#1

119 5 0
                                    

"Kak, kamu berangkat ke kampus bareng abang kan?" Tanya Sarah yang sedang menyendokkan nasi goreng ke piring Yudha, suaminya.

"Iya bunda. Kakak berangkat sama abang kok. Iya kan bang?" Tanya Davina menoleh ke Adrian.

Adrian menggeleng. "Males banget."

"Ih. Aku nggak mau tau ya bang. Aku berangkat sama abang. Titik."

"Nggak!"

"Ayah..." Rengek Davina meminta pembelaan sang ayah.

"Bang-----"

"Iya yah." Bantah Adrian cepat. Dia sudah tau apa yang akan dikatakan Yudha. "Ngadu terus. Dasar manja!" Ledek Adrian.

"Biarin! Wlee."

"Sudah ya kak, bang. Cepat selesaikan sarapannya. Nanti telat." Lerai Sarah.

Begitulah Adrian dan Davina. Mereka hanya dua bersaudara, apabila sudah bersama tidak pernah akur. Namun jika salah satu tidak berada dirumah, maka yang satu pasti merasa kesepian.

"Yaudah, kakak berangkat dulu ya bun, yah." Davina mengambil tas dan menyalami tangan kedua orang tuanya.

"Abang juga bun, yah. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya Nak."

"Jagain adek kamu, bang." Pinta ayah.

"Iya yah."

Adrian dan Davina pun berangkat ke kampus menggunakan mobil Adrian. Beruntung keduanya sama-sama berkuliah di universitas yang sama, hanya saja beda jurusan. Adrian mengambil jurusan Ilmu Komunikasi dan sekarang sudah menginjak semester 7, sedangkan Davina mengambil jurusan Agroteknologi dan baru menginjak semester 3.

"Aku turun ya bang. Thank you." Davina membuka seatbeltnya ketika mobil Adrian berhenti di depan fakultas Pertanian.

"Oke. Nanti kalau pulang kabarin aja."

"Siap."

Davina turun dari mobil dan berjalan memasuki gedung perkuliahan. Mata kuliah pertama pada hari ini dimulai pukul delapan pagi.

"Selamat pagi dunia tipu-tipu." Davina menggelengkan kepala ketika Caca menyapanya dengan sapaan yang tengah viral di dunia maya.

"Pagi Ca." Balas Davina tersenyum.

"Lo ke kampus sama bang Adrian ya?" Tanya Caca bersemangat.

Davina mengangguk.

"Gue juga mau diantar bang Adrian." Gumam Caca penuh harap. Dia sangat menyukai abang Davina tersebut.

"Lo masih aja ya berharap sama dia. Apa coba yang menarik dari abang gue?"

"Abang lo itu keren tau, Na. Dadanya bidang. Kayaknya enak deh buat nyender."

"Ih Caca. Otak lo ya".

"Hehe.." Balas Caca cengegesan dan setelah itu Davina mengalihkan pandangannya ke arah depan.

"Selamat pagi." Sapa bu Sari memasuki kelas disusul beberapa mahasiswa dibelakangnya.

"Selamat pagi, Bu."

"Fandi, tutup pintunya." Perintah bu Sari kepada Fandi yang baru saja memasuki kelas yang otomatis anak-anak yang terlambat tidak di perbolehkan masuk lagi. Karena menurut bu Sari, mereka yang terlambat akan mengganggu konsentrasi mahasiswa yang berada di dalam kelas.

*

"Dean." Panggil Marsya seraya mempercepat langkahnya. Gadis itu meletakkan bukunya lalu menghampiri Dean yang tengah berdiri di depan pintu kelas.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang