Part 26

288 10 0
                                    

Nabila mematung ditempat karena mendapat serangan tiba-tiba yang entah siapa itu. Saat badannya hendak berbalik, tangan kekar itu masih menahan Nabila dalam dekapannya.

"Sebentar saja, aku rindu denganmu."

Suara yang sangat Nabila kenali, membuatnya tak bisa menahan air mata untuk tidak jatuh. "Abang...," panggil Nabila dalam isakan.

"Sstttss ... aku cukup senang akhirnya tuhan kembali mempertemukan kita."

Nabila segera berbalik saat dirasa pelukan mulai merenggang. Mata Nabila sudah berkaca-kaca melihat sosok yang selama ini ia cari. Berbeda dengan pria dihadapannya, ia menampilkan senyum terbaik yang ia punya dihadapan Nabila.

Walau mereka tak begitu dekat, Nabila bisa melihat ketulusan dari pria itu. Terlebih saat ia menyelamatkan Nabila saat di Irak. Jo yang saat itu sedang melakukan perjalanan bisnis, malah disuguhi pemandangan yang membuatnya naik darah.

Ia memang lelaki bejat, namun ia tak bisa melihat perempuan diperlakukan layaknya barang yang di oper kemanapun mereka mau layaknya bola. Apalagi saat tubuh Nabila dijadikan tontonan gratis untuk para petinggi sebagai sogokan agar mau terikat kerjasama dengan mereka.

Ayah Jo adalah pemilik saham terbesar dalam kerjasama itu, jadi tidak menyulitkan baginya untuk membawa Nabila dari politik kerja dan perdagangan manusia.

"Kukira Abang tak ingat Nabila lagi," adu Nabila pada Jo yang masih memasang senyum terbaiknya.

"Bagaimana aku bisa lupa dengan gadis cengeng yang terus-terusan mengikuti ku kemanapun aku pergi," Cubit Jo gemas pada pipi Nabila.

Tak ada seorangpun yang dikenal Nabila disana, membuat ia takut saat Jo membebaskannya begitu saja. Nabila menarik kaki Jo yang hendak meninggalkannya di stasiun kereta, ia tak tahu harus kemana. Ini pertama kalinya ia berpergian jauh, sendiri. Lebih tepatnya ia diculik, karena memang bukan keinginannya terdampar disini.

"Hehe ... sekarang aku tidak cengeng lagi kok!" balas Nabila, membanggakan dirinya dihadapan Jo yang masih saja mengejeknya gadis cengeng.

Jo bukan orang yang gampang peduli dengan orang lain, saat ia melihat Nabila merengek meminta ikut dengannya, disitulah jiwa kemanusiaan bergejolak. Hatinya berteriak untuk merangkul gadis itu dan membawanya pergi dari tempat ini. Ia tau, pasti Nabila kebingungan harus kemana di kota yang begitu besar ini. Namun ia juga tak mau terikat dengan orang asing, bisa saja itu jebakan untuknya. Dalam dunia bisnis, apapun dihalalkan demi mendapatkan keinginan mereka.

"Benarkah?" Pastikan Jo, tangannya  senantiasa mengelus pucuk kepala Nabila dengan lembut.

Dengan semangat Nabila membalas pertanyaan Jo dengan anggukan. Lagipula sekalipun Nabila berbohong pasti Jo juga tidak akan tahu. Nabila tak mungkin menceritakan apa yang sebenarnya telah dialami semenjak ia kembali dari Irak.

"Dasar, penipu! apa sekarang kau ingin membohongi abangmu ini, hm?"

Nabila tak menyadari, kalau selama ini Jo selalu mengikutinya. Semua perkembangan mengenai Nabila ia tahu, termasuk kejadian yang menyebabkan Rauza harus kehilangan nyawa.

Jo sudah mencari tahu semuanya mengenai Nabila. Awalnya ia mengira masalah ini hanya sekedar percekcokan antara dua bersaudara, akan tetapi yang terjadi malah diluar jangkauan. Seorang kakak yang seharusnya melindungi adiknya malah menjerumuskan Nabila dalam dunia gelap hanya karna seorang pria.

Jo juga tahu kalau Nabila tak memiliki siapa-siapa, ia adalah anak sebatang kara yang diadopsi oleh keluarga Rauza. Ia penasaran, kehidupan yang seperti apa yang dijalani oleh Nabila sampai membuatnya harus berurusan dengan black market.

Dear, NabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang