13. Go Where?

1K 180 49
                                    

Padahal tadi aku ingin pulang duluan ke rumah dengan menaiki taksi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Padahal tadi aku ingin pulang duluan ke rumah dengan menaiki taksi. Namun, kelinci tengik itu menahanku dan menghasilkan aku menunggunya di kantor sampai selesai.

Pasalnya hari ini dia mengatakan akan pulang cepat. Ya, walaupun tidak seperti biasanya yang pulang pada pukul lima sore. Karena hari ini Jeon pulang pada pukul tujuh malam.

Agak bosan sebenarnya. Tapi entah kenapa, aku senang menemaninya bekerja. Apalagi Jeon sesekali mencuri pandang ke arahku tatkala dia tengah mencoba menyelesaikan pekerjaannya. Pun jangan lupakan! Senyum tipis khasnya yang dia tunjukan tatkala menatapku saat tadi.

Astaga! Boleh tidak sih aku menerkamnya duluan?

Hehehe.

Dan kini aku yang tengah menyiapkan pakaian tidur untuknya, disaat Jeon tengah membersihkan dirinya.

Sesekali aku mengulum senyum, tatkala mengingat kecurigaanku kemarin ternyata hanya dugaan semata. Karena faktanya tidak ada yang perlu dicurigakan dari kelinci tengik itu. Dia pulang larut memang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku merasa berdosa sekali karena sudah memikirkan yang tidak-tidak.

Perlahan aku menoleh, mendapati presensi Jeon yang keluar dari arah kamar mandi tengah menggosok rambutnya yang basah dengan handuk.

“Ayo mandi, Na!” ucapnya. Tungkainya melangkah ke arahku yang tengah terduduk di ranjang.

“Aku sudah mandi di kamar mandi bawah,” balasku dengan menjulurkan lidah.

Jeon terkekeh pelan, tubuhnya justru berhenti didepan meja rias. “Padahal ingin aku mandiin,” cicitnya dengan iras kelewat polos. Membuatku hanya menatapnya datar wajahnya dari pantulan cermin.

Sebenarnya tidak ada yang akan dilakukan setelah mandi. Aku juga tidak menyiapkan makanan, karena kami sempat mampir ke salah satu Kafe untuk makan malam. Pun sekarang sudah menunjukan pukul sembilan malam.

Berlalu Jeon mendudukan dirinya disampingku setelah menggantung handuk basah ditempatnya. Awalnya kelinci tegik itu ingin meletakkannya di ranjang, namun sebelum itu terjadi aku lebih dulu menatap datar ke arahnya. Alhasil membuatnya secara mandiri melakukan hal tersebut.

Jeon terdiam. Perlahan menoleh ke arahku, membuatku ikut menatapnya. Tidak ada percakapan yang terjadi, kami hanya saling melempar pandangan. Sampai akhirnya kedua tangan Jeon terangkat, merengkuh bahuku dan tiba-tiba membanting tubuhku ke ranjang.

“Ih, idiot!” hadrik-ku gusar. Alisku bertautan menatap Jeon yang tengah terkekeh sambil merebahkan dirinya disampingku.

Dia malah menempatkan jari telunjuknya di belah bibirku, “Sst, sama suami tidak boleh seperti itu!” cicitnya dengan terkekeh.

Pun aku mengalihkan pandanganku untuk menjauhkan jari telunjuknya dari belah bibirku. Menghela napas pelan seraya menatap langit-langit kamar. “Kau sih menyebalkan!” rengek-ku pelan.

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang