemarin saat aku menawarkan Jeon untuk ke rumah sakit lagi, kami belum sempat melakukannya. Dan agaknya kelinci tengik itu masih dilema.

“Aku tidak mau bertemu Dokter Kim,” tutur Jeon setelah bergeming beberapa saat. Aku sempat terhenyak, tetapi dia kembali melanjutkan, “Aku tidak percaya diri, Na. Kita bisa ke dokter lain, 'kan?”

Aku menatapnya lebih dulu. Tersimpan banyak kekhawatiran yang aku dapatkan dari gurat wajah Jeon saat ini. Netranya menyendu, sementara aku menghela napas pelan. “Yah, kita bisa melakukannya,” ucapku usai mengangguk.

Kali ini, aku mendapati senyuman terukir di bibir Jeon, meski senyuman tipis. Dia terlihat lebih nyaman dibanding sebelumnya. Dan aku hanya bisa menuruti. Yang terpenting Jeon mau untuk kembali melakukan konsultasi atau barangkali pengobatan.

Pun kami memilih untuk menghabiskan sarapan terlebih dulu. Setelah itu aku akan menemani Jeon ke rumah sakit dan ke kantornya. Yah, dia bahkan memintaku untuk ikut ke kantor dan menemaninya bekerja.

Ini memang tidak seperti biasanya, Jeon bahkan terlihat lebih manja dari sebelumnya. Padahal aku sudah memberitahu beberapa kemungkinan kalau aku ikut ke kantor untuk menemaninya bekerja. Namun, Jeon tetap merengek dan memintaku untuk menuruti selama beberapa hari ke depan.

•=•=•=•=•=•

Kendaraan roda empat milik Jeon membutuhkan waktu hampir tiga puluh menit dari Apartemen untuk mencari rumah sakit terdekat. Rumah sakitnya tidak sebesar rumah sakit yang kami kunjungi pertama, dan yang terpenting Jeon inginkan; rumah sakitnya tidak seramai rumah sakit sebelumnya.

Dan benar, kami tidak perlu membuat janji untuk menemui Dokter khusus konsultasi perihal kehamilan dan segala macamnya.

Kami memasuki ruangan itu. Manik kembarku mendapati seorang dokter laki-laki yang terduduk di kursinya. Terdapat nametag yang bertuliskan Lee Seokmin. Terlihat Dokter Lee pun masih sama mudanya seperti Dokter Kim.

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang