#37

18 1 0
                                    

Davina memasukkan segala perlengkapan alat tulisnya ke dalam tas. Berhubung ini hari Sabtu, Davina hanya kuliah sampai jam dua belas siang. Saat ini kondisi kelas sudah sepi karena teman-teman sekelas Davina telah meninggalkan kelas dari sepuluh menit yang lalu.

"Ca.."

"Hmm?" Balas Caca yang tengah sibuk dengan telepon genggamnya. Gadis itu sedang membalas pesan dari Bastian.

"Gue mau minta maaf sama kak Dean. Menurut lo gimana?" Davina duduk di sebelah Caca dengan wajah di tekuk. Dia masih sedikit ragu dengan apa yang akan dilakukannya.

Caca menoleh lalu meletakkan hp nya. Dia memegang kedua pundak Davina. "Kali ini gue setuju sama lo. Lo emang harus minta maaf sama kak Dean. Minta maaf atas semua kesalah pahaman lo selama ini."

"Tapi gue takut dia nggak maafin gue, Ca."

"Lo belum nyoba Davina. Dan gue yakin kak Dean pasti maafin lo."

"Ini bakal jatuhin harga diri gue depan dia nggak sih Ca?"

"Minta maaf itu perbuatan yang mulia. Jadi minta maaf duluan nggak bakal bikin harga diri lo jatuh."

Davina mengangguk lalu tersenyum kepada Caca.

"Hmm sorry nih, tapi Almero nggak apa-apa lo ngobrol sama kak Dean?"

"Nggak apa-apa. Gue udah ngasih tau dia kemarin."

"Oh bagus deh. Btw lo mau gue temenin?"

"Nggak usah Ca. Gue sendiri aja. Lagian lo juga mau ketemu Bastian kan?"

"Yaudah deh kalau gitu. Semangat bestie." Caca memeluk Davina sekilas kemudian bangkit dari posisinya. Caca menyandang tasnya lalu melangkah keluar kelas.

Davina menghela napas seraya melangkahkan kaki menuju parkiran. Gadis itu ingat bahwasanya hari Sabtu biasanya Dean bersama teman-temannya di sekre BEM.

"Gue ke sekre BEM naik apa ya? Kenapa gue tadi nggak minta antar Caca aja kesana? Duh goblok banget sih." Umpat Davina kesal. Dia merutuki kebodohannya.

Davina mengambil hpnya mencari kontak Adrian agar menjemputnya di Fakultas. Sebelum menelvon abangnya itu, tiba-tiba saja ada satu panggilan masuk dari Almero.

"Ngapain berdiri aja disana? Aku udah nunggu di depan nih."

Davina mengedarkan pandangannya dan bergegas menuju tempat Almero berdiri.

"Kamu ngapain jemput aku?"

"Ya kan biasanya aku juga jemput kamu."

"Iya sih-------"

"Kamu jadi jumpa sama Dean?"

"Belum. Kak Dean nya di sekre BEM."

"Ayo aku antar." Tawar Almero memasang helmnya. Dia mengambil satu helm lagi lalu memasangkan nya kepada Davina.

"Nggak usah. Kapan-kapan aja." Tolak Davina seraya merapikan rambutnya yang keluar dibagian depan helm. Dia tidak mungkin bertemu Dean diantar Almero. Bagaimapun Almero mengatakan dia tidak apa-apa, pasti hati pria itu juga sakit.

"Udah nggak apa-apa. Biar urusannya cepat selesai."

"Makasih ya sayang." Davina melingkarkan tangannya di pinggang Almero.

Almero membalasanya dengan mengelus tangan Davina.

*

"Aku tunggu di parkiran aja ya."

"Nggak apa-apa?"

"Iya nggak apa-apa. Gih sana." Almero melepas helm Davina lalu tersenyum ketika Davina kembali menoleh kepadanya.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang