xxɪ

282 121 28
                                    

"WOI, BAGI 2 TIM SLUR!"

"SIAP."

Suara teriakan Juna dan Hamdan menggelegar di udara, rasa rasanya sudah tidak peduli lagi jikalau ada yang dengar atau kebisingan. Yang terpenting adalah gimana caranya biar mereka lepas dari orang gila satu itu.

Untuk meminimalisir dan memecah fokus si orgil, mereka membagi menjadi dua team. Strategi ini dibuat tanpa tahu jika mereka akan mengorbankan satu team untuk dijadikan tumbal pengejaran nantinya.

Karena situasi yang tidak memungkinkan, maka mereka pada sembarangan mencarnya.

Sinbi, Yera, Juna, Roma, dan Sofi ke arah kanan. Jaden, Tano, Yuli, Umji, Sugeng dan Hamdan ke arah kiri. Sedangkan Enda dan Jibril entah kenapa malah terus lurus.

si tolol emang T_T

"Bego! Itu si dua cebol kenapa buat tim sendiri, bangsat?!" Juna berteriak sambil terus berlari.

"Mana gue tau." Balas Sofi.

Sinbi yang sedang berlari pun tiba-tiba menabrak punggung yang paling depan karena berhenti mendadak. "Juna goblok. Lu kenapa ngerem mendadak sih?"

"EH WOI, MINGGIR MINGGIR MINGGIR!!"

"SI TOLOL. AWAS AWAS!"

"Anj, cokk!"

gedubrak!

Dalam sekejab mereka sudah cosplay menjadi menara effiel. Yang tengah saja sudah sengsara, apakabar yang paling bawah?

"Ooh sh*t! Lama lama gue bisa mati muda ini njirr. Hempas kalian semua dari atas gue!" Iya, Juna berada di paling bawah karena posisi dia berlari tadi berada di paling depan.

"Berat banget tolong... Turun gak lo pada?" Kata Sinbi memaki.

Sofi berdiri dari jatuh tengkurapnya, kemudian diikuti yang lain. Karena memang dia posisinya yang paling atas.

Yera terbatuk sembari duduk lesehan di atas dedaunan kering. "Sumpah badan lo berat banget, Fi."

Tentu saja Sofi tidak terima dan malah menoyor kepala Yera, "Enak aja! Beratan juga lo yang paling doyan makan."

"Heleh, kalian masih mending. Apakabar gue yang nyusruk paling bawah??" Juna tepar di tanah, bajunya sudah kotor dari badan sampai kaki. Tampaknya dia sudah tidak peduli dengan sekitarnya karena punggung dan dadanya yang terasa nyeri.

Roma yang tadinya jongkok dan meteralkan napas nya pun berdiri cepat karena menyadari akan suatu hal, "Loh bapak tadi kemana??"

"Bapak saha?" Yera memasang tampang bertanya, tetapi kemudian langsung ngeh ketika otaknya terkonek. "Oh iyaa anjrit, orgilnya?"

"Udah gak ngejar." Balas Juna.

"Terus orangnya kemana heh?!" -Sofi.

"Tadi gue liat dia ngejar duo cebol barusan." -Juna.

Sinbi yang terbawa emosinya pun melemparkan tas nya ke muka Juna yang masih tiduran di tanah, hingga sang empu berteriak mengaduh. "Ciri orang tolol itu kayak lo. Harusnya dikasi aba aba dulu sebelum ngerem, bego!"

"Iyaa sory. Gue mau bilang tadi, eh lo keburu nabrak disusul yang lain."

"Nasib Enda sama Jibril gimana terusan?" Tanya Sofi.

"Gatau ya, sepinter pinternya mereka aja udah. Gue capek batin dan raga." Yera membalas.

Karena keadaan sudah dinilai membaik, Roma pun kembali menyandang tas nya yang sebelumnya terjatuh dan membersihkan almet sekolahnya, "Udah jadi begini, gimana kalo tugas tadi dilanjutin? Baru satu doang tadi njir."

KKN - desa sengklek┊btsgfdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang