Part 8

152 8 0
                                    

Drrrrttt ....

Nabila hanya melirik sekilas. Sejak semalam nomer tersebut terus menghubungi Nabila. Entah siapa yang sedang mengerjainya, karna setelah tersambung orang tersebut hanya diam saja. Siapa juga yang tidak kesal? Belum lagi dengan masalahnya dengan Al yang belum juga kelar, ditambah lagi dengan makalah Sufi yang belum ia kerjakan.

Bicara tentang Sufi, akhir-akhir ini Nabila jarang berjumpa dengan Sufi. Pesannya saja masih centang satu, email juga belum ada balasan. Apa mungkin ia sibuk? Apa ia mengerjakan tugas itu sendirian? Ah sudahlah, Nabila akan sangat berterimakasih sekali jika itu benar terjadi.

Drrrrttt ....

Lagi? Apa ia belum tau dengan siapa ia berhadapan? Sepertinya jiwa bar-bar Nabila mulai ditantang. Dilirik sekali lagi nomer masuk tersebut sembari menghafalnya. Jangan sebut nama Nabila kalau ia tidak bisa melacak si pengguna nomer.

Sudah lama jiwa hacker-nya terkubur, mungkin semenjak ia mengetahui sebuah fakta yang menyakitkan itu, ia tidak diizinkan lagi oleh dia untuk membobol atau meretas jaringan apapun. Karna tingkat curioscity-nya yang tinggi membuat ia juga semakin dalam tersakiti. Tidak ada yang tau tentang peretasan yang Nabila lakukan kecuali dia.

Setelah masuk dalam perangkat lunak, Nabila langsung meng-klik ikon menu kemudian lanjut ke laman lokasi. Setidaknya ia bisa tau informasinya lebih akurat dengan mengetahui lokasi si Ghost Caller, nama yang ia sematkan di kontak Nabila. Ia tak yakin kalau orang tersebut main-main dan sembarangan menelpon, buktinya ia malah hampir setiap jam mendapatkan panggilan. Terutama di jam khusus ia sholat malam dan subuh, juga sholat dhuha. Pasti orang tersebut tau banyak tentangnya, atau mungkin orang terdekat? Tapi Nabila sama sekali tidak memiliki teman.

Nabila mulai mengumpulkan data dan dijalankan melalui algoritma, atau disebut juga dengan crowdsourcing. Kemudian ia melanjutkan dengan prediksi untuk membangun pola pada elemen data. Dan setelahnya langsung ia cocokkan nama dan angka.

"Damn! Sepertinya aku harus lebih berhati-hati."

Setelah mengetahui siapa pemilik nomor tersebut, Nabila memilih untuk meninggalkan taman. Baru saja ia hendak pergi ia baru menyadari sesuatu yang mengejutkan. Seseorang yang ternyata sedang memperhatikannya dengan lamat, ia cukup misterius dengan muncul tiba-tiba. Bahkan mereka sangat dekat, sampai Nabila sendiri bisa memindai si empunya wajah dengan teliti tanpa terlewat sedikit pun, juga setitik tahi lalat yang bertengger di pipi kirinya dapat ditemukan dengan mudah.

"Aku setuju denganmu, kita harus berhati-hati dengan semua orang! Hai, aku Syangka."

Syangka menjulurkan tangan untuk bersalaman. Tangannya masih menggantung di udara karna Nabila belum juga menjabat tangan Syangka. Ia masih berpikir dari mana sosok perempuan ini muncul? Apa mungkin ia sudah dari tadi? Semenjak ia mendumal sendiri? Seperti namanya, Syangka, membuat Nabila semakin berprasangka yang tidak-tidak.

"Ohiya, kamu hebat juga ya meretas informasi. Kapan-kapan ajari aku ya! Aku sangat tertarik dengan dunia ciber," Sambungnya sambil menarik kembali uluran tangan yang tidak dijamah oleh Nabila.

'Damn!'

Apa yang harus Nabila lakukan? Aksinya ketahuan oleh Syangka yang ia sendiri tidak tahu dari mana asalnya, kapan munculnya dan siapa dia. Namun yang Nabila tahu, dia merasa risih semenjak Syangka memberitahukan perihal tersebut. Walaupun bukan perkara yang besar, namun ia tidak ingin orang lain mengetahui hal ini.

Nabila bangkit dari duduknya hendak pergi meninggalkan Syangka. Baru beberapa langkah, tangan Nabila ditarik oleh Syangka. Nabila tidak ingin berlama-lama dengan orang asing, karna itu tidak baik.

Dear, NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang