11. Overtime

1.2K 191 49
                                    

Aku kembali berpikir berulang kali mengenai kami yang menginginkan seorang anak secepatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kembali berpikir berulang kali mengenai kami yang menginginkan seorang anak secepatnya.

Tentu, siapa yang tidak ingin memiliki seorang anak dari pernikahan mereka. Aku pun teramat antusias, sebab ingin melihat bagaimana wajah anak kami nanti. Apakah akan mendominasi mirip denganku atau Jeon?

Namun rasa-rasanya kenapa semakin kesini, Jeon menjadi lebih manja? Bahkan aku seperti sudah memiliki seorang anak berusia tiga tahun sebab Jeon dan tingkahnya yang sulit ditebak itu. Terkadang dia sangat manja, sangat, benar-benar penuh dengan rengekan. Tetapi kalau sedang mode serius, dia sangat— ah, sulit dijelaskan. Pokoknya nyali-ku mendadak ciut kalau Jeon sedang dalam mode seriusnya, alias sedang tidak manja.

Aku yang sedang melamun mendadak terperanjat tatkala Yera menepuk keras meja dihadapanku, membuatku sontak mengelus dada. “Yera...!” cicitku penuh penekanan.

Gadis berponi itu malah terkekeh, berlalu ia mendudukan dirinya dikursi hadapanku, “Aku perhatikan sejak awal datang, sampai sebentar lagi kita akan menutup toko, kau melamun saja. Apa yang kau pikirkan, eoh?” tanya Yera diakhir kekehannya.

Aku menghela napas seraya mengubah posisi duduk-ku untuk menyandarkan punggung dikursi, “Tidak perlu membuatku kaget bisa, 'kan?” sergahku malas.

Lagi, dia hanya terkekeh sembari mengangkat kedua bahunya.

Kami terdiam beberapa sekon untuk berpikir, aku akan memulainya darimana untuk menceritakan kepada Yera apa yang menjadi pikiranku saat ini. Sepasang manikku melirik ke arah Yera yang juga tengah menatapku sembari menunggu apa yang akan aku katakan. Berlalu aku mengubah posisi duduk-ku agar tepat dihadapan Yera.

“Ra, menurutmu bagaimana kalau pasangan kita mendadak manja setelah menikah?” tanyaku akhirnya. Aku menatapnya serius, namun ku lihat Yera mengangkat sebelah alisnya.

“Jeon maksudmu?”

“Tentu saja,” sahutku mantap. Aku mengangguk beberapa kali.

Yera terkekeh, kendati ia sempat terdiam seperti sedang berpikir, “Menurutku hal yang wajar. Kalian kan baru menikah, jadi Jeon sangat ingin diperhatikan olehmu,” balasnya tenang.

Netraku memicing, berlalu menaikkan sebelah alisku tatkala mendengar jawabannya, “Termasuk dengan rengekan? Rengekan anak kecil kau tau, 'kan?” sergahku cepat. Tersirat sedikit rasa gusar tatkala mengingat bagaimana Jeon selalu merengek, tidak sepenuhnya. Sebab terkadang wajah Jeon teramat menggemaskan, selebihnya ya menyebalkan.

Kembali mengangguk, Yera terkekeh kecil, “Seseorang memiliki cara sendiri 'kan untuk menarik perhatian orang yang dia cintai?” tanyanya. Pun aku mengangguk.

“Ya, mungkin itu salah satu cara Jeon, Na. Tidak ada yang perlu di khawatirkan!” tukas Yera menyemangati.

“Bagaimana kalau nanti kita punya anak? Oh, apa dia tidak malu jika masih manja seperti itu?”

𝐁𝐨𝐭𝐡 𝐨𝐟 𝐔𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang