***
"Yak! Kau gila?!"
"Aku hanya menggunakan jatah izinku sampai nanti siang-"
"Wah.. Kim Sejeong! Kau benar-benar menakutkan saat mengutamakan kekasihmu itu!"
"Astaga, Ten! Aku hanya izin sampai jam makan siang! Lagian hari ini tidak ada meeting! Apa yang salah?!"
"Terserah-terserah. Aku harap kalian tidak bertengkar lagi!"
"Kami tidak bertengkar, eoh?! Yak! Ten! Halo?" Sejeong menjauhkan ponselnya, menatapnya heran sambil mendengus kesal. Ia memperhatikan sekitarnya, beberapa orang dalam bus itu memandangnya. Sejeong sedikit membungkuk meminta maaf barangkali tadi suaranya sudah mengganggu orang-orang disana.
Tepat saat itu bus berhenti di tempat tujuannya. Segera Sejeong turun dari sana, berjalan sekitar 15 menit untuk sampai ke rumah kekasihnya. Langkahnya ringan menyusuri jalanan gang sempit itu sambil menatap dinding-dinding bata yang tinggi. Dia suka suasana di sekitar rumah kekasihnya itu. Rasanya sudah lama sekali tidak berkunjung. Apa kabar dengan Ibu Seo?
Rumah berpagar hijau dengan tembok putih kusam itu terlihat, Sejeong mempercepat langkahnya. Rumah yang tidak begitu besar itu terlihat nyaman dan sederhana. Sejeong segera mengetuk pagar itu dan tidak berapa lama seseorang membukakan untuknya.
"Ibu?"
"Astaga Sejeong?"
Itu Ibu Johnny. Wanita itu tersenyum senang melihat Sejeong dan mereka berpelukan. Segera setelah saling menyapa, Ibu Johnny mengajak Sejeong masuk dengan tidak lupa menutup pagarnya. Rumah itu tampak sepi.
"Youngho masih tidur. Dia bilang semalam sangat lelah, jadi ibu biarkan dia istirahat."
Sejeong tersenyum, mengangguk menanggapi ucapan Ibu Johnny yang seolah paham apa yang hendak Sejeong tanyakan.
"Ibu sudah memasak?"
"Aku baru memotong sayuran."
"Benarkah? Boleh aku membantu, Bu? Aku juga membawa beberapa bahan makanan, hehe.."
"Tentu saja! Ibu sangat senang kau mau membantu. Youngho pasti juga senang kau memasakkan sarapan untuknya."
Sejeong mengangguk riang, mengikuti Ibu Johnny ke dapur sambil membawa tasnya yang berisi bahan belanjaan yang sempat ia beli sebelum datang ke sana. Tanpa sengaja ia melewati kamar berpintu cokelat, terlihat tenang. Sejeong tersenyum tipis sambil membayangkan reaksi Johnny begitu tahu ia datang.
Kedua perempuan itu asyik memasak, mengobrolkan banyak hal. Sejeong menceritakan kehidupan pekerjaannya di kantor, juga tentang orang tuanya. Lalu pengalamannya bekerja di New York yang belum sempat ia ceritakan pada beliau secara langsung. Juga Ibu Johnny yang tentu saja menceritakan anak satu-satunya itu dengan bangga, bagaimana beliau waktu tahu akhirnya Johnny bisa mendapat pekerjaan tetap. Semua mengalir begitu saja seolah tidak ada sekat apapun diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 20봄 | TWENTY SPRING✔
Fanfic[Completed] Kehadiran seseorang tak selamanya membuat mereka akan selalu di samping kita. Terkadang seseorang hadir hanya sekadar sebagai bagian dari pembelajaran dalam kisah hidup masing-masing. Seperti musim semi di mana setiap mekarnya daun dan b...