part 20

350 8 0
                                    

Seperti janjinya, Nabila menemani Syangka dan Sufi ke acara peresmian cabang caffe D'Mon  milik om nya Syangka. Nabila memilih ikut dengan Syangka, dibandingkan dengan Sufi. Lagipula ia juga tidak mau menjadi bahan omongan orang, apalagi bila gosip itu sampai ke telinga Al.

"Bentar deh!"

"Kenapa?"

"Ban mobilku kempes, bagaimana ini?"

"Yaudah, pakai mobilku aja, lagipula tujuan kita sama."

Jarak tempuh yang lumayan membuat Nabila risih sekaligus canggung. Ia terjebak bersama dua orang yang baru hari ini mendeklarasikan pertemanannya dengan Nabila. Berbeda dengan Syangka, ia tampak nyaman bersama dengan Nabila dan Sufi. Buktinya ia terus saja mengoceh menceritakan pengalaman pertamanya diajar oleh Al tanpa canggung. Sementara Sufi memilih diam dan fokus mengemudi.

Sesampai disana, parkiran penuh. Banyak kaula muda yang berkumpul disini, apalagi dekorasinya yang trendy menjadi tarik minat pengunjung. D'Mon, nama yang cukup unik, apalagi nuansa coklat dan mocca yang lebih dominan menambah kesan manis. Tema dan nama yang bertolak belakang, apa ini definisi serigala berbulu domba yang sesungguhnya? Demon adalah jelmaan iblis, apa mungkin demon yang dimaksudkan disini itu sejenis iblis? Entahlah, pikiranku mulai melantur kemana-mana.

"Parkiran penuh, gimana?"

"Didepan juga ada tempat parkir, ke depan lagi aja! kita parkir disana."

Setelah memarkirkan mobil, mereka terus berjalan menuju caffe. Dan benar saja, semua meja telah penuh, untung saja Syangka sudah memberitahu om nya lebih dulu untuk mengosongkan satu meja untuk mereka.

"Keren, kan?" tanya Syangka antusias.

"Iya, bagus."

"Sebenarnya, ada something spesial dari caffe ini."

"Apa?" Sufi juga ikut penasaran dengan pembahasan Syangka.

"Aku juga kurang tahu."

Bolehkah memukul kepala gadis didepannya ini? Dia selalu saja bertingkah sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaan orang lain yang sudah dirundung penasaran lebih dulu.

Memang ada sesuatu yang berbeda dengan caffe ini. Mungkin karena banyaknya siluet perempuan yang dibalut kain tipis pada bagian wajahnya ala gadis Arab, sengaja dipajang untuk memberi kesan yang berbeda.

Nabila terus memandangi lukisan indah yang tertempel dekat meja mereka. Tatapan gadis dalam lukisan ini sangat dalam, dan begitu menghanyutkan, membuat siapa saja betah berlama-lama memandanginya. Entah Nabila yang baper, atau memang filosofi lukisan ini yang cukup kental yang dapat mengajak para penikmat seni merasakan apa yang sedang gadis ini rasakan. Tiba-tiba Nabila jadi teringat kejadian teluk Persia, lukisan ini seolah-olah mewakilkan rasa sakitnya.

Rasa sakit yang sampai saat ini masih membekas. Tidak hanya meninggalkan bekas luka, juga meninggalkan kenangan pahit yang sulit dilupakan, seberapa besar pun keinginannya untuk menghilangkan kilasan teluk Persia itu tetap tidak bisa.

Kilasan dimana ia hampir kehilangan harta berharganya yang ia jaga selama ini, demi memuaskan nafsu bejat mereka. Sakitnya campuk, tidak bisa menandingi sakitnya hati karna rasa malu ketika tubuh menjadi tontonan gratis khalayak ramai.

"Hei," Panggilan Sufi, hingga menyadarkan Nabila dari kelibat masa lalu.

"Kenapa?"

"Harusnya kami yang bertanya itu sama kamu, bahkan mulutku hampir berbusa ngomong sama kamu  tapi gak ditanggapi sama sekali," serobot Syangka mengeluarkan unek-uneknya.

"Kamu sakit?"

"Hehe enggak kok, sebenarnya aku sedang jatuh cinta sama lukisan ini!" tunjuk Nabila pada lukisan dekat mereka.

"Daripada jatuh cinta sama benda mati, kenapa tidak jatuh cinta sama yang pasti aja?"

"Cie, Sufi ngode!"sorak Syangka heboh, like always.

Pluk!

"Awk, sakit tahu!"

"Aku manusia, bukan tahu!"

"Makanya, punya mulut itu disetel dulu volumenya, karena aku gak mau bertanggungjawab kalau misalkan Nabila harus dibawa ke THT," tegur Sufi halus tapi nyangkut di hati.

"Iya, iya. Nabila aja gak protes, kenapa kamu yang sewot?"

"Udahlah, kita kesini kan niatnya mau makan, kenapa jadi ajang adu mulut?"

"Tau tuh Sufi!" adu Syangka pada Nabila.

Tiba-tiba, seseorang naik ke atas panggung untuk memulai acara peresmian caffe ini. Sepanjang MC berkoar di depan, selama itu juga Syangka sibuk mengoceh dibelakang bahkan Nabila tidak tahu apa yang MC bicarakan sedari tadi, karna yang didengar  dari tadi hanya ocehan Syangka dan dengusan kesal Sufi.

"Kau tau Nabila ... Hmmmpppp ...."

"Beres!"ujar Sufi lega.

Sepotong besar kue Sufi masukan ke dalam mulut mungil Syangka untuk membuatnya berhenti mengoceh. Heran juga, apa ia tidak lelah berbicara sepanjang hari. Sepertinya menjadi penyiar radio adalah pekerjaan yang tepat untuk Syangka yang berbicara tanpa titik koma layaknya pembalap tanpa garis finish.

Tiba-tiba alunan musik terdengar begitu sendu. Seorang pria berdiri dengan kokoh di atas panggung sambil memainkan gitar mengiringi lagu yang ia bawakan.

Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu

Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku

Ku memintal rindu menyesali waktu

Mengapa dahulu, tak ku ucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehari

Nabila begitu menikmati tiap bait yang dilantunkan, penuh makna dan penghayatan, hingga membuat semua pengunjung terbuai akan lembutnya suara dengan suasana yang mendukung. Apalagi caffe ini dibuat untuk mengingat kekasihnya yang telah pergi membawa semua kenangan yang mereka miliki.

Walau masih bisa senyum

Namun tak selepas dulu

Kini aku kesepian

'Aku juga sama kesepiannya' batin Nabila bergejolak mendengar bait ini, ada rasa sakit yang tak bisa ia jabarkan.

Kamu dan segala kenangan

Menyatu dalam waktu yang berjalan

Dan aku kini sendirian

Menatap dirimu hanya bayangan

Tiba-tiba kepala Nabila mulai mengingat kembali, deburan ombak, pembantaian di depan mata, dan perlakuan tak berperikemanusiaan yang ia terima.

Dalam sudut ruang yang gelap, dengan bekas luka yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Harapan terus dirajut, semoga ada satu saja yang iba dan membawanya pergi dari sini. Malaikat Izrail pun tak mengapa, bahkan lebih baik.

Tak ada yang lebih pedih

Dari pada kehilangan dirimu

Cintaku tak mungkin beralih

Sampai mati hanya padamu

Cinta? Hanya omong kosong yang seolah-olah hal termanis yang ada sepanjang perjalanan hidup. Sulit bagi Nabila mempercayai cinta, karena cinta lah yang membuatnya mendekam dalam dunia gelap. Cinta bisa membuat siapa saja menggila, atau bahkan melakukan apa saja diluar kendali tak peduli ia sedarah atau bukan, karena yang mereka tahu hanya menuntaskan nafsu untuk menjadi pemilik seutuhnya dari hati yang diinginkan.

Tbc


Dear, NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang