#35

19 0 0
                                    

"Kita ngapain disini sih, Ta? Tumben banget lo ngajak gue duduk di lantai satu." Protes Marsya ketika Clarista mengajaknya untuk duduk di lantai satu fakultas. Marsya di buat heran karena mereka jarang sekali duduk atau bersantai di lantai satu.

"Gue mau ngasih tau lo sesuatu."

"Apaan?"

Clarista memerhatikan sekeliling. Lantai satu masih dipenuhi oleh junior yang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Dean udah tau kalau yang nyebar foto lo sama dia itu gue." Ujar Clarista dengan satu tarikan napas.

"Sumpah? Demi apa lo?" Kaget Marsya tidak percaya. Jika Clarista ketahuan maka tamatlah riwayat Marsya.

"Gue serius."

"Kok bisa sih, Ta?"

Clarista hendak membuka mulut untuk bercerita, tapi Dean telah berdiri diantara mereka. Hal tersebut tentu membuat Marsya kelabakan. Dia taku Dean akan marah kepadanya.

"Sya." Panggil Dean.

Marsya langsung berdiri dan tersenyum kepada Dean meskipun sebenarnya dia takut berhadapan dengan rekan asdosnya itu. Bagaimana tidak? Wajah Dean saat ini tidak bersahabat.

"Hai, Yan. Lo udah mau balik?"

"Gue to the point aja ya. Lo kan yang ngirim foto-foto ini ke Davina?" Tanya Dean memperlihatkan foto-foto mereka kepada Marsya.

Marsya menggeleng cepat. "Bukan. Bukan gue."

"Lo nggak usah ngelak lagi Sya. Gue udah tau ini nomor Clarista dan lo yang nyuruh dia buat ngirim foto ini ke Davina."

"Nggak. Clarista bohong."

"Lo sekarang nyalahin gue Sya? Nggak nyangka banget gue ternyata lo orangnya licik." Tutur Clarista kecewa.

"Gue bener kan? Sekarang lo bilang ke Dean kalau bukan gue yang nyuruh lo ngirim foto-foto itu."

"Nggak usah banyak drama deh, Sya. Gue nggak nyangka banget lo kayak gitu. Dan gue lebih kecewa karena lo udah ngerencanain itu foto sama Clarista. Seolah-olah kita keliatan lagi ciuman padahal aslinya nggak!" Dean tidak bisa lagi menahan emosinya sehingga amarahnya meledak.

"Gue punya alasan kenapa gue ngelakuin itu semua, Yan."

"Apa? Karena lo nggak suka sama Davina?"

"Iya!" Balas Marsya lantang. "Gue nggak suka liat lo pacaran sama dia karena gue suka sama lo!" Lanjut Marsya lantang. Dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaan sekeliling, persetanan dengan omongan-omongan mahasiswa yang berada disana.

"Lo sadar nggak sih, Yan? Selama ini gue suka sama lo. Gue rela ngelakuin apapun buat dapat perhatian lo. Tapi kenapa lo malah pacaran sama perempuan itu? Apa kelebihan dia dari gue, Yan? Nggak ada!"

"Jaga mulut lo!" Bentak Dean. Dia tidak suka apabila Davina di jelek-jelekkan.

Seketika lantai satu langsung ramai dan heboh mendengar pertengkaran antara Dean dan Marsya. Mereka berkerumun untuk mendengar lebih jelas apa yang keluar dari mulut kedua belah pihak. Padahal biasanya kedua insan itu terlihat begitu dekat.

"Jadi dalang nya kak Marsya, Na." Ujar Caca kepada Davina yang mematung mendengar semuanya.

Davina dan Caca berada di lantai satu karena baru saja keluar dari kelas dasar-dasar management. Karena melihat keramaian, mereka pun memutuskan untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Tanpa membalas ucapan Caca, Davina melangkah begitu saja kearah Dean dan Marsya. Dia merasa perlu kesana karena masalah tersebut juga menyangkut dirinya.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang