#13

16 1 0
                                    

Dean bersama anggota BEM lainnya baru saja kembali dari Desa Rantau Kasih, yang terletak di Kampar Kiri Hilir. Jaraknya cukup jauh sehingga memakan waktu kurang lebih satu jam setengah. Agenda mereka desa Rantau Kasih ialah meminta izin serta mengatur jadwal pertemuan dengan perangkat desa dan masyarakat sekitar.

Langit mulai gelap dan adzan maghrib telah berkumandang, Rasyid selaku Presiden Mahasiswa mengajak anggotanya untuk berhenti disebuah tempat makan. Dimana disebelahnya terdapat musholla.

Dean bersama Bona, yang sama-sama tidak melaksanakan sholat maghrib memutuskan untuk menunggu teman-teman mereka di dalam warung pecel lele.

"Mas, es teh nya 12 ya. Untuk makannya nanti nyusul aja." Pesan Bona kepada penjual pecel lele.

"Baik mas."

Dean merogoh sakunya untuk mengambil hp. Ada banyak notifikasi yang masuk dikarenakan hp nya baru ada signal. Setelah membaca pesan dari Davina, Dean keluar dari warung kemudian menelvon kekasihnya itu.

"Hallo."

"Kamu dimana?"

"Dirumah kak. Kakak udah dirumah?"

"Belum. Aku masih dijalan. Lagi mau makan sama anak-anak."

"Hmm."

"Kakak mau ngabarin itu aja sih. Kalau gitu kakak gabung sama yang lain dulu ya."

"Oke."

Lalu sambungan telvon mereka dimatikan oleh Davina.

"Yuk makan, Yan." Ajak Geri yang baru keluar Mushalla.

Dean mengangguk dan mengikuti langkah teman-temannya memasuki warung.

"Aish. Gara-gara tadi nggak ada signal, pacar gue jadi marah." Umpat Bian kesal setelah membaca pesan dari Sita, kekasihnya.

"Makanya jangan pacaran." Balas Geri menyeruput es teh nya.

"Lo kalau jomblo nggak usah ngajak-ngajak gue."

"Enakan jomblo kayak gue kali. Bebas." Geri mengibaskan bajunya.

"Enak pacaran lah. Ada yang meluk." Kini Tristan yang angkat bicara. Sepertinya dia berada di pihak Bian.

"Iya juga ya. Jadi pengen gue. Peluk aku dong bang Fathan." Geri merentangkan tangannya kearah Fathan yang duduk disebelahnya.

Fathan langsung menepisnya dan bergidik ngeri. "Najis."

"Peluk aja kali, Fath. Siapa tau lo jodoh sama Geri." Adrian ikut memanaskan suasana.

"Amit-amit ya Allah. Mending gue sama Janda dari pada sama jamet ini."

"Itu gue juga mau." Timpal Adrian.

"Gue juga. Apalagi sama yang montok." Tambah yang lainnya yang langsung membawa obrolan mereka kearah 21+, tapi masih sebatas wajar. Lalu mereka tertawa ketika Geri mengeluarkan jokes andalannya. Lelah badan pengurus BEM sedikit melebur seiring tawa dan canda yang saling di lontarkan.

*

Davina mematut dirinya di depan cermin. Dia memperhatikan penampilannya dari atas hingga bawah. Hari ini gadis itu mengenakan baju kemeja polos bewarna navy yang di padukan dengan rok jeans.

"Sempurna. Gue cantik banget." Pujinya kepada diri sendiri setelah memakai jepit rambut pemberian Almero.

Tadi malam Almero memenuhi janjinya kerumah Davina untuk mengantar oleh-oleh. Dia memberi Davina beberapa alat kosmetik dari salah satu brand terkenal luar negeri. Almero juga membelikan Davina jepit rambut yang sama persis dengan jepit rambut yang dipakai artis korea di salah satu K-Drama. Ternyata laki-laki itu masih hafal betul kesukaan Davina.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang