xᴠɪɪɪ

279 119 23
                                    

Memang ya, kalau seorang ekstrovert digabung dengan orang yang cenderung introvert mereka akan lebih menjadi kalem. Seperti Yuli yang kini sudah sangat bosan dengan Umji dan Roma yang menurutnya tidak asik.

Haaa sial, harusnya tadi ia ikut Sinbi atau Yera saja.

Mereka sedang rehat sebentar di pinggiran sungai. Setelah panas-panas membagikan brosur, Yuli mengajak mampir minum es kelapa, tapi sialnya mereka pada ga bawa duit.

Roma sih ada uangnya, cuman nanggung aja buat beli es, niatnya mau ditabung aja. Jadinya dia bohong kalau juga tidak bawa uang, hehe boong sekali gapapa kan ya...

Yuli dan Umji duduk di batu besar yang ada di tepi sungai, sedangkan Roma duduk di tanah yang beralaskan kerikil kecil. Cowo itu mainan air sambil bengong menatap ke depan.

Roma terkesan bodo amat, Umji ga tahu harus ngapain, dan Yuli yang sedang bingung dengan suasana yang diam diaman.

Yuli yang sudah jengkel pun buka suara, "Ngomong dong gaes! Gue bosen~"

"Ngomong apa? Gue males." Sahut Roma tetap dalam melamunnya.

"Yaelah, ga asik." Yuli beralih menatap Umji, "Ji ngobrol yuk. Udah lama juga kan kita ga ngomong berdua gini."

"Itu udah ngomong."

Yuli mencebikkan bibir kesal, kenapa Umji juga mendadak tidak seru? Tetapi ia paham saat ujung matanya tidak sengaja menangkap Umji yang sedang melirik Roma.

Yuli tentu mengerti karena dirinya lah teman pertama Umji di kelas 10. Memang tidak banyak yang ia tahu soal Umji selain temannya itu berbeda kasta dengannya alias orang berada, anak yang lugu, dan blasteran Jepang. Tetapi lambat laun ia jadi paham tentang pribadi Umji itu seperti apa, dan bagaimana sikapnya.

Umji pun juga jarang bergaul dengan teman laki-laki, tak heran jika Umji ini sedikit canggung dengan Roma dkk walau sudah satu setengah tahun bersama.

Menarik napas panjang, Yuli berpikir akan percuma saja jika terus berdiam diri di tepian sungai kayak anak ga punya rumah. Maka dari itu, ia mengajak keduanya untuk kembali saja. Toh brosurnya tinggal sedikit.

"Balik aja lah yok. Gue mau mandi, gerah." Yuli sudah beranjak hendak pergi diikuti Umji di belakang, tetapi mereka melihat ke belakang kembali ketika menyadari Roma tidak ikut jalan.

"Kenapa?" Tanya Umji.

Tanpa menoleh Roma menjawab, "Kalian duluan aja. Kaki gue kesemutan, mager juga."

Yuli mengangguk saja, dia segera menyeret Umji agar cepat jalan. Pengen cepat-cepat sampai kos.

Seperginya Yuli dan Umji, Roma tidak bergerak sedikitpun dari duduknya. Matanya menatap lurus ke air sungai yang mengalir, pikirannya acak tidak menentu. Seakan menyuruhnya berpikir keras akan hal-hal yang mengganggunya selama ini.

Merasa pusing, Roma mengambil kerikil yang berserakan di tanah kemudian melemparkannya jauh-jauh ke sungai.

"Lo kenapa deh?"

Roma menoleh saat sebuah suara terdengar dari belakang, "Kalian ngapain di sini?"

"Lewat doang, terus ga sengaja liat orang yang murung sendirian di pinggir sungai. Kita samperin deh~"

Mereka yang baru datang lantas ikut duduk di samping Roma, "Tampang lo kayak orang yang kebanyakan beban, bikin kasian." Ujar salah satunya.

"Kampret." Dia tertawa saja saat Roma mencipratkan air sungai padanya.

Mengabaikan keributan kecil keduanya, yang lain menyahut. "Mikir itu lagi?" Roma tak menjawab, membuatnya mendengus kesal. "Udahlah, itu kan bukan karena lo. Dia juga gak nunjukin banget bapernya."

Roma menghembuskan napas panjang, kemudian tersenyum menanggapi. Ia beralih melihat kedua temannya itu, "Omong omong, kalian langgeng juga."

Pukul 11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 11.05 Yera, Juna dan Sugeng baru sampai di kos. Dipikir sampai duluan, mereka malah melihat Tano, Sinbi dan juga Hamdan yang sedang ngadem di teras sambil menyalakan kipas angin.

Yera menghampiri Sinbi dan menjadikan paha temannya itu sebagai bantal untuk rebahan. "Beli jajan yuk!"

Sinbi berdecak, Yera mengganggunya saja yang sedang duduk selonjoran. "Apadeh lo, dateng dateng ganggu aja orang pw."

Sedangkan Sugeng dan Juna ikut merebahkan dirinya di teras, "Gue ikut dong kalo jajan." Kata Juna.

"Jajan apaan si?" Tanya Hamdan.

"Jajan itu makanan yang dijual di warung." Sahut Tano asal, yang dibalas dengan geplakan sayang dari Hamdan. "Maksud gue mau jajan apa??"

Sugeng yang sedang bermain genshin pun menyahut, "Bakso aja gimana? Gue lagi ngidam itu."

"Sabi sabi! Tapi ada yang jual gak?" -Yera.

"Eh, gue tadi ada liat tau warung bakso. Di perempatan deket kebun bunga itu loh." Tano berkata dengan semangat.

"Yang lain gak diajak?" -Juna.

"Heleh kelamaan kalo nunggu yang lain." Jawab Sinbi.

"Hehehe, gue bodoamat sih Jun sama yang lain..." Timpal Tano yang tentunya dibalas wajah bangga dari Juna. Kemudian keduanya tos bahagia.

Yera bangun dari rebahannya, kemudian segera memakai sandalnya lagi. "Ayoklah gas!"

Melihat Yera yang bersemangat seperti itu, Juna menggumam, "Padahal di jalan tadi ngeluh terus capek jalan."

Keenam orang itu sekarang sudah siap-siap pergi dengan Sinbi dan Yera yang sudah mengambil uangnya dulu di kamar.

Belum berjalan terlalu jauh dari kos, yang lain baru sampai di kos.

Sofi mengangkat sebelah alisnya, "Mereka mau kemana?"

KKN - desa sengklek┊btsgfdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang