"Semua yang berharga selalu berakhir singkat, mungkin mengapa itu disebut berharga? Izinkan aku bertahan sejenak, karena ini caraku untuk mengakhirinya."
***
Mereka tidak bermaksud sampai membuat suasana begitu canggung, sementara Sejeong dan Ten dengan tenang menikmati kue yang mereka beli sambil menunggu dua orang di hadapan mereka bicara.
Kim Doyoung jadi salah satu orang yang merasa bersalah. "Sejeong? Kau tidak harus membuatkannya.."
"Kenapa? Aku tidak boleh? Temanmu ini bisa mendesain undangan." Sejeong tahu jika suara yang dikeluarkannya terdengar datar, lalu kemudian ia berdeham. "Kenapa tidak meminta tolong padaku langsung? Waktu yang aku perlukan sudah lebih dari cukup untuk membuat undangan sampai musim semi."
"Bukan begitu.." lirih Doyoung sambil melirik Jisun di sampingnya. Gadis itu sama merasa bersalah, apalagi ia tahu bagaimana terakhir kali Sejeong sebelum ia memutuskan keluar dari apartemennya.
Doyoung menghela napasnya. Ia dan Jisun memang sengaja meminta tolong wedding organizer supaya mengurus beberapa hal untuk pernikahan mereka, termasuk mencarikan seorang fotografer pre-wedding dan desainer undangan-karena ia memang berharap hal seperti ini tidak terjadi. Tidak tahunya mereka menghubungi perusahaan tempat Doyoung bekerja dan mengapa juga kebetulan harus Sejeong dan Ten yang mendapat pekerjaan ini?
"Jadi.. kalian ingin undangan seperti apa?"
Doyoung dan Jisun kompak menahan napas mereka begitu Sejeong mengeluarkan sebuah tablet dari dalam tasnya. Ten yang memperhatikan mereka spontan tertawa, menepuk bahu Sejeong menyuruhnya melihat. Sejeong mendongak, tanpa sadar ikut tertawa melihat wajah tegang keduanya.
"Hei! Memangnya kenapa, eoh? Apa aku berdosa kalau harus membuatkan undangan untuk kalian?!"
Ten sedikit menyingkirkan kue dan minuman mereka supaya Sejeong bisa meletakkan tabletnya di meja. Doyoung dan Jisun hanya sanggup terdiam membiarkan Ten dan Sejeong berdiskusi.
"Aku hanya mendapat informasi kalau kalian ingin desain yang sederhana.." Sejeong mengarahkan layar tabletnya pada mereka, memberikan beberapa gambar contoh undangan dalam file portofolionya. "Aku punya beberapa referensi seperti ini, bagaimana? Apa ada yang menarik perhatian kalian?"
Doyoung dan Jisun saling melirik, lalu bersamaan melihat ke arah Sejeong yang sedang menaikkan sebelah alisnya. Perempuan itu menghela napasnya lalu menarik tabletnya kembali.
"Kalaupun bukan begini, aku sudah punya keinginan untuk membantu kalian.. Tapi kalian yang menikah, pasti apapun yang ingin kalian persiapkan sudah ada rencananya sendiri, aku tidak bisa ikut campur dan dengan percaya diri menawarkan bantuan." Sejeong mendongak kemudian, memberikan senyum tipis pada keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 20봄 | TWENTY SPRING✔
Fanfiction[Completed] Kehadiran seseorang tak selamanya membuat mereka akan selalu di samping kita. Terkadang seseorang hadir hanya sekadar sebagai bagian dari pembelajaran dalam kisah hidup masing-masing. Seperti musim semi di mana setiap mekarnya daun dan b...