"Di bawah sinar matahari senja, aku melihat bayanganmu dari belakang. Angin lembut yang menerbangkan rambutmu dan sepasang ayunan yang menunggu. Aku harap musim dingin tahun ini bisa jadi hari dengan kenangan indah untukmu, sebab kita tak bisa lagi bertemu di musim semi."
***
Tubuhnya sudah mencapai batasan.
Sejeong terduduk di meja kerjanya, menyandarkan tubuh pada punggung kursi sambil menatap langit-langit kantornya. Kepalanya pusing dan ia benar-benar merasakan lelah di seluruh tubuhnya.
Pergi rapat di pagi hari, setelah makan siang membahas beberapa proyek, lalu malam hari menyelesaikan deadline dan kembali ke apartemen pun ia masih harus bekerja. Tapi masalahnya, dalam dua minggu ini ia hanya pulang ke apartemen dua kali.
"Hei, nona sibuk!" ucap Ten lalu duduk di kursinya. Seperti biasa ia akan mengganggu Sejeong dengan menggeser duduknya mendekati perempuan itu. "Kau sudah makan malam?"
"Diam! Aku pusing sekarang.."
"Pusing karena pekerjaan?" lalu Ten dengan sembarangan menempelkan punggung tangannya pada kening perempuan itu dan sebelah alisnya terangkat. "Kim Sejeong, sebaiknya kau pulang sekarang!"
"Aku akan baik-baik saja setelah istirahat.."
"Tidak! Bukan di sini! Pulang dan tidurlah di apartemenmu!"
Sejeong tidak merespon. Ia mendekatkan kursinya dengan meja, menelungkupkan wajah pada tangannya yang terlipat sambil membungkus kepalanya sendiri dengan jaket. Setelahnya ia sudah tidak mau mendengarkan Ten yang sedang mengomelinya. Benar, tidur sebentar akan membuatnya merasa-
Suara dering ponsel membuat Sejeong terlonjak. Ia segera meraih ponselnya itu dan mengangkat panggilan yang masuk.
"Oh? Benarkah? Apa? Ada masalah?!"
Sejeong bangkit dari duduknya dan segera berjalan keluar dari ruangan. Ten hanya menatap kepergian perempuan itu sambil menghela napas berat. Pada akhirnya Sejeong tidak jadi beristirahat lagi, bahkan ia juga belum makan malam.
Ten melirik ke arah meja, layar ponselnya menyala dan ia segera meraih ponselnya itu. Waktu yang tepat sekali lelaki itu menelepon, sudah sekitar dua minggu ini orang itu sering menghubunginya.
"Johnny hyung?" Ten menatap ke arah pintu ruang departemennya, memastikan Sejeong tidak tiba-tiba muncul dan merebut ponselnya. "Sejeong masih bekerja. Sepertinya barusan dari ruang cetak yang meneleponnya. Dia menyebut soal undangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 20봄 | TWENTY SPRING✔
Fanfic[Completed] Kehadiran seseorang tak selamanya membuat mereka akan selalu di samping kita. Terkadang seseorang hadir hanya sekadar sebagai bagian dari pembelajaran dalam kisah hidup masing-masing. Seperti musim semi di mana setiap mekarnya daun dan b...