xxɪɪɪ

304 109 14
                                    

Yera melihat jengah ke arah lima temannya yang sedang duduk melongo di teras. Kasihan sebenarnya ngelihat mereka yang kayak gak ada semangat hidup, tapi dia juga gak percaya sama apa yang diomongin mereka semalam.

Di pagi hari dengan sinar matahari kuning yang menyorot, kegiatan Yera hanya lesehan di lantai teras sambil bermain hp, dengan sesekali melirik kelima temannya yang masih melamun.

generasi muda kayak gini, pantes Indonesia gak maju maju.

Selain Yera, ada juga Umji dan Enda yang sedang menyapu halaman. Yera tidak heran jika Umji yang melakukan, tapi agak aneh melihat Enda yang biasanya mainan kucing pas pagi tiba-tiba juga ikut kerja. atau dia aja ya yang ga pernah lihat Enda rajin gitu?

Tiba-tiba saja Sinbi datang dari dalam kos, dan turut duduk di samping Yera dengan arah menghadap mereka yang sedang melamun.

"Woi pentakloro fenol, kalian yang benernya kenapa sih? Halu liat demit?" Celetuk Sinbi. Yera tertawa kecil saja mendengar Sinbi memanggil mereka dengan jenis pestisida.

"Matamu halu. Gue sampe lari larian cok, lo bilang halu?!" Balas Tano sewot, yang diangguki oleh Juna dan Hamdan.

"Lebay banget, Sugeng b aja tuh. Halusinasi kali lo pada." Yera mencibir.

Aslinya Juna ingin sekali meremas bibir Yera dan membuangnya ke laut, ngeselin sumpah. "Masalahnya dia udah kabur duluan anjir pas liat Yuli teriak! Kagak liat demitnya dia!"

Yuli melempar kerikil kecil yang tadi dimainkannya ketika melamun ke arah Yera, "Gue udah nangis jir, lo gak liat apa hah?" Sedangkan oknum yang dilempari kerikil lantas saja memisuh ke Yuli.

"Gue gak percaya gituan sebenernya, tapi kalian liatnya di mana?" Roma tiba-tiba muncul dan bertanya.

"Agak lupa gua, tapi kayaknya di gang kecil yang banyak bunga melatinya." Hamdan menjawab sambil mengingat ingat.

"Gang melati? Yang pas kita di kejar orgil itu bukan?" Sahut Sinbi.

"OH IYA BENER! Baru ngeh guee njiir." -Tano.

Juna menepuk dahinya, kok bisa bisanya dia tidak sadar? apalagi dia sudah bertekad untuk tidak melewati gang itu lagi setelah kejadian waktu itu, "Emang bawa petaka ya itu gang."

Di antara teman temannya yang lain merutuki betapa sialnya gang melati, Yuli masih sibuk sendiri mengingat kejadian tadi malam. Karena memang dia yang terakhir lari alias ketinggalan. Yuli sudah ingin menangis lagi saja rasanya, "Hueee, ngerii guee guys... Gak mau lagi ke sana gue..." Kemudian cewe itu memukul lengan Tano dan mendorongnya, "Ini semua salah lu cuk! Gue pake ditinggal pula."

Yang dipukul sudah mengaduh sakit, gila sih, pukulan Yuli keras banget walaupun cuman sekali. "Kan lo juga bego! Yang mau makan siomay."

Omong omong soal siomay, mereka tidak jadi beli. Alhasil uangnya dibeliin lontong tahu sama Roma karena kelima orang tadi sudah pucat sewaktu kembali.

"Angkut angkut sendiri~ bawa bawa sendiri~"

Dari kejauhan, terdengar suara Jaden yang bersenandung sembari membawa perkakas dan cat dari belakang kos. Yang lain sadar kalau Jaden sedang menyindir minta dibantuin, tapi dengan teganya dari mereka tidak ada yang menolong. males.

Disusul Sofi dan Jibril yang membantu membawa kayu, walaupun jumlahnya sedikit sekali. Begitupun Umji dan Enda yang segera membereskan pekerjaannya saat barang-barang sudah dibawa.

"Bagi tugas dong, ada yang gergaji, nge cat, nge palu, ngamplas, dll. Terserah sama siapa aja yang penting ada yang ngerjain." Kata Jaden setelah sampai di depan teman temannya seraya meletakkan barang bawaannya di tanah.

KKN - desa sengklek┊btsgfdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang