Anggota lainnya hanya tersenyum palsu, ini sih namanya ancaman halus.
Sebenarnya hanya sebagian kecil yang paham maksud dari ucapan Sinbi, sedangkan kebanyakan mengerutkan alis tidak paham.
Murid yang duduk di pojokan ini hanya mengerjab bingung, tetapi karena tidak mau ambil pusing dan tidak paham dirinya lantas tersenyum senang dan bertepuk tangan. Begitupula dengan murid lainnya ikut ikutan saja.
Sinbi tersenyum manis, "Udah kan? Dilanjut yaa tugasnya."
Gadis itu pun dengan santainya lanjut membagikan kertas kecil tadi yang baru dibagi setengah.
Yang lain pun melanjutkan kegiatan mereka yang sempat terjeda. Mereka tidak mau kena juga.
Sedangkan Juna yang masih memegang absensi siswa berubah merengut, kemudian lanjut membuka buku absen.
'dih, tukang ngadu.' Batin Juna jengkel.
"Nah adek-adek, kita absen dulu ya. Nanti yang kakak tunjuk sebutin namanya sambil angkat tangan. Terus yang lain sapa temennya pas udah selesai nyebutin namanya ya!" Juna memberi arahan.
"Misalnya gini, kak Tano nunjuk Kak Juna, terus Kak Juna nya sebutin namanya. Dia bilang Juna sambil angkat tangannya. Terus kalian bilangnya 'haloo Kak Juna' jelas?" Lanjut Tano.
"Masih bingung kak." Murid laki-laki yang duduk di barisan depan paling kanan mengangkat tangannya.
Melihat murid-murid yang otak nya masih loading, Sofi langsung menarik Jaden ke depan.
"Misalnya gini adek-adek,"
"Kamu namanya siapa, Kak?" Sofi menunjuk Jaden.
Jaden mengangkat tangannya, "Jaden."
"Haloo Kak Jaden." Sahut semua anggota sambil melambaikan tangan.
"Nah, kayak gitu dek.." -Sofi.
Sebenarnya ini metode pengenalan KKN yang dulu sempat mampir ke SMA Bopkri.
kekanak kanakan memang, tapi ya mau gimana lagi? ga ada ide. biarlah plagiat sehari :))
"Owalahh, paham paham kak."
"Oke, dimulai kamu yang dipojokan sana." Juna menunjuk murid perempuan yang buat ulah tadi.
"Somii~" Ujarnya sambil mengangkat tangannya semangat.
"Haloo Somii." Sesuai arahan, murid di kelas tersebut serentak menyapa, begitupula dengan anggota KKN.
'gue tandain lu, somay' -Sinbi membatin ^^.
"Kelas berapa?" Tanya Tano yang memegang salah satu absen siswa.
"Kelas enam, Kak."
Pas sekali Tano sedang membawa absen kelas 6, lantas ia segera menyentang nama murid tadi.
"Yang di sebelahnya!" Lanjut Juna.
"Woni."
"Halo Wonii."
"Kelas berapa?" Tanya Tani lagi.
"Lima, Kak."
Ini gantian Sugeng yang memegang absen kelas 5 menyentang nama.
Merasa akan repot, Tano menyuruh agar para murid menyebut nama sekalian kelas mereka. Yang tentunya dipatuhi semua murid.
Murid yang sedang kumpul ini memang dari kelas 1-6, tetapi untungnya jumlah tiap kelas hanya mentok sampai 20an, jadi sepertinya akan bisa cepat.
Ditambah dengan murid yang ijin tidak masuk sekolah, jumlah semuanya pun mrngurang.
fyi, tiap absen kelas dipegang oleh orang yang berbeda. karena sangat tidak mungkin jika yang mengabsen hanya satu atau dua orang. bisa-bisa uratan dulu orangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN - desa sengklek┊btsgfd
Teen Fiction❝ LARI WOI, LARI! ADA ORGIL! ❞ jangan terkecoh dengan judul maupun sampul bukunya! _ © kimkimchi0c