xᴠɪɪ

266 108 10
                                    

"Ji, kok gak nyampe nyampe ya?" Keluh Enda. Pasalnya daritadi dia terus berusaha menempelkan brosur di mading desa, tapi ketinggian.

Sementara Jibril dengan santainya duduk ngadem sambil lihatin Enda yang lompat-lompat berusaha menempelkan brosur.

Enda melihat Jibril dengan raut sebalnya, "Bantuin kek lu. Nyantai banget kek orang yang gapunya masalah idup."

Jibril berdiri dengan ogah ogahan, kemudian merampas brosur dari tangan Enda. "Makanya tinggi, pendek banget heran."

"Situ ngaca!" Jibril tidak peduli, toh tetap tinggian dia.

"Tuh liat, nempel juga kan brosurnya." Jibril menunjuk brosur yang sekarang sudah menempel rapi di mading.

"Heleh tetep aja ketempel bagian bawah."

"Loh gue ini menyesuaikan biar orang orang pada bisa baca, kalo ketinggian ntar yang mau baca kasian jinjit jinjit." Enda mencibir, ketauan banget ngelesnya.

Enda pergi dengan menghentakkan kakinya, "Bodo ah. Mau beli es krim aja."

"Eeee ngikut doong~"

"Eeee ngikut doong~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pengen makan mekdi..."

"Diem lo!"

"Capeek.."

"Sstt!"

"Auss.."

"Bacot."

"Kampret lu."

Tano yang tadinya fokus membagi brosur pada orang yang lewat, dibuat kesal oleh Sinbi yang terus saja mengeluh.

Dan kali ini kesalnya double karena sekumpulan degem dateng.

"Haii kaak~"

"Halo Kak Tano hehe.."

"Halo kakak kakakk."

Diam-diam Hamdan mencibir, kenapa dia gak disapa solo ya? Tano doang.

Sinbi yang merasa disapa pun menyapa balik, "Eh, hai juga." Sedangkan Tano hanya tersenyum menanggapi.

Ketiga cewe tadi tersenyum riang. Cewe yang ditengah mengalihkan pandangannya ke Tano, dia malu-malu gituu, "Kakak udah taken belom?"

Sinbi dan Hamdan menahan tawanya. Dalam hati Hamdan bersyukur karena tadi dia ga disapa solo, modelannya genit soalnya. Kemudian mereka diam-diam undur diri dan lanjut membagikan brosur ke tempat lain, gaurus lah sama Tano.

Sampai ketika Tano sadar akan ketidakhadirannya Sinbi dan Hamdan, dalam hati ia menyumpah serapahi mereka.

Tano nyengir dan menjawab dengan kaku, "U-udah."

Raut cewe tadi berubah lesu, "Eh udah ya? Kirain belom." Sementara kedua temannya yang lain udah cengo, berani betul menanyakan status orang. cowo pula.

"Cewe nya siapa kak? ada disini?" Tanya cewe itu lagi. Perempuan yang di samping kiri menyenggol lengan temannya yang di tengah, "Kepo banget sih lu."

Teman yang di kanan juga menyahut dengan berbisik, "Minta nomornya coba."

Yang di kiri menyahut lagi dengan berbisik pula, "Lo gak inget lo pernah minta nomornya malah salah sambung?!"

Ohh Tuhan, Tano ingin menghilang saja rasanya. Ternyata salah satu dari mereka adalah korban penipuannya, dirinya sudah deg degan kalau kalau dihujat habis ini.

"Ck, itu gue di ti–"

"Apa deh kalian, kok jadi ribut sendiri. Gue lagi nanya sama kak Tano nih." Yang ditengah pun menimpali, kemudian tersenyum ke Tano. "Pengen ketemu dong kak sama cewenya, hehehe."

'terus kalo udah ketemu mau lu apain anjir?!' Ingin sekali Tano bilang begitu, tetapi demi image nya dia harus tetap ramah. "Dia ga disini dek, doi lagi ngerantau jadi tkw." Fak, bodoh banget alesannya.

Si cewe mengangguk, kemudian berbisik ke teman kanannya. "Tkw apaan sih?"

Yang ditanyai menggendikkan bahu tidak tahu, "Tenaga kebaktian wanita kali. Iya ga si?" Ia oper bertanya ke yang di samping kanan.

"Gue lupa. Pokoknya yang kerja kerja gitu." Jawabnya.

Cewe yang di tengah hanya membulatnya mulutnya mnegerti, "Ohh, pekerja keras ya kak cewe nya. Yaudah semangat buat Kak Tano yang juga lagi kerja~"

Tano melongo, ini serius tipu daya nya berhasil? Pengen ketawa aja dia pliss, tkw aja gatauu ㅠ_ㅠ

"Btw kenalin kak, aku Milka. Yang di kanan Rei, terus yang di kiri Liz." Tano hanya mengangguk dan senyum ganteng, gatau lagi dia mau gimana.

"Kalian kelas berapa?" Tanya Tano.

"Kelas satu SMA, Kak." Jawab Cece.

"Emm, yaudah kak, kita duluan ya. Mau kerja kelompok, dadah.." Liz segera menarik kedua temannya pergi. Malu sendiri dia kalau lama-lama.

Selang tak lama setelah ketiga orang tersebut pergi, Tano jongkok dan menenggelamkan wajahnya di sela-sela tangannya. Dia tertawa tertahan.

Hingga Sinbi dan Hamdan yang kembali lagi untuk mengecek Tano pun heran sendiri dengan pemuda itu.

"Fi, ini sisanya mau dikemanain?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Fi, ini sisanya mau dikemanain?"

"Noh, satu buat bapak yang disana."

"Terus yang satunya?"

"Tempel aja di sana."

Tampaknya kelompok Jaden dan Sofi ini masih aman, tunggu aja siapatahu nanti ada something.


char
milka : minju
rei : rei
liz : liz

KKN - desa sengklek┊btsgfdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang