Part 36

2 1 0
                                    

Happy Reading

Kini Reyna sudah berada di taman belakang sekolah, lagi.  Dengan orang yang sama, bedanya jika kemarin sang ketua geng bersembunyi kini ketua geng sudah duduk di kursi yang berada di taman belakang.

Ditawan dengan banyak orang seperti ini tak membuat Reyna gentar sama sekali, 1: 10. Reyna yakin tetap dia yang akan memenangkan pertempuran ini ah bukan pertempuran mungkin lebih ke perdebatan ini.

"Cupu-cupu, lo tuh gada bosennya apa gue kasih tau? " Tanyanya sambil memasang wajah sinis.

Sedangkan Reyna yang kedua tanganya masih dipegang erat itu pun hanya berdecih sinis, "Sekarang kenapa lagi?  Gara-gara tadi pagi? " Sinis Reyna sambil menatap sang lawan bicara.

"Kalo iya kenapa! " Bentakny sambil memajukan wajahnya kearah Reyna.

"Cih, bisa munduran dikit gak pala lo?  Muncrat air liur lo. "

"Sialan, lo tuh sebenarnya siapa sih?  Kaga ada rasa takut-takutnya sama gue, " Teriaknya frustasi.

"Olive, gue udah bilang sama lo bahkan gak cuma satu atau dua kali melainkan berkali-kali. Lo cari lawan yang salah," Jawab Reyna enteng.

"Plak"

Reyna yang diberlakukan seperti itu hanya berdecih sinis.

"Lo mah mainnya curang. Masa iya gue dipegangin gini. Lepas dong baru adil, " Ucap Reyna sambil memasang wajah sinis.

"Lepasin dia, " Ucap olive sambil terus menatap Reyna galak.

"Ah sial, kenapa gak dari tadi sih, " Ujar Reyna sambil meregangkan ototnya.

"Ayo."

Ucapan olive itu membuat Reyna menatapnya, sekali tatap saja ia bisa yakin olive sama sekalian tidak pernah belajar karete. Lihat saja pasang kuda-kuda nya, salah banget.

"Ngapain lo?  Pasang kuda-kuda aja salah. Mau gue ajarin? " Remeh Reyna.

"Ah ya biar gue kasih clu sama lo kalo lo pingin tau gue, " Kini Reyna melepaskan ikatan rambutnya yang sering ia ikat ponytail atau dikepang itu.

"Kalo lo tau gue salut sih, " Ucap Reyna sambil melangkah pergi dan kembali mengikat rambutnya.

"Ais, sial gitu doang aja dia takut. Kenapa gak gue gertak dari dulu aja sih, " Ucapnya sambil melenggang pergi.

Sedangkan olive hanya terkejut, dia kenal terlampau kenal. Hanya saja ia terkejut dan kurang yakin, bolehkah ia meragukan apa yang dilihatnya ini.

Kini ia menatap tanganya yang sedari tadi masih setia menggantung.

"Olive lo gak apa-apa, " Pertanyaan itu meluncur dari Femy.

"Gue cabut dulu, " Ujar Olive sambil melangkah pergi dan tidak menjawab pertanyaan temannya.

Dia terlampau bingung bila boleh dikatakan, hanya saja. Entahlah Olive sendiri tidak yakin dengan dirinya.

***
Kini Reyna berjalan dikoridor sendirian, sambil sesekali berdecak kesal dan tangan ya g sibuk menggulirkan ponsel yang sedari tadi ia bawa. Tanganya berhenti ah bukan hanya itu, ia juga berhenti berjalan, menatap ke depan dan menghela nafas berat.

"Ayo Rey lo bisa, " Batinnya dalam hati.

Baru saja deringan pertama itu muncul suara yang keibuan mengisi indra pendengaran Reyna begitu saja.

"Nak, gimana kamu setuju? "

Pertanyaan sederhana itu sungguh berat bagi Reyna menjawabnya, padahal kemarin ia sudah menjawab melewati pesan singkat.

"Iya ma, Reyna setuju dan Reyna juga udah siap. "

Terdengar helaan nafas lega dari seberang sana.

"Alhamdulillah nak, makasih ya. Mama pastiin kamu gak bakal diapa-apain. Percaya ya sama mama, mama, papa sama kak Air bakal terus jagain kamu. Oke. "

"Iya ma, makasih, yaudah kalo gitu aku pulang dulu ya. "

"Iya hati-hati, nanti mama kabarin lagi ya nak? " Tanya shifa menenangkan.

"Iya ma, Assalamu'alaikum. "

"Walaikumsalam."

Setelah itu panggilan benar-benar berakhir dan yang dilakukan Reyna hanya menghela hafas antara lega dan lelah.

Kini ia membatalkan untuk pulang terlebih dahulu, tatapannya jatuh pada bola basket yang setia berada dipinggir lapangan, entah karena lupa mengembalikan atau sengaja.

Sekarang ia sudah berada di lapangan, terlepas dari bola basket yang ia bawa, kini ia mengambil celana olahraga yang ia gunakan tadi pagi. Setelah memakainya kini Reyna sibuk dengan bola bundar berwarna oranye itu.

Sibuk dengan dunianya sendiri sambil berkali-kali memasukkan bola basket kearah ring hingga kini ia lupa waktu, melihat pergelangan tangan yang melingkar jam berwarna coklat tua itu menunjukkan pukul 5 sore.

Kini ia hendak berbalik sebelum terkejut siapa orang yang tidak ia ketahui kapan datangnya. Bola basket yang ia bawa kini terlepas begitu saja, dia ragu apa yang akan dilakukan oleh orang yang berdiri didepannya terlebih ini sudah sore dan tidak ada orang yang latihan.

"Hai Reyna. "

Reyna masih terdiam menetralkan perasaan yang tiba-tiba menggebu-gebu.

"Kenapa diem?  Takut? " Ejeknya sambil berjalan lurus kearah Reyna.

"Ayo Reyna lo bisa, kalo lo diem aja dia akan semakin seenaknya aja, " Batin Reyna.

Sebelum tangan orang didepannya menyentuh surai hitam yang ia miliki buru-buru Reyna menghadamg dengan tangan kirinya.

"Gue udah bilang sama lo, jangan berani macem-macem sana gue, " Gertak Reyna sambil menatap tajam orang tersebut.

"Aduh takut, " Cicitnya dengan nada dibuat-buat. Reyna sama sekali tidak memedulikan suara tersebut dia sampai saat ini masih sibuk menatap tajam orang tersebut.

"Lo pikir lo siapa? " Tanyanya dengan mengubah nada suaranya menjadi tegas. "Lo pikir semua orang bakal takut sama lo?  Asal lo tau kehidupan lo itu palsu, orang-orang yang di samping lo itu gak bener-bener ada mereka semua hanya manfaatin lo. "

Ucapan tajam tersebut ditutup dengan jari telunjuk yang digunakan untuk mendorong jidat Reyna, tak lupa pula ucapan sinis masih setia berada di dekatnya, " Sekarang lo liat, disekolah cuma ada lo sama gue. Gue yakin lo gak akan bisa kabur lagi dari gue. "

"Gue gak takut sama lo, " Ucap Reyna tak gentar sama sekali.

"Asal lo tau Rey, lo disini sendirian mana cewek lagi gue yakin, te--"

"Gak usah bedain jenis kelamin buat gertak orang,  Ricky bangsat. "

Tangan yang semula sempat Reyna tahan kini tangan tersebut sudah dia pelintir kebelakang, setelahnya dia menendang lutut bagain belakang milik Ricky hingga akhirnya ia terduduk bersimpuh terpaksa.

"Sialan lo, " Ucap Ricky setelah melepaskan diri dari Reyna.

"Kali ini gue gak akan segan ngehajar lo meskipun lo cewek. "

"Bodo amat terserah lo, " Jawab Reyna sambil memasang kuda-kuda.

Kini Ricky sudah menarik rambut Reyna dengan kencang. Rambut yang sedari tadi mulai kusut karena keringat ini terlihat lebih kusut lagi karena tarikan Ricky yang kuat.

"Sialan, lepasing bangsat, " Teriak Reyna sambil menendang masa depan Ricky.

Ricky kini bersimpuh sambil menahan rasa sakit, berusaha bangkit mengejar Reyna yang kini sudah berlari menjauh.

"Gue udah bilang jangan berani sama gue, " Teriak Reyna sambil berlari.

"Awas lo Rey, tunggu pembalasan gue, " Ucapnya sambil meringis kesakitan.

"Bangsat sakit benget, ishh. "

***

Yeyeye udah kelarrr semoga kalian menikmati part demi part yang aku tulis yaa xixixi tencuu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nerd girl (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang