part 6

155 13 0
                                    

Kelas mulai ramai karna sebentar lagi jam kuliah akan segera dimulai. Semua terlihat sibuk dengan dunianya sendiri, termasuk Nabila. Ia lebih memilih menyumpal telinganya menggunakan headset, terlalu berisik disini. Dulu mungkin ia  sangat menyukai keramaian, tapi tidak setelah kejadian yang menimpanya 2 bulan yang lalu. Ia lebih suka mengurung diri dan memikirkan banyak hal.

"Assalamualaikum semua."

"Wa'alaikumsalam, pak," jawab mereka kompak.

Al sudah memasuki ruang kelas dan meletakkan proyektor di mejanya, karna ia akan memaparkan materi ajar untuk hari ini.

Biasanya, pada blok pertama untuk anak kedokteran itu, membahas tentang pengenalan dunia kedokteran dan kompetensi dasar seorang dokter. Sebenarnya untuk masalah materi ajar, setiap universitas berbeda-beda. Tidak selalu diawali oleh pengenalan dunia kedokteran juga kompetensi dasar, karna sebagian ada juga untuk blok pertama materi ajarnya langsung ke Anatomi, Fisiologi dan Histologi.

Sistem belajar anak kedokteran itu berbeda dengan kuliah pada umumnya. Untuk anak kedokteran sendiri, sistem belajar mereka itu per-blok, baik itu dari blok jantung, paru-paru, otak dan lain sebagainya. Satu blok itu berkisar 7 Minggu, namun ada beberapa universitas yang satu blok nya itu 5 Minggu. Biasanya setelah itu akan diadakan ujian tulis dan praktikum.

"Baiklah, langsung saja kita masuki dalam materi kita hari ini. Saya harap kalian semua bisa dengan mudah menyerap apa yang saya ajarkan, Sehingga tidak ada lagi pengulangan di jam berikutnya."

Semua telah duduk rapi dan mendengarkannya dengan khidmat. Nabila juga ikut memperhatikan ke depan, ia tidak mau ketinggalan materi, karna ini akan mempengaruhi nilainya ke depan.

Ia sudah berjanji pada seseorang, kalau ia akan menjadi seorang Dokter yang sukses nantinya. Jadi ia tidak mau mimpinya hanya sekedar mimpi yang hanya ia saja yang tau, tapi ia ingin orang lain juga bisa melihat mimpinya. Namun, untuk merealisasikan mimpi tersebut tidaklah mudah, karna akan ada banyak tantangan dan rintangan yang harus ia lalui.

"Ini pertemuan kita yang kedua, kemarin kita sudah sedikit menyinggung mengenai pengenalan dunia kedokteran dan kompetensi dasar. Disini kalian akan diajarkan cara menghadapi pasien dan menanganinya.

Saya harapkan fokus kalian tidak terbagi, karna nantinya akan ada tutorial berupa kasus yang harus kalian analisis dan tangani.

Untuk materi lebih lanjutnya kalian bisa buka di buku cetak atau mencari referensi di google.

Sebelumnya, saya ingin bertanya. Bagi kalian, Dokter itu seperti apa?"

Semua masih hening, belum ada yang mengacungkan tangan. Mungkin karena sistem belajarnya yang terlalu tegang, sehingga mereka juga berhati-hati dan tidak sembarang menjawab. Setiap jawaban yang mereka berikan itu harus dapat dipertanggung jawabkan. Kalau tidak, maka mereka akan dianggap lalai serta mengabaikan materi yang telah diberikan oleh Al, karena hal tersebut akan berefek pada nilai mereka.

"Dokter adalah tenaga medis yang bertugas memberi pelayanan juga pengayoman tentang kesehatan pada pasien."

"Tepat sekali. Dokter juga memiliki tugas memberikan pelayanan, baik itu berupa penanganan medis atau berupa terapi.

Seorang dokter juga harus dapat bertindak sebagai mitra, penasihat juga konsultan bagi pasien. Karena, kepercayaan pasien itu adalah kunci dari suksesnya menjalankan tugas seorang dokter.

Baru setelahnya dilanjutkan dengan tahap-tahap yang dibutuhkan, seperti tindakan lanjut untuk pasien yang mengalami penyakit kronis.

A plus untuk saudari Nabila."

Nabila sangat bersyukur, setidaknya Al bisa bersikap profesional dalam pekerjaannya dan mengesampingkan masalah yang sedang mereka hadapi. Sekalipun ia tidak pernah menganggap Nabila ada.

Untuk kejadian kemarin, apakah itu termasuk dari bentuk rasa peduli Al padanya? Nabila rasa tidak, ia hanya tidak mau terlibat masalah karna Nabila.

Mengingat kejadian kemarin hanya akan menambahi beban hidupnya saja. Tidak ada manfaatnya juga memikirkan omongan orang, karna itu hanya akan membawa kita pada kesakitan.

Makian dan juga penghinaan sering Nabila dapati. Ia hanya berharap akan terbiasa dengan hal ini, sehingga hatinya akan semakin kokoh untuk goncangan selanjutnya.

Nabila berusaha memberikan yang terbaik, sekalipun menjalani dua peran sekaligus sangatlah tidak mudah. Dibandingkan dengan kata istri, ia lebih setuju dengan penyebutan kata baby sitter untuk dirinya.

Berhubung kuliahnya pagi, maka sore hari akan ia gunakan untuk mengurus Haeqal. Tidak banyak yang ia ketahui mengenai bayi, namun ia berusaha untuk mempelajarinya. Mulai dari cara menggendong, membuatkan susu dan memandikannya. Mama Al juga sering membantu Nabila untuk menjaga Haeqal saat ia ke kampus, lalu sore nya mereka akan bergantian menjaga Haeqal.

Drttt!

Kelas Al masih berlangsung, namun tiba-tiba hp Nabila bergetar hingga terdengar ke telinga Al. Sontak ia menjadi fokus semua mahasiswa, karna pantang bagi Al sewaktu jam pelajarannya ada kegaduhan serta bunyi-bunyi yang dapat membuyarkan fokus. Bahkan kurasa cicak yang ingin menyebrang saja tidak luput dari pantauan Al.

"Kalian tau, saya paling tidak suka jam pelajaran saya mendapatkan gangguan. Jadi tidak perlu saya sebutkan nama, silahkan tinggalkan ruangan ini sekarang dan temui saya setelah jam kuliah selesai."

Dengan amat terpaksa, Nabila harus meninggalkan ruangan. Padahal ia sudah berusaha untuk tidak menyebabkan masalah untuk hari ini, malah masalah yang selalu datang padanya. Ia mengaku salah, karna ia lupa mengaktifkan mode silent pada ponselnya, jadi ia bisa maklum kalau Al mengusirnya dari kelas. Setelah keluar dari ruangan, Nabila kembali mengecek ponsel miliknya.

"Tumben mama nelpon di jam segini," gumam Nabila.

Sepertinya ada hal yang mendesak, sehingga Mama menelponnya di jam pelajaran. Apalagi ini jam mengajar anaknya yang super killer. Nabila mencoba untuk menghubungi Mama kembali. Dan baru di menit yang pertama teleponnya sudah diangkat. Terlihat jelas Mama sedang tidak baik-baik saja, karna ia sempat mendengar suara tangis yang tertahan di seberang sana.

"Assalamualaikum, Ma .... "

"Iya, wa'alaikumsalam, nak ... kamu bisa kesini sekarang?"

"Mama lagi di mana? Apa yang terjadi, Ma?"

Sambungan telepon telah diputuskan, hingga beberapa menit kemudian sebuah notifikasi dari WhatsApp muncul. Disana tertera sebuah alamat yang ia sendiri ragu itu di daerah mana. Ia pun memilih untuk menggunakan google map agar lebih mudah menemukan lokasi tersebut.

Entah kenapa Nabila juga ikutan panik, ia bingung dengan situasi yang sedang ia hadapi. Hatinya tidak tenang, entah kenapa pikirannya kini tertuju Haeqal. Apa sesuatu yang buruk terjadi padanya? Oh tuhan, ia tidak bisa berpikir jernih, sekarang ia sudah berada diparkiran Fakultas Kedokteran dan langsung masuk ke dalam mobil Avanza putih.

Padahal sebelum ia meninggalkan Haeqal, ia sudah memastikan kalau ia sudah sembuh dan suhu badannya pun normal. Hari ini Mama akan mengajak Haeqal jalan-jalan namun Nabila lupa bertanya dimana. Mungkin karna terlalu terburu-buru ke kampus hingga lupa menanyakan hal sepenting itu.

Tbc.

Dear, NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang